Minggu, 24 November, 2024

Revitalisasi Sistem Pangan Indonesia

Oleh: Haris Zaky Mubarak, MA*

Potensi akan semakin menurunnya daya ungkit produktivitas sektor pertanian tanaman pangan akibat perubahan iklim jelas sangat menuntut adanya perbaikan serius bagi masa depan pangan Indonesia. Untuk menjawab kebutuhan ini dibutuhkan strategi besar dalam merespon tantangan ini. Seperti membangun konsistensi serta kesepakatan atas strategi pembangunan sektor pertanian tanaman pangan itu akan ditetapkan dalam Pokok-pokok Halauan Negara (PPHN). Selain berfungsi sebagai arah dasar pembangunan nasional, PPHN patut dan wajib memberi penekanan khusus tentang masa depan aspek ketahanan pangan negara bangsa.  

Secara lugas membina ketahanan pangan secara utuh sangat diperlukan kerja proses dan strategi pembinaan matang secara panjang. Apalagi dalam dorongan antisipasi segala macam perubahan iklim dengan perubahan iklim dengan segala ekses yang berpotensi besar dalam melemahkan ketahanan pangan nasional masa depan. Dalam penataan strategi ketahanan pangan secara luas, jelas dibutuhkan banyak penelitian ilmiah berbagai termasuk menata pertumbuhan dan perkembangan ketahanan pangan secara luas. Hal itu pula yang sesungguhnya dibangun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), yang sudah membuat penelitian dan perkiraan tentang dampak perubahan iklim terhadap sektor tanaman pangan di dalam negeri. 

FAO dalam penataan secara luas, telah mengingatkan jika semua  masyarakat perlu melakukan segala macam rekayasa perubahan strategi jika terjadi penurunan penurunan produksi tanaman pangan akibat pola musim yang tak menentu. Karena banjir atau durasi kekeringan yang panjang, produksi tanaman pangan pada beberapa wilayah besar Indonesia sangat berpotensi turun secara terus menerus.  Analisa ini tentu menjadi tantangan besar bagi semua orang untuk secara cermat dalam menyiapkan  berbagai program ketahanan jangka panjang demi menciptakan akselerasi secara stabil. Selain itu, aspek ketahanan pangan nasional harus ditetapkan agar setiap penyelenggaran pemerintahan, baik pusat maupun daerah untuk terus berjuang konsisten dalam mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berkelanjutan.

- Advertisement -

Identifikasi Besar

Terjadinya kekacauan pola musim setidaknya menjadi momok besar dalam menjaga ketahanan pangan nasional.Hal ini diperburuk dengan kondisi daya dukung lahan yang terus menurun. Adanya potensi ini setidaknya dapat mengakibatkan kelesuan nilai produktivitas sektor pertanian pun terus menurun dari waktu ke waktu yang meruncing pada masalah gagal panen yang dialami petani. Tingginya konversi lahan telah mengakibatkan produksi cenderung tetap berkurang. Kelangkaan pangan dan semakin bertambahnya penduduk mengakibatkan mudahnya terjadi kenaikan harga pangan. 

Kenaikan harga pangan merupakan salah satu faktor pemicu kenaikan tingkat inflasi. Sampai saat ini beras merupakan komoditas pangan yang penting bagi Indonesia karena pada saat ini hampir seluruh penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Pertumbuhan jumlah penduduk seharusnya diikuti oleh pertumbuhan produksi beras yang sebanding agar tak terjadi kekurangan cadangan beras bagi masyarakat, namun pada kenyataannya tidak semua provinsi di Indonesia merupakan penghasil beras. Sentra produksi beras Indonesia adalah Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. 

Penurunan produksi beras dan peningkatan pertumbuhan penduduk serta tidak berimbangnya ketersediaan beras dan konsumsi per kapita berakibat pada meningkatnya impor bahan makanan terutama beras dan gandum. Impor pangan merupakan jalan pintas yang ditempuh saat terjadi kekurangan pangan dalam negeri, namun sebenarnya impor menghancurkan negara kita. Impor pangan secara berkelanjutan dan dalam jumlah semakin bertambah akan berakibat pada ketergantungan pangan kita pada negara lain, dan dalam jangka panjang akan menjadikan ketahanan pangan menjadi rapuh. 

Dalam tolok ukur ini, antisipasi makro terhadap ancaman krisis pangan dunia harus segera diantisipasi secara cermat. Dalam sisi lain hal yang tak kalah diwaspadai terutama bagi negara yang tingkat impor pangannya tinggi, seperti Indonesia. Ketahanan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi negara yang mempunyai penduduk sangat banyak seperti Indonesia. Pengalaman sejarah pembangunan Indonesia menunjukkan bahwa masalah ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan stabilitas ekonomi (khususnya inflasi), biaya produksi ekonomi agregat (biaya hidup), dan stabilitas politik nasional. 

Pengalaman Sejarah

Jika kita berkaca sejarah pangan global, hadirnya Conference of Food and Agriculture 1943 yang mencanangkan secure, adequate, and suitable supply of food for everyone”. Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) yaitu “akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at all times to sufficient food for a healthy life). Dalam kontekstual ini, ketahanan pangan merupakan keadaan ketika semua orang setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kecukupan pangan, aman, dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.

Untuk membangun ketahanan pangan berkelanjuta maka hal rasional yang perlu dibina adalah dengan melakukan menyiapkan subsistem keterjangkauan pangan secara besar, pembangunan, prasarana dan sarana transportasi, sistem distribusi dan logistik pangan, dan kebijakan pemasaran dan perdagangan pangan. Dengan demikian, strategi keterjangkauan pangan akan dapat memperkuat sekaligus memfasilitasi pengembangan pemasaran dan perdagangan pangan yang efisien serta pengembangan pasar pangan di perdesaan, menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok melalui pengelolaan cadangan pangan pokok pemerintah pusat dan daerah, dan memanfaatkan instrumen perdagangan internasional pangan dengan mendahulukan pertimbangan kepentingan nasional.

Tak kalah penting adalah bagaimana merevitalisasi sistem kelembagaan lumbung pangan masyarakat menjadi sistem cadangan pangan masyarakat yang dikelola dengan prinsip efisiensi ekonomi, namun tetap mempunyai fungsi sosial; dan menyalurkan bantuan pangan atau pangan bersubsidi sesuai pola konsumsi pangan setempat yang masyarakat miskin dan kekurangan pangan. Penataan gudang pangan nasional juga menjadi hal yang tak dapat dikesampingkan dalam eksistensi pembinaan pangan nasional. Karena dalam banyak fakta, setiap komoditas pangan mengalami penurunan harga pada masa pandemi Covid-19 bisa dikarenakan over supply saat panen raya dan penurunan permintaan. Strategi stabilisasi harga komoditas pangan masa Covid-19 dapat dilakukan melalui penetapan kebijakan harga pangan (HPP, HAP, dan HET). Selain itu demi menjaga stabilitas harga komoditas pangan pokok dilakukan melalui strategi distribusi/pemasaran secara online.

Kerja sama petani dengan startup agribisnis dan e-commerceyang memasarkan pertanian secara online juga efektif dalam meningkatkan efisiensi rantai distribusi sehingga harga komoditas pangan menjadi relatif stabil terutama pada masa pandemi Covid-19 saat ini. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu penerapan strategi tanam off season sehingga ketersediaan pangan lebih terjaga di setiap waktu dan harga pun menjadi relatif stabil. Akhir kata, langkah pengelolaan strategi jangka panjang seperti ekstensifikasi sangat mutlak diupayakan demi meningkatan produksi pangansecara berkelanjutan.

*Penulis merupakan Eksekutif Peneliti Jaringan Studi Indonesia

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER