Jumat, 26 April, 2024

RI-Jepang Kuatkan Kerja Sama Industri Farmasi dan Alat Kesehatan

MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berpartisipasi dalam upaya penguatan sektor kesehatan, khususnya memacu pengembangan industri farmasi dan industri alat kesehatan(farmalkes). Langkah strategis yang tengah dijalankan, antara lain optimalisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), serta mewujudkan program substitusi impor sebesar 35% yang dilaksanakan secara simultan dengan peningkatan utilisasi produksi.

“Selain itu, Kemenperin mendorong pendalaman struktur industri, peningkatan investasi dan menjalankan inisiatif roadmap Making Indonesia 4.0,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito mewakili Menteri Perindustriandi Osaka, Jepang (8/10).

Warsito menjelaskan, industri farmalkes merupakan dua dari tujuh sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Ketujuh sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, otomotif, kimia, tekstil dan produk tekstil, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan. 

“Ketujuh sektor ini dipilih karena dapat memberikan kontribusi sebesar 70 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur, dan 60 persen pekerja industri,” ungkapnya.

- Advertisement -

Guna mengakselerasi upaya pengembangan industri farmalkes, Kemenperin juga aktif mendukung kegiatan yang bertujuan untuk menjalin kerja sama komprehensif. Misalnya, pelaksanaan Indonesia-Japan Pharmaceutical and Medical Device Business Forum yang telah berlangsung pada 5-7 Oktober 2022 di Osaka, Jepang. 

Kegiatan forum bisnis itu merupakan inisiatif dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, yang berkolaborasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka, dan didukung oleh Kementerian Perindustrian, Kementerian Kesehatan, dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), IIPC Tokyo dan ITPC Osaka, serta beberapa mitra Jepang seperti METI Kansai, Federation of Pharmaceutical Manufacturers’ Association of Japan (FPMAJ), dan JETRO.

“Kegiatan forum bisnis yang dibuka oleh Duta Besar RI Tokyo ini berfokus untuk mempertemukan pelaku bisnis industri farmasi dan alat kesehatan asal Indonesia dengan pelaku bisnis/investor dari Jepang,” tutur Ketua KADIN Komite Bilateral Indonesia-Jepang, Emmanuel L. Wanandi.

Saat itu, Wanandi memimpin kehadiran 15 delegasi bisnis Indonesia yang meliputi sembilan perusahaan farmalkes, termasuk perwakilan dari Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI), dan Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI). “Kami mengapresiasi inisiatif Perwakilan Indonesia di Jepang untuk turut menjembatani kerja sama antara pelaku bisnis. KADIN tentunya siap support kerja sama Indonesia-Jepang di berbagai sektor,” ujarnya.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito turut memberi dukungan terhadap penguatan kerja sama antara Indonesia dan Jepang di bidang farmasi melalui sambutanyang disampaikan melalui video conference. “Pasar Indonesia merupakan faktor signifikan yang menarik bagi investor Jepang, untuk itu saya mengundang pelaku industri farmasi Jepang untuk menjalin kolaborasi lebih luas dengan Indonesia melalui penelitian dan pengembangan obat-obatan berbasis teknologi,” paparnya. 

Sementara itu Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa yang hadir secara langsung di Osaka menekankan mengenai pentingnya transformasi sektor kesehatan. “Saat ini,Pemerintah Indonesia tengah memfokuskan enam pilar utama transformasi sektor kesehatan Indonesia, antara lain meliputi transformasi layanan dasar dan rumah sakit, serta sistem kesehatan yang resilience. Kami mengundang mitra dari Jepang untuk turut berkontribusi dalam pengembangan teknologi farmalkes di Indonesia,” terangnya.

Forum Bisnis ini menghasilkan komitmen kerja sama yang ditandatangani oleh GPFI dengan mitra di Jepang, yaitu FPMAJ, khususnya untuk membuka peluang kerjasama dalam bidang penelitian dan pengembangan serta co-production. “FPMAJ merasa terhormat dapat hadir di forum bisnis hari ini dan mengharapkan kolaborasi lebih lanjut dengan Indonesia di bidang Kesehatan,”kataDirector General FPMAJ, Toshihiko Miyajima.

Guna memberikan pandangan dari pelaku industri, forum bisnis farmalkes juga turut menghadirkan perwakilan dari asosiasi dalam diskusi panel, antara lain Sekjen ASPAKI, Cristina Sadjaja dan Presiden Direktur Kimia Farma David Utama selaku wakil dari GPFI. Dalam paparannya, baik ASPAKI maupun GPFI menjelaskanlandscape industri farmalkes Indonesia dan mengajak kolaborasi dengan Jepang, baik dalam hal joint production, pelatihan kapasitas dan kerja sama riset.

Kegiatan forum bisnis juga dirangkaikan dengan berbagai kegiatan kunjungan lapangan dan pertemuan bisnis selama 5-7 Oktober 2022. Terdapat sekitar 38 pertemuan bisnis terjalin dan lima lokasi kunjungan lapangan, antara lain ke pusat riset SYSMEX i-Square, Otsuka Electrics Factory, Fuji Film Wako Pure Chemical Factory, Pharmira Co.Ltd, dan Kobe Biomedical Innovation Cluster.

Konsul Jederal RI Osaka, Diana Sutikno, mengapresiasi kehadiran lebih dari 300 peserta forum bisnis yang hadir baik secara luring di OBIC Hall, Osaka maupun secara daring melalui platform zoom. “Melalui forum bisnis ini, Pemerintah Indonesia ingin menegaskan komitmen sebagai regulator dalam industri Kesehatan. Namun Indonesia tidak ingin berhenti sebagai pasar semata, tetapi ingin turut bersama-sama dengan Jepang untuk dapat mengembangkan berbagai kolaborasi di sektor farmalkes, khususnya yang berbasis riset dan kerja sama produksi,” ujar Konjen Diana.

Dengan adanya komitmen kerja sama yang ditandatangani asosiasi industri dari kedua negara, investasi dan berbagai bentuk kolaborasidengan Jepang diharapkan akan segera terealisasi di Indonesia.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER