MONITOR, Jakarta – Perkembangan Industri 4.0 memiliki ciri menonjol dalam aspek penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence dan big data. Layaknya dalam setiap kemajuan industri dan teknologi, perkembangan ini membawa implikasi terhadap hilangnya satu jenis pekerjaan tertentu, dan memunculkan jenis pekerjaan yang baru.
Teknologi kecerdasan buatan berpotensi besar menggeser dan menggantikan pekerjaan manusia, tak terkecuali dalam profesi psikologi. Agar tetap eksistensi, mahasiswa Psikologi perlu memahami secara utuh tantangan dan peluang implementasi kecerdasan buatan dalam dunia industri dan pasar dunia kerja di masa yang akan datang.
Dari realita tersebut, Fakultas Psikologi Uhamka mengadakan seminar dengan tema “Optimalisasi Artificial Intelligence Dalam Psikologi Untuk Hidup yang Berkualitas: Peluang dan Tantangan.” Berperan sebagai narasumber dalam seminar tersebut adalah Peter Wijaya dari stratetic project lead TADA dan Puti Archianti Widiasih sekalu ketua program studi Psikologi Uhamka. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Konferensi Nasional Ke-6 Peneliti Muda Psikologi Indonesia yang berlangsung pada tanggal 12-14 April 2022.
Dekan Psikologi Uhamka, Anisia Kumala menyatakan bahwa kegiatan Konferensi Peneliti Muda Psikologi Indonesia ini merupakan ciri khas, keunggulan dari Psikologi Uhamka, sebagai salah satu Fakultas Psikologi terkemuka di Jakarta yang telah terakreditasi A.
“Penyelenggaraan acara ini juga merupakan bagian implementasi dari komitmen dari Fakultas Psikologi Uhamka untuk membangun suasana akademik dan mempersiapkan lulusannya menjadi ilmuan Psikologi yang mumpuni,” ujar Anisia Kumala.
Dalam paparannya, Peter Wijaya mengatakan bahwa teknologi memiliki berbagai keunggulan seperti yang potensial menggantikan tenaga kerja manusia. Misalnya kini sudah berkembang aplikasi untuk screening biodata dalam proses rekrutmen karyawan. Untuk satu lowongan pekerjaan, seringkali diminati oleh ribuan pelamar.
“Nah, aplikasi ini memungkinkan screening CV para pelamar dilakukan secara cepat, akurat dan presisi. Belum lagi berkembangnya sejumlah aplikasi untuk berbagai kebutuhan seperti untuk analisis data, aplikasi untuk kebutuhan administrasi dan lain-lain,” ujar Peter Wijaya.
Senada dengan penjelasan tersebut, Puti Archianti mengatakan bahwa Penggunaan kecerdasan buatan telah sangat lazim digunakan untuk memahami perilaku manusia, karena itu mahasiswa Psikologi perlu memahami perkembangan teknologi mutakhir.
Konferensi Nasional yang berlangsung secara virtual ini diikuti oleh 231 peneliti muda psikologi Indonesia yang berasal dari 18 perguruan tinggi mencakup Uhamka, IAIN Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Mercubuana, Universitas Pancasila, Universitas Sumatera Utara, Universitas Muhammadiyah Lampung, Universitas Raden Mas Said Surakarta, UIN Ar-raniry Banda Aceh, Universitas Jenderal Ahmad Yani, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, UNIKA Atmajaya, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas Brawijaya, Universitas Semarang, Universitas Muhammadiyah Bandung, Universitas Merdeka Malang, dan Universitas Bunda Mulia.