Kamis, 25 April, 2024

Valorisasi Tanaman Lokal untuk Meningkatkan Nilai Tambah Produk Pertanian

MONITOR, Jakarta – Bimtek Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 283 tanggal 13 Januari 2022 ini cukup menarik dan menyita perhatian para partisipan. Dengan mengangkat tema Valorisasi Tanaman Pertanian meningkatkan Nilai tambah, menghadirkan para pakar/ahli dari SITH ITB.

Dalam kesempatan ini, acara dibuka dengan sambutan Dekan STIH ITB, Dr. Endah Sulistyawati. Dalam sambutannya, Endah mengatakan bahwa dirinya dan SITH sangat mengapresiasi adanya Bimtek/Webinar Propaktani karena dirasa dapat menyebarkan informasi di tengah pandemi, sehingga jangkauan informasi dapat terjangkau cukup luas

Guru Besar SITH ITB Prof. Dr. Robert Manurung menceritakan pengalamannya di beberapa negara bagaimana perhatian negara lain dalam mengembangkan potensi tanaman sebagai alternatif energi dalam Industri. Sejak revolusi industri pertama telah terjadi peningkatan produktivitas industri pengolahan yang luar biasa tinggi, namun juga telah diiringi dengan pengurasan sumber daya alam yang masif melebihi daya dukung planet bumi.

Fenomena ini terjadi terutama disebabkan bagian (biomasa) yang dimanfaatkan tidak maksimal dan produk samping (by products) banyak yang menjadi limbah dan diperburuk oleh model ekonomi linier (linier economy: take-make-dispose), yang masih berlaku hingga saat ini. Oleh karena itu Uni Eropa mencanangkan invensi dan inovasi pemanfaatan sumber daya hayati yang ramah lingkungan sebagai salah satu strategi penting dalam menuju bioekonomi sirkular dan menjadi tumpuan pengembangan sistem fisik dalam sistem siber-fisik pada revolusi industri 4.0.

- Advertisement -

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa valorisasi limbah adalah aktivitas proses industri yang bertujuan mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang, dan memulihkan limbah pertanian menjadi produk yang lain. Proses ini mengonversi limbah menjadi produk yang lebih bernilai menggunakan teknologi proses ramah lingkungan dengan mengurangi limbah dan memaksimalkan utilitas produk sehingga dapat melindungi lingkungan.

“Konversi biomassa menjadi berbagai bioproduk yang dapat mensubstitusi produk yang saat ini dihasilkan dari sumber fossil menjadi aspek penting peran simbiosis industrial berbasis valorisasi biomasa dalam transformasi model ekonomi linier menjadi model bioekonomi sirkular. Konsep rancangan simbiosis industrial berbasis valorisasi tanaman ubi kayu sangat potensial dan menjanjikan untuk dikembangkan sebagai landasan pengembangan Bioekonomi Sirkular” ujarnya.

Dr. M. Yusuf Abduh (Akademisi SITH ITB) menambahkan Ekonomi sirkular yaitu Ekonomi industri yang mempromosikan produktivitas sumber daya yang lebih besar untuk mengurangi limbah dan menghindari polusi dengan desain atau niat, dan di mana aliran material terdiri dari dua jenis: Nutrisi Teknis yang dirancang untuk beredar pada kualitas tinggi dalam sistem produksi tanpa memasuki biosfer serta restoratif dan regenerative dengan desain dan Nutrisi Biologis yang dirancang untuk masuk kembali ke biosfer dengan aman.

Dikempatan yang sama Dr. Ir. Suwandi, M.Si. Direktur Jenderal Tanaman Pangan menyampaikan bagaimana kedepan 100 tahun Indonesia merdeka yaitu 2045 Indonesia sebagai feed the world pemasok pangan dunia, karena seluruh penduduk dunia butuh sehat. Untuk sehat perlu makan yang baik dan sehat pula, makanan yang baik dan sehat itu ada di Indonesia. Selama ini kita mengenal beras organik dan organik lainnya itu menggunakan ilmu kimia ilmu hayati yang lain, coba skrg gunakan fisika kuantum.

“Karenanya saya optimis Indonesia feed the world tahapannya sudah kita terapkan konsep tersebut. Konsep yg pertama Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Kedua, sektor pertanian tidak mungkin berdiri sendiri. Tentunya kami membutuhkan kehadiran bagaimana aspek teknologi yang sifatnya bio kemudian menggunakan mekanisasi desain rancangannya kearah efisien dan massif” tegasnya.

Kali ini valorasi pangan lokal untuk meningkatkan nilai tambah ini potensi luar biasa. Hal tersebut tentunya sesuai dengan 5 Cara Bertindak yang digalakkan oleh Menteri Pertanian, Bapak Syahrul Yasin Limpo yakni cara bertindak pertama atau CB1 mengenai peningkatan kapasitas produksi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER