EKONOMI

Alumni ESQ diajak maksimalkan Potensi Kelautan dan Perikanan

MONITOR – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof DR Ir Rokhmin Dahuri, MS mengajak sluruh alumni ESQ Training untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, salah satunya dengan memaksimalkan potensi sektor kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Prof Rokhmin saat menjadi narasumber sarasehan nasional “mengoptimalkan peran Alumni FKA-ESQ di seluruh wilayah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045” pada acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Komunikasi Alumni ESQ (FKA-ESQ) Wilayah Indonesia Barat di Pedan Ballroom, Hotel Sahid Solo, Jl. Gajahmada No.82, Kota Surakarta, Jum’at (2/9/2022).

Pada kesempatan tersebut, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu memberikan tiga pesan penting kepada Alumni ESQ yaitu; pertama kerja riil membantu sesama saudara mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. “Karena saudara kita banyak yang miskin, menganggur itu banyak. Kalau menurut garis kemiskinan versi BPS pada 2021 perhitungan angka kemiskinan atas dasar garis kemiskinan yakni pengeluaran Rp 470.000/orang/bulan atau sudah mencapai 9,71 persen,” katanya.

“Tapi kalau garis garis kemiskinan berdasarkan Bank Dunia (2 dolar AS/orang/hari atau 60 dolar AS (Rp 900.000)/orang/bulan) kemiskinan tinggal 28 juta penduduk Indonesia. Tapi garis kemiskinan itu sangat rendah sekali sekitar 470 Ribu per bulan. Padahal BPS menyebut garis kemiskinan sejumlah uang yang cukup bagi seorang memenuhi 5 kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan) dalam sebulan,” terangnya.

Rokhmin Dahuri menegaskan bahwa garis kemiskinan yang tidak munafik digariskan oleh Bank Dunia, IMF dan UNDP, US$ 2 per hari atau US$ 60 per bulan atau Rp 900 Ribu. Maka orang Indonesia yang miskin itu masih 100 juta orang atau 36%, dan disitulah sebagian besar buruh, petani dan nelayan.

Kedua, Prof Rokhmin mengajak alumni ESQ untuk menempatkan kerja rakyat. “Kalau ESQ diterapkan  di pemerintahan maupun swasta maka corporate culture di setiap kelembagaan itu akan positif, produktif dan sifatnya di atas semua tidak ada tangan di bawah,” ujarnya.

Ketiga, alumni ESQ harus menjadi negarawan, karena menurutnya di Indonesia defisit negarawan yakni pemimpin yang tahu diri. “Kalau dia tidak mampu tidak usah ngotot jadi pemimpin. Pasti orientasinya ke dunia. Contohnya, Irjen Sambo hanya puncak gunung es. Di Kejaksaan, kepolisian jauh dari nilai-nilai ESQ,” tandas Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat itu.

Prof. Rokhmin Dahuri berharap ESQ jadi oksigen nilai-nilai positif. Sehingga yang menjadi presiden, dan kepala daerah punya akhlak mulia yang membenamkan tentang hidup itu bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Salah satu konsep pembangunan yang tepat, kata Prof Rokhmin Dahuri, bahwa suatu bangsa bisa maju kalau memiliki keunggulan kompetitif. Bisa ditempuh dengan dua cara, yakni pertama, bangsa yang masih miskin menengah melihat bangsa yang sudah maju. Lalu dia akan merebut dengan semangat ESQ 165.

“Contohnya Jepang ketika sebelum tahun 1970 yang namanya industri otomotif rajanya USA dan Eropa. Tetapi Jepang dengan semangat busido nya yakin dengan kerja keras bisa menggulung USA dan Eropa. Hampir sejak tahun 1990 otomotif dan elektronik bisa dikalahkan,” kata Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia ini.

Tapi, lanjutnya, ada yang lebih mudah yaitu membangun kompetitif ekspansi berdasarkan kompertif ekspansi yang dimiliki oleh bangsa itu. Dan komperatif ekspansi bagi bangsa Indonesia tidak lain dan tidak bukan, secara 75% berupa laut.

Di laut dan pesisir potensi pembangunan sangat besar sekali ada 11 sektor kelautan nilai ekonominya sekitar US$ 1,4 Triliun per tahun. Padahal produk ekonomi bruto Indonesia saat ini sekitar US$ 1,1 Triliun. Meski demikian, Bank Dunia menempatkan Indonesia besaran ekonominya menduduki ranking ke 16 dari 200an Negara di dunia itu, dengan produk domestik bruto atau ukuran ekonomi Negara sekitar US$ 1,1 Triliun.

“Terlalu kecil kalau US$ 1,1 Triliun itu dibagi 276 juta penduduk Indonesia maka pendapatan per orang baru mencapai US$ 3870. Itu kalau dimasukkan kedalam table klasifikasi Negara miskin dan kaya, mencapai Negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income country). Padahal cita-cita kemerdekaan kita high income atau Negara makmur,” jelasnya.

Prof. Rokhmin Dahuri menyarankan ESQ untuk menyusun konsep pembangunan untuk masukan kepada presiden berikutnya. Misalnya, bisnis tambak udang jika rakyat patungan bisa mengumpulakn Rp8 Miliar untuk membeli 4 Ha lahan tambak dengan 60 kolam bundar, lebihnya untuk kolam tendon.

“Pengalaman kami di Cianjur dan Situbondo dari Rp 8 Miliar itu bisa menolong 60 kepala keluarga dengan income Rp7.5 juta per bulan. Padahal UMR kita paling tinggi di DKI Jakarta hanya Rp2,4 Juta perbulan,” ungkapnya.

Recent Posts

Prabowo Reshuffle Kabinet Merah Putih, Lima Menteri Dicopot

MONITOR, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan reshuffle Kabinet Merah Putih hari ini, Senin (8/9/2025). Sejumlah…

59 menit yang lalu

DPR Pertanyakan Syarat Etika dalam Seleksi Calon Hakim Agung MA

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah, mempertanyakan kurangnya persyaratan etika dalam proses…

3 jam yang lalu

KKP Buka Program MT CPNS dan Luncurkan Corpu untuk Transformasi Pembelajaran ASN

MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan membuka Program Management Trainee (MT) CPNS Formasi Tahun…

5 jam yang lalu

DPR Dorong Perhatian Khusus Pemerintah Kembangkan Ekonomi Madura

MONITOR, Jakarta - Kawasan Kepulauan Madura yang bergabung dengan pengelolaan provinsi Jawa Timur sampai saat…

7 jam yang lalu

Kemenperin Dorong IKM Pangan Penuhi Standar Keamanan Produksi

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian terus mendorong sektor industri pangan, termasuk yang berskala industri kecil…

9 jam yang lalu

Kemenag Ajak Lulusan Ma’had Aly Al Hikmah 2 Brebes Manfaatkan Beasiswa Studi S2 dan S3

MONITOR, Brebes - Tantangan lulusan Ma’had Aly tak kalah kompleks di banding dengan lulusan sarjana-sarjana…

10 jam yang lalu