MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus melakukan kegiatan-kegiatan pendampingan kelompok tani dalam mengatasi serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo untuk melakukan upaya-upaya pengendalian OPT yang inovatif, efektif, efisien dan ramah lingkungan dalam rangka pengamanan produksi pangan nasional.
Mohammad Takdir, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan menerangkan bahwa Ditlin TP telah melaksanakan berbagai program kegiatan pendampingan kelompok tani yang menerapkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan ramah lingkungan, seperti Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) skala luas, Dem Area Budidaya Tanaman Sehat (BTS), Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH), dan Pemberdayaan Petani dalam Pemasyarakatan PHT (P4).
“Mari kita ciptakan agrosistem yang sehat, pertanian yang berkelanjutan, petani yang makmur dengan memprioritaskan prinsip PHT ramah lingkungan. Kita masifkan pemanfaatan agens hayati dan teknologi yang ramah lingkungan hingga target peningkatan produksi pangan nasional tercapai,” tegas Takdir.
Salah satu kelompok tani yang aktif menerapkan prinsip PHT dan telah mendapatkan pendampingan kegiatan Pos Pelayanan Agens Pengendali Hayati (PPAH) dan Pemberdayaan Petani dalam Pemasyarakatan (P4) adalah Kelompok tani Murni Sari I yang berlokasi di Desa Sukamurni, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Endang Wijaya, Ketua poktan Murni Sari I, mengungkapkan rasa syukurnya atas bantuan pendampingan kegiatan PPAH dan P4 dalam menyokong keberhasilan produktivas pertanian sehat ramah lingkungan.
“Setelah mendapat program ini, alhamdulillah kami mengalami peningkatan produksi padi dari 6,5 ton/ha menjadi 7,5 ton/ha dengan menerapkan prinsip PHT khususnya pemanfaatan agens hayati dan musuh alami OPT,” ungkap Endang.
Endang juga mengatakan Salah satu OPT utama di area pertanaman padi poktan Murni Sari I yaitu penggerek batang padi (PBP), OPT ini menjadi kekhawatiran bagi petani di wilayah ini. Adapun Strategi pengendalian penggerek batang yang digunakan Poktan Murni Sari I dengan mengembangkan Trichogramma spp. yang berperan sebagai parasitoid telur PBP. Trichogramma spp. dalam pengendalian hama PBP dilakukan dengan teknik inundasi yaitu melepas sejumlah besar parasitoid pada suatu areal pertanaman padi.
“Untuk memenuhi kebutuhan parasitoid telur PBP tersebut maka dilakukan perbanyakan secara massal dengan menggunakan telur inang pengganti yaitu Corcyra cephanolica (ulat beras). Untuk persiapan menghadapi musim tanam ini, kami memproduksi Trichogramma spp. sebanyak 500 pias. Aplikasi pelepasan parasitoid Trichogramma spp. dilakukan dengan dosis 3 pias/500 m2 di areal persemaian” tambahnya.
Lebih lanjut, Indra, POPT Kecamatan Sukakarya, menambahkan bahwa poktan Murni Sari I tidak hanya mengembangkan Trichogramma spp. tapi juga melakukan perbanyakan jenis agens pengendali hayati (APH) lainnya. Poktan Murni Sari I memproduksi Trichoderma sp. padat sebanyak 5 Kg, Bacillus subtilis sebanyak 20 Liter, Pseudomonas flourescens sebanyak 20 Liter, dan Paenibacillus sp. sebanyak 20 Liter.
“poktan ini juga memanfaatkan bahan-bahan alam untuk membuat pestisida nabati dari bawang putih dan daun mindi sebanyak 20 Liter. Pestisida Ini dimanfaatkan untuk mengendalikan jenis OPT selain penggerek seperti hama wereng batang coklat, penyakit blas ataupun kresek,” tutur Indra
Pada Kesempatan lain, Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan mengapresiasi kegiatan-kegiatan pendampingan ini, ia juga memenjelaskan bahwa sekarang pengendalian OPT harus mulai beralih mengutamakan metode atau teknologi pengendalian yang ramah lingkungan.
“Saya berharap ke depan penggunaan bahan-bahan yang sudah disediakan oleh alam sebagai bahan pengendalian OPT menjadi yang utama, penggunaan bahan-bahan kimia pada saat kondisi tertentu saja, petani juga harus merubah kebiasaan dan ketergantungan terhadap pupuk kimia dengan beralih menggunakan pupuk organik” jelas Suwandi
“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, bahwa Sekarang ini harga pupuk anorganik sudah mahal dan sulit, oleh karenanya diharapkan petani bisa menghasilkan pupuk organik sendiri. Selain untuk menyuburkan tanah, dampak negatif dari pupuk organik sangat kecil dibandingkan pupuk anorganik sehingga keberlangsungan lahan dapat terus terjaga” tutup Suwandi.