Sabtu, 23 November, 2024

Berkat Kreatifitas Ramuan Biosaka Tanpa Pupuk Kimia, Panen di Blitar Tinggi

MONITOR, Blitar – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Blitar Jawa Timur. Kunjungan dilakukan ke kelompok Tani yang membuat pupuk alami Biosaka yaitu pupuk organik yang terbuat dari bahan alami yaitu rumput.

Biosaka yang merupakan kepanjangan dari Selamatkan Alam Kembali ke Alam ini sudah banyak dibuat petani Blitar. Anshar selaku petani dan pembuat Biosaka mengungkapkan inovasi tersebut dibuat dengan menggunakan pupuk organik.

“Ini adalah sebuah contoh inovasi dari saya untuk para petani di indonesia, dengan menerapkan pupuk organik yang saya buat ini,” katanya.

Lebih lanjut Anshar mengatakan dirinya yakin Nutrisi Biosaka yang dibuat bisa menghilangkan ketergantuan para petani dari pupuk bersubsidi (kimia) dan sudah terbukti biaya produksi jadi hemat sekitar 3 juta.

- Advertisement -

“Biasanya uangnya untuk beli pupuk kimia, sekarang bisa buat sendiri di rumah cukup dengan 5 menit dan hasil panennya pun naik signifikan, cara membuat pupuknya pun mudah dengan rumput dan air,” terangnya.

Ia menjelaskan, Biosaka ini terbuat dari rerumputan yang dicampur dengan air lalu dihancurkan. Setelah itu bisa langsung diaplikasikan di lahan untuk semua jenis tanaman. Untuk pemilihan rumput harus memakai rumput yang sehat yang tidak tercampur bahan kimia dan harus diketahui masa pertumbuhan rumput berada di fase vegetatif atau generatif, serta rumputnya harus minimal ada 5 jenis.

Senada dengan Anshar, Petani di Desa Sragi Kecamatan Talun Kabupaten Blitar yang tergabung dalam Poktan Among Kismo I yang diketuai oleh Setyo Budiawan menceritakan pengalamannya, bahwa produksi panennya meningkat.

“Semenjak memakai Biosaka selama 1 tahun ini produksi kami meningkat, yang sebelum nya hanya 7 ton/ ha, menjadi 8 sampai 9 ton/ ha. pengaplikasiannya juga mudah tinggal di semprot saja dari mulai nol hari sampai 6 kali semprot,” jelasnya.

“Ini adalah solusi ketika di saat pupuk kimia semakin mahal dan langka,” tambah Setyo.

Biosaka Sendiri tidak hanya untuk tanaman padi saja, tapi juga sudah dicoba di tanaman lain seperti, kopi, alpukat, durian, jagung, dan kedelai. Total luas lahan sawah di Kabupaten Blitar sendiri sebanyak 31.976 hektare yang terdiri dari sawah irigasi 28.519 hektare dan sawah tadah hujan 3.457 hektare.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyambut baik inovasi yang dilakukan petani petani di Blitar ini. “Di sini kami salut dengan inovasi-inovasi yang di terapkan para petaninya, dengan melakukan sistem intergrated farming, membuat pupuk sendiri dan sudah tidak mengandalkan pupuk bersubsidi,” Kata Suwandi.

Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang mengharapkan bahwa petani kita harus berinovasi dalam segala hal. “Jajaran Kementan harus terus bersinergi dengan dinas Provinsi, Kabupaten dan pemerintah daerah untuk turut serta mengawal dan mendukung agar pertanian kita lebih maju, mandiri dan modern, dalam menerapkan pertanian ramah lingkungan yang tahan dalam perubahan iklim yang tidak menentu,” terang Suwandi dengan penuh semangat.

Sementara itu, Wawan Widianto, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar menyampaikan, pihaknya akan terus mendukung Kementerian Pertanian untuk melakukan sosialisasi dan menerapkan inovasi ini ke semua wilayah Kabupaten Blitar.

“Saya berharap para petani di seluruh indonesia tidak lagi mengandalkan pupuk kimia lagi,” tegasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER