MONITOR, Jakarta – Mengantisipasi dampak pandemi covid, serta dampak perubahan iklim, perlu strategi dan upaya peningkatan produksi untuk menjamin ketersediaan pangan serta upaya wasembada pangan, khususnya beras. Strategi Kementerian Pertanian (Kementan) antara lain ditempuh melalui perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas dan Indeks Pertanaman (IP) 400 atau tanam padi 4 kali setahun.
Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan salah satu supporting sistem dalam gerakan IP400 adalah benih genjah, teknik semai culik yakni memperpendek waktu tanam, dimana waktu semai benihnya pun hanya 15 sampai 20 hari untuk kemudian ditanam. Penyemaianya pun diharus di luar lahan yang ditanam (bisa di pematang, pekarangan, halaman rumah, bisa menggunakan tray susun).
“Target Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo adalah produksi harus naik, produktivitas 6 ton perhektar, harus swasembada pangan pada Agustus 2022 nanti, sudah 3 tahun kita tidak impor beras umum,” demikian dikatakan Suwandi pada webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani, kemarin Jumat (11/2/2022).
“Harus tumbuh penangkar benih genjah dan super genjah di sentra IP400 dan dikawal oleh BPSB, seperti Sukoharjo, Klaten, Sragen, Grobogan, Cilacap, dan sentra Jawa Barat lainnya,” lanjut Suwandi.
Pada webinar ini, Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Yudi Sastro menjelaskan varietas Respati selain menambah preferensi petani terhadap varietas unggul baru juga bisa menjadi pilihan baru untuk padi umur genjah. Pada pertengahan tahun 2021, Badan Litang Pertanian Kementan baru saja melepas empat varietas padi salah satunya varietas unggul respati.
“Diharapkan dengan dilepasnya respati ini makin memperkaya varietas padi kita dan tentu kami berharap agar varietas respati ini cepat berkembang, bisa segera diadopsi para petani dalam upaya menjangkau upaya peningatan produksi pangan kita,” terangnya.
“Dengan potensi hasil tinggi yang mencapai hasil 9,7 ton perhektar, dan rata-rata hasil 7,5 ton perhektar dari sejumlah lokasi pengujian, menjadi pilihan tersendiri bagi petani yang membutuhkan varietas umur padi genjah produksi tinggi,” imbuh Yudi.
Peneliti BB Padi Sukamandi, Mira Landep Widiastuti menjelaskan hal yang perlu diperhatikan dalam produksi benih antara lain pengendalian mutu (sumber benih, roguing, isolasi), pemeliharaan tanaman (mulai semai sampai panen), proteksi tanaman dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan sertifikasi di lapang. Sebagai contoh varietas Cakrabuana Agritan yang dilepas ditahun 2018 yang berasal dari persilangan Iradiasi Sinar Gamma Co60 dosis 0,1 kGy terhadap Inpari 13, memiliki umur tanam sekitar 104 hari setelah tanam dengan potensi hasil sebesar 10,2 ton/ha dan rata-rata hasil 7,5 ton/ha.
“Cakrabuana Agritan baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah dan menengah sampai ketinggian 600 mdpl. OPT yang dihadapinya antara lain agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3 agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III. Rentan hawar daun bakteri strain IV dan VIII, tahan penyakit blas ras 033, dan 173. Pun agak tahan penyakit tungro inokulum Purwakarta,” jelas Mira.
Sementara itu, Peneliti BB Padi, Estria Furry menambahkan terkait rekomendasi VUB (varietas unggul baru) padi berumur sangat genjah, antara lain Cakrabuana, Padjadjaran, Inpari Sidenuk, Inpari 19, Inpari 13, dan M70D. Sementara rekomendasi VUB Padi berumur genjah, antara lain Inpari 32 Agritan, Inpari 33 Agritan, Inpari 42 Agritan, Inpari 43 Agritan, Inpari IR Nutri Zinc, Mantap, IPB3S, Jeliteng, Inpari 24 Gabusan, Hipa 18, dan Hipa 21.
”Terkait tantangan pengembangan IP400, antara lain degradasi kesuburan lahan, potensi peningkatan serangan hama dan penyakit tanaman, ketersediaan benih bermutu, ketersediaan tenaga kerja, peningkatan proses pascapanen jaminan harga gabah dan beras yang stabil dari pemerintah, dan keberlangsungan perakitan,” jelasnya.