Rabu, 24 April, 2024

Pakar IPB: Dukung Inovasi Pola IP400 dengan Prasyarat Ekosistem

MONITOR, Jakarta – IP400 merupakan salah satu upaya meningkatkan produksi dan salah satu cara mengatasi alih fungsi lahan dan pertumbuhan penduduk. Ini merupakan hal baru, terobosan baru yang belum lama ini di masipkan oleh kementan. Dimana, kurang lebih 2 tahun terakhir ini, gerakan IP400 telah dikembangkan di seluruh provinsi.

Untuk menyosialisasikan program IP400, Kementan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sudah beberapa kali mengadakan sosialisasi atau bimtek tentang IP400. Terbaru, Ditjen TP mengadakan webbinar tentang usaha tani intensif IP400 untuk meningkatkan produksi padi pada 25 Juni 2022 yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Direktur Serealia, dan beberapa akademisi dari universitas.

Koordinator Intensifikasi Padi, Rahmat yang mewakili Direktur Serealia mengatakan perkembangan produksi padi beberapa tahun terakhir selalu lebih tinggi di banding dengan kebutuhan konsumsi. Hal tersebut akan terus ditingkatkan karena kedepan bangsa Indonesia akan dihadapkan berbagai tantangan krisis pangan global.

Untuk itu, menurut dia, pertanian Indonesia harus bersiap menghadapi tantangan tersebut sesuai dengan tema peringatan Hari Krida Pertanian yang jatuh pada 21 Juni 2022 kemarin yaitu Pertanian Indonesia Siap Menghadapi Krisis Pangan Global.

- Advertisement -

“Selain kita surplus kita terus berupaya untuk meningkatkan produksi, tentunya untuk mengatasi tantangan yang ada salah satu upaya kita dengan terus mensosialisasikan dan memasipkan gerakan IP400 ini. Ini akan berhasil jika ada rekayasa-rekayasa dan kolaborasi beberapa sektor sehingga kemudian gerakan ini bisa di terapkan secara berkelanjutan,” ucap Rahmat.

Sementara itu, Guru Besar Institute Pertanian Bogor (IPB) Hermanu Tri Widodo menjelaskan tentang potensi serangan hama pada usaha tani secara intensif dan cara mitigasinya. Ia menyatakan pola IP400 memiliki potensi yang cukup besar terjadinya serangan hama, tapi logikanya pada IP100, IP200, IP300 juga ada potensi gangguan tinggal bagaimana menerapkan teknologi yang diperlukan untuk mitigasi.

“Sesuai dengan apa yang tadi dijelaskan Pak Dirjen bahwa ada prasyarat-prasyarat tentang maping area, tidak harus padi, padi, padi, padi tapi bisa juga dengan palawija untuk memangkas penyebaran hama sesuai agro ekosistem daerah masing-masing jadi perlu juga mengartikan IP400 itu tidak hanya padi saja bisa dengan yang lain sesuai dengan kreatifitas dan yang paling penting itu harus Mengurangi penggunaan pupuk kimia dan memanfaatkan pupuk organik yang ada di sekitar sehingga kesehatan tanah tetap terjaga,” ungkap Hermanu Widodo.

Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan bahwa IP400 ini merupakan salah satu upaya baru untuk meningkatkan produksi di tengah keterbatasan lahan dan kenaikan jumlah penduduk.

Setiap tahun kenaikan jumlah penduduk kurang lebih 2,7 juta dan membutuhkan beras kurang lebih 320-350 ribu ton. Setiap tahun produksi harus naik untuk mencukupi kebutuhan itu, yang kedua dikarenakan laju alihfungsi 800-900 ribu ton beras yang berkurang apalagi sekarang ditambah dampak covid, iklim ekstrim, sehingga diperlukan kerja-kerja yang tidak biasa, diperlukan trobosan-trobosan dan inovasi untuk mensolusi itu.

“Jadi IP400 itu merupakan suatau keberanian melakukan perubahan tapi bukan perubahan teknis budidaya tetapi perubahan pola pikir, perubahan perilaku petani memanfaatkan lahan. Tantangan kedepan tentunya krisis pangan global 60 negara terancam krisis pangan dampak perang Ukraina jadi kita perlu bersiap, ini merupakan tantangan buat kita semua, sesuai arahan bapak menteri harus berkreasi, berinovasi dan melakukan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik,” tutup Suwandi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER