MONITOR, Jakarta – Perhatian publik terhadap Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus meningkat dari hari ke hari. Dalam seminggu terakhir misalnya, Ganjar menyita perhatian publik lewat aksi cukur rambutnya hingga menjadi tokoh yang paling potensial menjadi capres pada Pilpres 2024.
Terkait cukur gundul dilakukan Ganjar itu merupakan bentuk dukungan pada anak-anak pejuang kanker saat merayakan Hari Kanker Anak Sedunia. Ganjar memotong rambut putihnya hingga habis di rumah dinasnya pada Senin (28/2/2022) lalu.
Ganjar juga mengikuti acara Berani Gundul di Semarang secara virtual seraya menyapa anak-anak penderita kanker yang turut hadir virtual.
“Jadi kalau rambut itu kan bisa tumbuh lagi, mau dipotong kaya apapun kan bisa tumbuh lagi. Tapi membangun empati solidaritas menurut saya penting,” ungkap Ganjar dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/2/2022).
Bahkan, Ganjar berhasil mengumpulkan donasi hingga ratusan juta untuk anak-anak penderita kanker.
“Angka sementara ya, sehari ini masuk Rp 280-an juta. Semoga masih bertambah karena acara berlangsung hingga pukul 19.00 WIB malam ini,” kata Kepala Cabang YKAKI Semarang Vita Mahaswari, Senin (28/2).
Terkait elektabilitas, hasil survei Saiful Mujani Research (SMRC) menyebut Ganjar menjadi capres yang paling banyak dipilih oleh pemilih kritis.
Ganjar Pranowo unggul dari Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Ia berada dalam posisi teratas dengan perolehan 27,5%.
“Dalam dua tahun terakhir, dukungan pemilih kritis kepada Ganjar dalam simulasi semi terbuka naik dari 7,7 persen pada survei Mei 2020 menjadi 26,8 persen pada survei terakhir 8-10 Februari 2022,” ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani.
“Sejak April 2021, Ganjar konsisten berada di urutan teratas, sementara Anies dan Prabowo bersaing ketat memperebutkan posisi kedua setelah Ganjar,” ucap dia.
Dekan Fisipol UGM Wawan Mas’udi mengatakan elektabilitas Ganjar yang melejit di kalangan pemilih kritis ini dinilai sebagai keberhasilan ekspose Gubernur Jateng itu di media sosial.
“Ganjar luar biasa mengekspos dirinya ke sosial media dan cenderung tidak membuat kontroversi, juga cenderung adaptif dan mendengarkan suara,” kata Dekan Fisipol UGM Wawan Mas’udi.
“Misalnya ada kasus, Ganjar tidak langsung mengatakan tidak tapi merespons dengan bahasa dan cara Ganjar,” ujarnya.