MONITOR, Majene – Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof Rokhmin Dahuri memberikan orasi ilmiah Menyiapkan Mahasiswa Universitas Sulawesi Barat yang Sukses dan Mampu Berkontribusi Signifikan dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045 pada acara “Kuliah Perdana Mahasiswa Baru UNSULBAR (Universitas Sulawesi Barat) Tahun Akademik 2022” di Gedung Aula UNSULBAR, Majene, Sulawesi Barat, Rabu (17/8/2022).
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University tersebut mengatakan bahwa untuk menjadi mahasiswa dan alumni yang berhasil, termasuk Unsulbar menjadi Universitas Kelas Dunia (World Class University), para mahasiswa dan Civitas Akademika mesti memahami kondisi kehidupan dan status pembangunan bangsa saat ini, dan Peta Jalan (Road Map) Pembangunan Bangsa Menuju Indonesia Emas pada 2045.
“Selain kondisi dan status pembangunan sekarang (existing development status), Peta Jalan Pembangunan Bangsa juga mesti mempertimbangkan potensi dan permasalahan pembangunan bangsa, dan dinamika peradaban global,” katanya.
“Pemahaman mengenai segenap informasi pembangunan bangsa dan dinamika peradaban global tersebut dapat dijadikan dasar bagi para mahasiswa UNSULBAR dan Civitas Academica UNSULBAR untuk mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan pembangunan, jenis pekerjaan (profesi), profil atau karakteristik SDM (Sumber Daya Manusia), sistem pendidikan, riset, inovasi, dan informasi yang dibutuhkan untuk masa kini dan masa depan,” jelas Rokhmin Dahuri.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara-negara di dunia yang memiliki potensi (modal dasar) pembangunan yang sangat besar dan lengkap untuk menjadi negara-bangsa yang maju, sejahtera (adil-makmur), dan berdaulat.
Modal dasar pertama adalah berupa jumlah penduduk yang besar, 276 juta (BPS, 2022), yang merupakan jumlah penduduk terbesar keemapt di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Ini berarti sejatinya Indonesia memiliki potensi pasar domestik yang sangat besar (terbesar keempat di dunia).
“Dari perspektif ekonomi dan bisnis, artinya segenap komoditas, produk, dan jasa yang dihasilkan (diproduksi) oleh berbagai perusahaan dan sektor ekonomi akan mudah dipasarkan di dalam negeri, dibandingkan dengan negara-negara lain dengan penduduk yang kecil,” terang Ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN) itu.
Kedua adalah potensi SDA (Sumber Daya Alam) yang cukup melimpah, baik di wilayah daratan, apalagi di wilayah laut Indonesia. SDA itu ada yang berupa SDA terbarukan (renewable resources) seperti ekosistem hutan, lahan pertanian, mangrove, terumbu karang, perikanan, dan material industri bioteknologi. Dan, ada juga yang berupa SDA tidak terbarukan (non-renewable resources) termasuk minyak, gas bumi, batubara, emas, tembaga, nikel, bauksit, bijih besi, mangan, mineral tanah jarang (rare earth), dan mineral lainnya.
“Artinya, Indonesia memiliki potensi produksi (supply capacity) berbagai macam komoditas, produk, dan jasa yang dibutuhkan bukan hanya oleh bangsa Indonesia (pasar dalam negeri), tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain di dunia (pasar ekspor, global),” ungkapnya.
Ketiga, secara geokonomi dan geopolitik, Indonesia berada di posisi yang sangat strategis, di jantung perdagangan global (Global Supply Chain System), diapit oleh dua Samudera (Pasifik dan Hindia) dan dua Benua (Asia dan Australia) (Lampiran-6). Dimana sekitar 45% dari seluruh komoditas dan produk (barang) yang diperdagangkan di dunia, dengan nilai ekonomi sekitar US$ 15 trilyun per tahun diangkut oleh ribuan kapal melalui ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) (UNCTAD, 2018).
Keempat, Indonesia merupakan ‘swalayan potensi bencana alam’. Sekitar 70% dari seluruh gunung berapi aktif terdapat di Indonesia. Indonesia pun merupakan salah satu negara dengan potensi bencana tsunami tertinggi di dunia. Demikian juga halnya, dengan bencana hidrometri, seperti banjir dan tanah longsor.
Ketua Dewan Pakar Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI) itu memiliki alasan khusus mengapa faktor rawan bencana sebagai modal dasar pembangunan bangsa yakni sebagai tantangan bersama (common challenge) untuk kita meningkatkan kualitas diri, sehingga kita mampu membantu bangsa tercinta ini lebih produktif, berdaya saing, maju, dan sejahtera secara berkelanjutan (sustainable).
Menurut Rokhmin Dahuri, Pada prinsipnya ada 5 kecenderungan global (key global trends) yang mempengaruhi kehidupan dan peradaban manusia di abad-21, yakni: (1) jumlah penduduk dunia yang terus bertambah; (2) Industri 4.0 (Revolusi Industri Keempat); (3) Perubahan Iklim Global (Global Climate Change); (4) Dinamika Geopolitik; (5) Era Post-Truth.
“Kelima kecenderungan global diatas mengakibatkan kehidupan dunia bersifat VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, and Ambiguous), bergejolak, tidak menentu, rumit, dan membingungkan (Radjou and Prabhu, 2015),” ujarnya.
Oleh sebab itu, Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pemerintah Daerah Pesisir dan Kepulauan Seluruh Indonesia (ASPEKSINDO) tersebut menekankan agar sistem dan lembaga Pendidikan Tinggi harus mampu mendesain dan memberikan kapasitas kepada para mahasiswanya dan bangsa Indonesia yang dapat mengelola atau mengatasi fenomena VUCA tersebut. Melalui kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi nya: Pengajaran/Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
“Kapasitas (knowledge, skills, expertise, dan attitude) yang dibutuhkan untuk mengarungi kehidupan di era VUCA dengan sukses dan bahagia adalah: kreativitas, inovatif, kemampuan beradaptasi, daya lenting (resillience), agility (kegesitan), kolaborasi (teamwork), positive thinking, entrepreneurship, dan iman dan taqwa menurut agama kita masing-masing,” tandasnya.
Sementara itu, tegas Rokhmin Dahuri dalam mewujudkan Indonesia Emas pada 2045 Perguruan Tinggi harus berperan aktif dalam menghasilkan lulusan yang unggul, hasil penelitian (invensi dan inovasi) yang berguna bagi pembangunan ekonomi dan kehidupan bangsa Indonesia serta umat manusia, dan perbaikan dan pengembangan kapasitas, etos kerja, dan akhlak masyarakat dan aparat pemerintah (ASN).
“Melalui kegiatan Tri DARMA nya, yakni: Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat. Dan, di era dunia yang highly interconnected dan borderless, bercirikan VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous), Pemanasan Global dan kerusakan lingkungan yang kian masif dan meluas, dan ketimpangan sosial-ekonomi (kaya vs miskin) yang semakin melebar; PT dan segenap alumninya juga dituntut untuk berkontribusi signifikan untuk mewujudkan dunia yang lebih baik, maju, sejahtera, adil, aman, damai, dan berkelanjutan,” tegas Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany itu.
Selain itu, Rokhmin Dahuri juga mengingatkan Perguruan Tinggi harus mampu menghasilkan lulusan (alumni) yang sukses dan hidup bahagia di dunia serta akhirat kelak. Yakni alumni yang mampu menciptakan lapangan kerja atau bekerja dengan pihak lain, yang menghasilkan barang dan jasa (goods and services) yang berdaya saing tinggi, menghasilkan keuntungan (upah, gaji, salary) yang mensejahterakan dirinya dan pegawai lainnya secara berkelanjutan.
“Pekerjaan dan kiprah kehidupan para alumni yang sukses juga turut bekontribusi signifikan dalam mewujudkan Indonesia Emas, paling lambat pada 2045; dan mewujudkan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan, ‘a better and sustainable world’. Alumni yang sukses dan bahagia hidup di dunia dan akhirat adalah mereka yang memilik Iman dan Taqwa (IMTAQ) yang kokoh dan dipraktekkan dalam kehidupan keseharian, menurut agama masing-masing,” papar Honorary Ambassador of Jeju Islands dan Busan Metropolitan City, Korea Selatan tersebut.
Hasil penelitian dari PT mestinya menghasilkan: (1) informasi ilmiah sebagai dasar bagi pihak pemerintah, swasta (industri) maupun masyarakat dalam menyusun perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan atau bisnis; (2) invensi (prototipe) yang siap untuk dihilirisasi (scalled up) menjadi inovasi teknologi maupun non-teknologi; (3) publikasi ilimiah di jurnal ternama (terbaik) pada bidang ilmunya, baik di tingkat nasional maupun internasional; dan (4) semakin meningkatkan Iman dan Taqwa (IMTAQ) para peneliti dan manusia menurut agama masing-masing.
Adapun Pengabdian pada Masyarakat yang dilakukan oleh PT harus diarahkan untuk membantu masyarakat dan pemerintah setempat supaya lebih memiliki kompetensi dan kapasitas pembangunan serta berusaha (berbisnis), beretos kerja unggul, berakhlak mulia, dan beriman dan taqwa kepada Tuhan YME menurut agama masing-masing sesuai koridor Pancasila.
“Saya berharap bahwa kebijakan Kemendikbudristek yang baru (sejak 2020) berupa “Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka” mampu menjadikan Perguruan Tinggi Indonesia menjadi a world-class university, dan para alumninya hidup sukses dan bahagia di dunia dan akhirat,” pungkas Rokhmin Dahuri yang saat ini menjabat Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020-2024 itu.