MONITOR, Denpasar – Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan, Indonesia bersama Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) mendorong kolaborasi negara-negara di Asia Tenggara dan China dalam penguatan pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan (Dirjen PKH) Kementan Nasrullah di sela-sela pertemuan “25th South-East Asia and China Foot and Mouth Disease (SEACFMD) Coordinators Meeting” di Bali (05/10).
Dirjen PKH Nasrullah menyampaikan, Pertemuan SEACFMD ini sangat penting dalam mendorong program pengendalian PMK khususnya bagi Indonesia sebagai negara anggota yang baru terdampak PMK.
Pertemuan SEACFMD ini dihadiri oleh 12 negara anggota SEACFMD, yaitu Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Singapura, China dan Mongolia serta negara-negara tetangga kawasan seperti Timor Leste, Jepang, dan Korea Selatan.
Nasrullah mengungkapkan, pertemuan SEACFMD berlangsung selama 3 (tiga) hari untuk membahas situasi terkini PMK di masing-masing negara anggota SEACFMD, baik negara tertular maupun yang masih bebas PMK.
Lebih lanjut Ia katakan, tujuan pertemuan ini untuk memberikan informasi mengenai situasi terkini PMK secara global dan regional di antara negara-negara anggota, serta berbagai perkembangan pengendalian di negara masing-masing.
“Kita berharap, hasil dari pertemuan ini dapat mengarahkan, sekaligus memberikan rekomendasi terbaik untuk mengendalikan PMK, serta memberikan panduan dalam perjalanan pemberantasan penyakit PMK di Indonesia dan Asia Tenggara serta China,” Imbuh Nasrullah menjelaskan.
Senada dengan Nasrullah, Sub-Regional Representative SEACFMD Regional Coordinator – WOAH, Ronello Abila menyampaikan, pertemuan tahunan Koordinator Nasional SEACFMD merupakan sarana penting untuk membahas situasi risiko PMK saat ini, sekaligus menjadi forum berbagi pengalaman dalam pengawasan dan pengendalian PMK.
“Melalui kegiatan ini dapat terjalin kerjasama regional antar negara anggota, dan semua peserta dapat meninjau kemajuan kampanye SEACFMD, serta merumuskan rencana aksi pengendalian PMK”, kata Ronello.
Selain dihadiri oleh perwakilan berbagai negara, pertemuan SEACFMD juga dihadiri para ahli dari Laboratorium Referensi Dunia untuk PMK-Pirbright, Australian Centre for Disease Preparedness (ACDP), Lanzhou Veterinary Research Institute (LVRI), Regional Reference Laboratory Pakchong, dan para mitra kerja internasional.
Pada kesempatan tersebut, Ronello menyampaikan, semua negara anggota menyepakati rekomendasi dari hasil pertemuan terkait pengendalian PMK, baik untuk negara anggota yang masih tertular PMK maupun juga rekomendasi untuk negara yang masih bebas PMK.
“Kerjasama antar negara anggotan dalam menanggulangi PMK di Asia Tenggara dan China sangat penting,” ungkap Ronello.
Menurutnya, kolaborasi dan komunikasi, serta sinergi diantara negara anggota, mitra kerja, serta pihak swasta menjadi hal yang disepakati untuk terus ditingkatkan guna memperkuat langkah dalam pengendalian PMK.
“Hal ini sejalan dengan dengan kegiatan yang telah dilaksanakan sejak terbentuknya kampanye SEACFMD di tahun 90-an,” imbuhnya menjelaskan.
Sementara itu, Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin optimis bahwa SEACFMD dapat mengoordinasikan kegiatan pengendalian PMK antara negara-negara anggota. Selain itu juga memberikan saran teknis, dan memastikan strategi regional yang terintegrasi, serta dapat mendorong dukungan politik dan sumber daya untuk kegiatan PMK.
“Ini terbukti karena SEACFMD telah diakui secara global sebagai model dalam pengendalian regional penyakit hewan lintas batas prioritas,” ungkap Nuryani.
Ia pun menjelaskan, koordinasi, kerjasama, dan kolaborasi semua peserta sangat penting untuk dapat mengendalikan PMK dan pada akhirnya memberantas PMK di Kawasan Asia Tenggara dan China.
“Kunci sukses dalam pengendalian PMK di Indonesia tidak hanya komitmen tingkat nasional, tetapi juga harus mendapatkan dukungan global, serta komitmen dari tingkat provinsi hingga kabupaten,” pungkasnya.