Kamis, 18 April, 2024

Potensi Bakteri Dalam Pengejdalian OPT

MONITOR, Jakarta – Produksi pertanian yang sangat rentan pada cuaca terkadang terhalang oleh serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Bagaimana upaya pengendalian hama menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani. Kementerian Pertanian (Kementan) belakangan ini mendorong pengendalian OPT yang ramah lingkungan salah satunya dengan pemanfaatan bakteri menekan populasi hama namun tidak menimbulkan residu bagi lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut kementerian pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengadakan Sosialisasi Bimbingan teknis daring propaktani Potensi Bakteri dalam pengendalian OPT yang di hadiri oleh akademisi dari IPIB dan UNPAD (26/5/2022)

Akademisi IPB, Ruly Anwar menyampaikan bahwa jenis bakteri agens hayati yang mampu menginfeksi serangga disebut bakteri entomopatagen. Infeksi bakteri pada serangga ini telah terjadi sejak lama, salah satunya adalah red coloration pada ulat sutera yang kemudian teridentifikasi sebagai Serratia marcescens.

“Jalan masuk bakteri kedalam tubuh serangga hama harus melalui proses makan serangga, Setelah masuk kedalam tubuh serangga, bakteri akan melipatgandakan dan memproduksi toksin, merusak dinding sel pencernaan, masuk kedalam darah mengakibatkan pendarahan, sehingga serangga mati dan ditemukan sejumlah bakteri dalam darah serangga.” Ungkap Ruly.

Mengapa mikroorganisme patogen hama kadang-kadang tidak disukai oleh petani? Karena petani tidak bisa melihat kematian serangga hama yang sangat nyata. Petani inginnya melihat serangga hama langsung mati “klepek-klepek” setelah dilakukan pengendalian.

- Advertisement -

“Penggunaan patogen serangga mengakibatkan serangga sakit. Serangga sakit biasanya akan kehilangan selera makan. Jika selera makan berkurang, maka kerusakan tanaman juga berkurang.Ini yang harus disepakati bersama-sama dengan petani, penggunaan patogen serangga dapat menurunkan populasi secara perlahan” tambah Ruly.

Pada kesempatan yang sama Abdul munif akademisi IPB menerangkan Selain penggunaan bakteri patogen serangga seperti Bacillus thuringiensis, ada bakteri dalam tubuh tanaman yang berpotensi dalam pengendalian OPT. Bakteri yang hidup dalam jaringan tanaman yang sehat tanpa menimbulkan gejala penyakit pada tanaman tersebut dan tanaman memperoleh keuntungan atau manfaat dari keberadaannya disebut bakteri endofit.

“Ada tanaman yang dapat hidup di tembok, kira-kira seperti inilah gambaran endofit. Tanaman mampu hidup meski tidak diatas tanah, mengapa? Karena tanaman memiliki bakteri yang berasosiasi dalam jaringan tanamannya.Bagaimana interaksi tanaman dengan bakteri endofit? Ada timbal balik yang saling menguntungkan. Tanaman bagi bakteri adalah tempat singgah dan sumber nutrisi. Apa yang didapat tanaman dengan keberadaan bakteri ini? Bakteri dapat memacu pertumbuhan tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap OPT dan juga terhadap stress lingkungan” papar Abdul Munif.

Fitri Widiantini akademisi UNPAD menjelaskan Berbagai macam bakteri yang terdapat di alam berpotensi dalam pengendalian OPT. Bagaimana cara memperoleh bakteri tersebut?.

“kita membutuhkan strategi untuk mendapatkan bakteri antara lain pemilihan ekosistem, metode isolasi yang dipengaruhi oleh darimana bakteri didapatkan, dan yang terakhir melakukan skrining antagonisme dan efikasinya. Media isolasi dan kondisi pertumbuhan mempengaruhi jenis dan jumlah bakteri yang dapat diperoleh” Jelas Fitri.

Sementara itu, secara terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, juga terus mendorong dan mendukung kegiatan pengendalian OPT berbasis ramah lingkungan dengan menggunakan agens hayati sebagai bahan pengendaliannya.

“Dengan semakin meningkatnya kesadaran petani terhadap pentingnya budidaya tanaman sehat demi keberlanjutan pertanian, diharapkan juga kesejahteraan petani turut meningkat karenanya.”, tutup Suwandi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER