Sabtu, 20 April, 2024

Penyebaran Radikalisme Semakin Terbuka, Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Perlu Lebih Ditingkatkan

MONITOR, Malang – Kasubdit Kontra Naratif, Direktur Pencegahan Densus 88 Polri, Mayndra Eka Wardhana mengatakan saat ini jaringan teroris sudah terbuka dan tidak tertutup seperti dahulu dalam merekrut anggotanya. Bahkan mereka sudah mulai masuk menyusup ke berbagai sektor publik.

“Saat ini sejak Parawijayanto memimpin Jamaah Islamiyah (JI), perekrutan kader teroris secara terbuka dan berbanding terbalik saat JI dipimpin oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, yang secara diam-diam,“ katanya dalam acara seminar menangkal penyebaran radikalisme dan terorisme untuk menjaga keutuhan NKRI yang dilaksanakan Jaringan Muslim Madani (JMM) di Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam Kota Malang, Jawa Timur. Sabtu (19/2/2022).

Mayndra juga mengingatkan gerakan paham radikal sudah massif dan marak di berbagai kampus di Indonesia termasuk salah satunya dengan memanfaatkan sosial media. “Mereka sejak 2010 menggunakan media sosial seperti FB, Twitter, Instagram dan sekarang bahkan di Tiktok dengan menyebarkan konten-konten bermuatan paham dan pandangan radikal,” terangnya.

Senada dengan Mayndra, Mantan napi teroris Hendi Suhartono mengungkapkan media sosial sangat berpengaruh dalam perekrutan orang menjadi teroris dan ini sudah dipergunakan dengan baik oleh kelompok teroris.

- Advertisement -

“Bahkan mereka belajar tidak bertemu dengan para mentornya tetapi mereka belajar dari video-video yang tersebar di media sosial. Kita sekarang harus sangat waspada dengan percepatan informasi maka kita harus mengantisipasi dengan membuat batasan-batasan dalam memakai media,” terang Hendi yang hadir secara virtual.

Hendi juga mengingatkan agar pemerintah serius melakukan program deradikalisasi agar para mantan napiter tidak kembali ke kehidupan sebelumnya. “Program deradikalisasi sangat perlu digalakkan kembali dan sangat bermanfaat. Disana para mantan napiter diberikan belajar berbagai ilmu kehidupan yang baru, “pungkasnya.

Ditempat yang sama, Aktivis dan Dosen Universitas Negeri Malang, Muslihati menilai pentingnya mencegah paham radikalisme terhadap masyarakat terutama pada kalangan anak muda atau milenial.

Menurutnya radikalisme di kalangan milenial dapat dicegah sejak dini yang dimulai di lingkungan keluarga. Dari rumah ajarkan anak kita tentang literasi keragaman dan multi budaya berbasis keluarga.

Muslihati menambahkan bahwa keragaman bukan hanya dalam agama. Fitrah manusia, sambungnya, juga ditakdirkan beragam. Mulai dari warna kulit, suku, ras, dan golongan.

“Agama kalau Allah kehendaki Islam semua bisa. Tetapi tidak seperti itu mau Allah. Kita ada laki-laki wanita. Banyak keragaman yang membutuhkan respect, toleransi butuh respect, dan keragaman adalah rahmat,” terangnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER