MONITOR, Grobogan – Kebutuhan masyarakat terhadap bahan pangan bergizi yang mengandung protein nabati tinggi terus meningkat. Terlebih di masa pandemi Covid 19 ketika asupan makanan sangat mendukung sistem kekebalan tubuh. Salah satu bahan pangan yang menyediakan hal tersebut adalah kedelai.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Yuris Tiyanto mengungkapkan bahwa sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kedelai, di tahun 2022 ini, Kementerian Pertanian akan memfasilitasi pengembangan kedelai seluas 52 ribu hektar yang tersebar di 16 daerah, salah satunya adalah Jawa Tengah.
“Dari 52 ribu ha nantinya akan dijadikan benih pada luasan 30 ribu hektar (dengan produktivitas benih 1 ton/ha) dan menghasilkan 30 ribu ton benih yang selanjutnya akan digunakan untuk areal tanam kedelai menggunakan anggaran non APBN,” kata Yuris.
Kabupaten Grobogan yang selama ini dikenal sebagai sentra kedelai siap mendukung langkah itu. Bahkan, menurut Kepala Dinas Pertanian Grobogan, Sunanto, di tahun ini, pihaknya menargetkan akan mengembangkan kedelai seluas 25 ribu hektar.
“Sebaran lokasi pengembangannya ada di Kecamatan Gabus, Ngaringan, Kradenan, Wirosari, Pulokulon, Toroh, Geyer, Tawangharjo, Purwodadi, Kedungjati, Tanggungharjo, Tegowanu, Karangrayung, dan Penawangan,” kata Sunanto saat ditemui di kantornya, Kamis (24/2).
Nantinya, Sunanto melanjutkan hasil panen kedelai sebagian besar akan dijadikan benih, sisanya untuk keperluan konsumsi yang selama ini diserap oleh konsumen di DIY dan Jawa Barat khususnya Sumedang sebagai bahan olahan pangan.
“Selama ini, kita menyuplai benih kedelai bahkan sampai ke Sulsel, Kalimantan dan NTB,” ungkapnya.
Benih kedelai, lanjut Sunanto, yang dikirim hampir ke seluruh Indonesia itu memiliki beberapa keunggulan.
“Kedelai varietas Grobogan yang pasti bukan GMO atau non transgenik. Potensi produksi tinggi, mencapai 3,2 ton per hektar. Bahkan di sini, pernah menghasilkan kedelai 3 ton per hektar,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Sunanto mengajak para petani untuk kembali menanam kedelai. Karena menurutnya, menanam kedelai sebenarnya lebih menguntungkan dibandingkan padi dan jagung.
“Kalau dihitung harian, pendapatan petani kedelai adalah Rp152.941 per hari dengan input usaha tani per hektar hanya Rp 5 juta sedangkan padi per hari kurang lebih Rp143.500 dan jagung Rp118.182 per hari dengan input usaha tani masing-masing dirata-ratakan sebesar Rp 15 juta per hektar,” jelas Sunanto.
Oleh karena itu, usaha tani kedelai yang kompetitif didukung jaminan pasar dan harga, menurutnya akan kembali menggairahkan para petani untuk kembali menanam kedelai.