MONITOR, Jakarta – Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan kasus diabetes tertinggi di dunia. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021 bahwa ada sekitar 19,5 juta orang Indonesia berusia 20-79 tahun yang mengidap diabetes di Indonesia. Ini adalah sebuah peringatan bagi kita untuk bekerja keras menurunkan prevalensi diabetes ini.
Tingginya kasus diabetes tidak lepas dari kebiasaan mengonsumsi gula yang terus meningkat khususnya pada kalangan muda. Hal ini disampaikan oleh Senior Manager Medical Underwriter Sequis dokter Fridolin Seto Pandu yang mengatakan bahwa prevalensi diabetes akan sulit ditekan jika masyarakat masih terus terbiasa mengonsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat.
“Kebiasaan minum dan makanan manis dalam jumlah banyak dan rutin dapat membuat tubuh mengalami resistensi insulin, yakni sel-sel tubuh tidak mampu menggunakan gula yang masuk ke dalam tubuh karena terjadi gangguan respon insulin atau dikenal dengan prediabetes. Padahal, insulin berguna untuk membantu proses metabolisme gula darah. Jika tidak segera diobati maka dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit diabetes dan penyakit komplikasi lainnya, seperti stroke, hipertensi, jantung koroner, dan disfungsi ereksi karena diabetes adalah ‘induk’ dari segala penyakit degeneratif,” sebut dr. Fridolin.
Misalnya saja, dalam satu gelas es kopi susu kekinian ternyata ada yang mengandung 25 sendok teh gula per sajian (sugars per serving) atau setara dengan 400 kalori. Padahal jumlah gula yang boleh dikonsumsi idealnya 10% dari kebutuhan energi total. Contohnya, jika kebutuhan kalori 1.500 kalori berarti asupan gula maksimal adalah 150 kalori.
Lantas apakah harus ‘tobat’ mengonsumsi makanan dan minuman manis? Saran Dr. Fridolin adalah pilihlah asupan rendah gula begitu juga dengan karbohidrat agar jangan melebihi kebutuhan harian. Boleh saja makan yang manis tapi kurangi porsi dan durasi konsumsinya hingga nanti terbiasa memesan minuman kekinian tanpa gula. Saran lainnya dari dr. Fridolin agar terhindar dari risiko penyakit diabetes adalah:
Mengurangi konsumsi asupan yang manis dan menjalankan pola hidup sehat adalah bentuk proteksi dari dalam agar terhindar dari masalah kesehatan yang bisa menggerus harapan hidup. Tubuh yang sehat akan memampukan kita beraktivitas, bersekolah dan bekerja demi mencapai kesejahteraan.
Namun, perlu juga kita pertimbangkan proteksi dari luar karena pertambahan usia tidak dapat dihindari. Artinya, kondisi tubuh kita nantinya akan semakin rentan. Demikian juga lingkungan yang semakin buruk dapat membuat tubuh terpapar polusi dan rentan terinfeksi virus, jamur, atau bakteri. Proteksi dari luar dapat dilakukan dengan berasuransi untuk menghindari tergerusnya tabungan dan aset akibat biaya yang besar untuk pengobatan medis.
Hal ini disampaikan oleh Head of Digital Channel Sequis, Antonius Tan yang ikut angkat suara mengenai fenomena prevalensi diabetes. Antonius mengatakan bahwa pengobatan diabetes sudah pasti berbiaya tinggi dan harus dilakukan secara berkelanjutan. Tanpa memiliki asuransi kesehatan maka finansial keluarga dapat terganggu dan bisa berdampak serius bagi kelangsungan hidup keluarga.
“Diabetes dapat ditanggung oleh asuransi kesehatan selama bukan kondisi bawaan lahir atau kondisi yang sudah ada sebelumnya. Mengingat risiko diabetes bisa terjadi pada siapa saja maka selagi sehat dan produktif lakukan proteksi dari dalam dengan mengubah gaya hidup dan lakukan proteksi dari luar melalui asuransi jiwa dan kesehatan,” sebut Antonius.
MONITOR, Nganjuk - Setelah mengunjungi Daerah Irigasi Siman di pagi hari, Menteri Pekerjaan Umum (PU)…
MONITOR, Jakarta - Timnas Futsal Putri Indonesia berhasil meraih kemenangan gemilang atas Myanmar dengan skor…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal memastikan berita dibukanya lowongan kerja Pendamping…
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir menyambut terpilihnya calon pimpinan KPK dan…
MONITOR, Jakarta - Isu kemiskinan dan kelaparan menjadi isu yang sama-sama diserukan oleh Ketua DPR…
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo meminta Pemerintah untuk…