MONITOR, Sumba – Memasuki bulan Ramadhan tidak menyurutkan langkah Kementerian Pertanian (Kementan) dalam upaya mengendalikan belalang kembara di Pulau Sumba. Keberadaan belalang kembara di Pulau Sumba ini dikhawatirkan akan mengancam produksi tanaman pangan di Sumba, khususnya Program Food Estate di Sumba Tengah.
Kementan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah membentuk Tim Pengembangan Teknologi Pengendalian Hama Belalang Kembara yang beranggotakan para pakar dari Perguruan Tinggi dan tim dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Mohammad Takdir Mulyadi menjelaskan tugas tim adalah melakukan pendampingan, mengidentifikasi dan memberikan kajian teknologi pengendalian yang tepat dengan tetap mengedepankan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) kepada petani.
“Beberapa waktu yang lalu kami sudah melakukan pengendalian secara mekanik, aplikasi agens hayati, maupun insektisida kimia sintetik sesuai kebutuhan lapangan”, ucap Takdir.
Takdir menambahkan pengendalian belalang kembara secara mekanik tersebut dilakukan dengan melibatkan warga sekitar dan berhasil mengumpulkan belalang kembara hingga mencapai 2 ton (23/3). Kementan pun memberikan hadiah sebagai apresiasi terhadap partisipasi masyarakat tersebut.
Saat ini, di Kabupaten Sumba Tengah maupun Sumba Timur tengah digencarkan Gerakan Pengendalian (gerdal) belalang kembara untuk mencegah masuknya populasi belalang kembara ke pertanaman pangan.
“Sekarang pertanaman padi secara bertahap sedang memasuki masa panen, jadi kami terus melakukan upaya pencegahan agar belalang tidak masuk ke areal yang siap panen ini dengan mengendalikannya di padang-padang rumput habitat asalnya.”, ungkap
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Tengah, Umbu K. Pari.
Pakar dari Universitas Gadjah Mada yang juga menjadi anggota Tim khusus pengendalian belalang kembara, Y. Andi Trisyono menjelaskan saat ini di Kecamatan Mamboro, Sumba Tengah, belalang kembara bermigrasi dengan merayap karena masih instar 2 – 3 menuju padang rumput hijau yang masih bagus sebagai tempat hidup belalang kembara.
“Pergerakan seperti inilah yang kemudian perlu dipahami karena nanti akan turut menentukan bagaimana cara mengatasi atau mengelola hama ini secara tepat”, ujar Andi.
Kondisi iklim di Pulau Sumba yang saat ini masih belum menentu, terkadang hujan terkadang panas, diduga juga menjadi salah satu faktor penyebab populasi belalang kembara yang muncul terus menerus. Kondisi iklim ini menyebabkan tingkat kelembaban dan suhu yang kondusif untuk penetasan telur dan perkembangan populasi hama ini.
Kabupaten Sumba Timur yang ditengarai sebagai sumber serangan belalang kembara terus melakukan gerdal secara masif. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Sumba Timur bersama Kementan sedang menyiapkan gerdal belalang kembara yang rencananya akan dilaksanakan secara serentak dari sekitar 200 titik (desa) di seluruh wilayah Sumba Timur.
“Kami menyampaikan terima kasih atas dukungan dari Kementan terkait belalang kembara, ke depan kami akan terus melakukan pengendalian belalang kembara berdasarkan prinsip PHT sebagai langkah antisipasi”, tutur Oktavianus Mb. Muku, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Sumba Timur.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengingatkan kepada seluruh jajarannya agar jangan sampai lengah dan tetap berkreasi mencari solusi yang tepat untuk mengatasi hama ini.
“Mari kita bahu membahu bersama stakeholder terkait dan masyarakat sekitar dengan mengoptimalkan sumber daya yang kita miliki demi mengamankan stok pangan, khususnya di Pulau Sumba”, tegas Suwandi.
Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang menyatakan bahwa Pemerintah siap membantu memberikan upaya terbaik untuk keberhasilan pengembangan usaha pertanian di Nusa Tenggara Timur.