BERITA

Pengamat Kritik Curhatan Jokowi Soal Beban Subsidi BBM

MONITOR, Jakarta – Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengrkritik curhatan Presiden Joko Widodo terkait beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurutnya, curhatan Jokowi seharusnya terkait subsidi dan kompensasi salah sasaran, yang selama ini tidak pernah ada solusinya, kecuali hanya pada tataran wawacana saja.

Dikatakan Fahmy Radhi, untuk menekan mengelembungnya subsidi dan kompensasi BBM, ada beberapa upaya yang sebenarnya bisa dilakukan.

Pertama, penetapan harga Pertamax dan Pertamax ke atas diserahkan saja kepada Pertamina untuk menetapkan harganya sesuai harga keekonomian, sehingga negara tidak harus membayar kompensasi akibat adanya perbedaan harga ditetapkan dengan harga keekonomian,” kata Fahmy Radhi melalui keterangan terulis yang di terima MONITOR.

Kedua, lanjut Fahmy pemerintah harus menetapkan pembatasan untuk penggunaan Pertalite dan Solar dengan kriteria yang sederhana dan operasional di lapangan. ”Tetapkan saja bahwa pengguna Pertalite dan Solar hanya untuk Sepeda Motor dan Kendaran Angkutan,” imbuhnya.

Ketiga, hapus BBM RON 88 Premium. Alasannya, kendati penggunaan Premium sudah dibatasai hanya diluar Jamali, namun impor dan subsidi contents Premium masih cukup besar, yang juga menambah beban APBN,” sambung Fahmy.

Fahmy menuarankan, ketimbang mencurhatkan besaran subsidi BBM yang sudah given, akan lebih produktif bagi Jokowi untuk mengupayakansubsidi yang lebih tepat sasaran sehingga dapat mengurangi beban APBN.

“Jika beban subsidi BBM dapat diturunkan, dana subsidi itu dapat digunakan untuk membiayai pembangunan IKN. Upaya itu sesungguhnya pernah dilakukan Jojowi di periode pertama pemerintahannya dengan memangkas subsidiBBM dalam jumlah besar untuk membiayai pembangunan infrastruktur,” ujar Fahmy.

“Membengkaknya beban subsidi lebih disebabkan oleh meroketnya harga minyak dunia, yang menjadi variabel utama pembentuk harga BBM. Harga minyak dunia mencapai US $105 per barrel, sedangkan asumsi ICP (Indonesia Crude Oil) APBN ditetapkan sebesar US $63 per barrel. Selisih ICP dengan harga minyak dunia itulah yang merupakan subsidi menjadi beban APBN, akibat kebijakan Pemerintah tidak menaikkan harga BBM,” tutupnya.

Recent Posts

Kemenperin: Deregulasi Perizinan Beri Ruang Pelaku Industri Agar Tetap Kompetitif

MONITOR, Jakarta - Pemerintah berkomitmen untuk terus menjaga daya saing dan keberlanjutan pertumbuhan sektor industri…

13 menit yang lalu

Puan Ungkap DPR Tunggu Surpres Soal Posisi Dubes yang Kosong, Harap Diisi Tokoh yang Pahami Geopolitik

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan DPR masih menunggu surat dari Presiden…

2 jam yang lalu

PPIH Arab Saudi Terus Cari Tiga Jemaah Haji Indonesia yang Hilang

MONITOR, Jakarta - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus melakukan pencarian terhadap tiga…

2 jam yang lalu

Presiden RI Didampingi Kepala BP Haji Tiba di Saudi, Bahas Haji dan Kerjasama Strategis

MONITOR, Jakarta - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tiba di Jeddah, Arab Saudi, pada Rabu…

4 jam yang lalu

Puan Sebut DPR Akan Cermati Dulu Putusan MK Soal Pemisahan Pemilu

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan DPR belum mengambil sikap terkait putusan…

12 jam yang lalu

UIN Bandung dan Denny JA Foundation Gelar Pelatihan Penulisan Puisi Esai

MONITOR, Jakarta - Dalam upaya memperkaya literasi dan ekspresi keilmuan mahasiswa serta dosen, Forum Mahasiswa…

13 jam yang lalu