MONITOR, Jakarta – Kementan melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menggiatkan semangat Pengelolaan Hama Terpadu atau disingkat sebagai PHT melalui program Pemberdayaan Petani dalam Pemasyarakatan PHT (P4). Pada tahun 2021, terdapat 12 provinsi daerah sentra produksi tanaman pangan yang merupakan daerah potensial/endemis OPT dan terpilih untuk melaksanakan kegiatan P4, salah satunya Provinsi Jawa Barat. Sebanyak 20 unit P4 dialokasikan di Jawa Barat yang terbagi ke dalam 5 satuan pelayanan terpisah. Satuan Pelayanan (Satpel) IV Bandung mendapatkan alokasi 4 unit kegiatan P4 yang pelaksanaannya dibagi ke 4 Kelompok Tani berbeda yaitu Poktan Mekar Tani Jaya di Kabupaten Bandung, Poktan Tunas Mekar di Kabupaten Garut, Poktan Lembur Sawah di Kabupaten Sumedang, dan Poktan Cimanggu di Kabupaten Bandung Barat.
Evaluasi kegiatan P4 telah dilaksanakan di Poktan Mekar Tani Jaya di Kabupaten Bandung, Poktan Tunas Mekar di Kabupaten Garut, Poktan Lembur Sawah di Kabupaten Sumedang, dan Poktan Cimanggu di Kabupaten Bandung Barat. “Evaluasi kegiatan P4 menunjukkan hasil yang positif, baik dalam kegiatan eksplorasi maupun perbanyakan agens pengendali hayati. Selain itu juga terlihat penurunan intensitas serangan, perbaikan kondisi tanaman dan peningkatan hasil produksi”, jelas Yoyon, Kepala Satuan Pelayanan Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (Satpel BPTPH) Wilayah IV Bandung.
Hasil eksplorasi APH dari keempat poktan di Satpel BPTPH Wilayah IV Bandung yaitu Beauveria sp. dan Trichoderma sp., yang telah melewati tahapan sampling, inkubasi, isolasi, pemurnian dan identifikasi. “Isolat yang sudah diidentifkasi selanjutnya diperbanyak di testube dan dikembalikan ke poktan, agar poktan dapat melakukan perbanyakan APH sendiri”, lanjut Yoyon.
Aplikasi APH hasil perbanyakan Poktan Tunas Mekar pada pertanaman padi menunjukkan adanya penurunan populasi dan intensitas serangan OPT utama seperti PBP, Blas, dan BLB jika dibandingkan dengan musim tanam sebelumnya. “Alhamdulillah kami berhasil mengembangkan APH Trichoderma sp., Paenybacillus polymyxa, dan PGPR. Kami juga membuat pestisida nabati dari daun suren, mimba, dan mindi. Hasil ubinan juga meningkat dari 5,5 ton/ha menjadi 5,8 ton/ha”, jelas Mulyadi, Ketua Poktan Tunas Mekar.
Keberhasilan program ini juga dialami oleh Poktan Mekar Tani Jaya. Satu hal yang unik dari Poktan Mekar Tani Jaya adalah insiatif petugas dan petani untuk mengembangkan parasitoid Trichogramma spp. untuk mengendalikan PBP di lahan pertanaman dan berhasil memperoleh tingkat parasitasi di atas 90%. “Hasil ubinan kami meningkat dari 5 ton/ha menjadi 6-7 ton/ha. Pengembangan parasitoid bisa kami kembangkan karena antusias petani juga, kebetulan di sini penggereknya cukup tinggi”, ujar Lena, POPT pendamping P4.
Nanang, anggota poktan Lembur Sawah menerangkan bahwa terjadi peningkatan produksi yang dirasakan oleh petani sampai 39%. Hasil ubinan meningkat dari 3,2 Kg/ubinan (MT sebelumnya) hingga 5,1 Kg/ubinan (MT sekarang). Serangan OPT utama di area pertanaman Poktan Lembur sawah mengalami penurunan intensitas serangan. “Intensitas serangan Penggerek Batang menurun dari 11,73% (MT Sebelumnya) hingga 1,79% (MT Sekarang)”, tutur Enceng POPT Kecamatan Pamulihan.
Farry, POPT Kecamatan Sindangkerta menyatakan bahwan Poktan Cimanggu mendapat hasil ubinan 6,5 Kg/ubinan. Intensitas serangan Blas menurun dari 7,04% hingga 4,07% dan BLB dari 5,19% hingga 1,85%. Wahyu, anggota Poktan Cimanggu, menambahkan bahwa tanaman padi menjadi lebih sehat, postur menjadi lebih tegak, jumlah anakan lebih banyak dan malai yang keluar lebih banyak dan lebih berisi.
Ditemui terpisah, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Dr. Ir. M. Takdir Mulyadi, MM, menyampaikan apresiasi atas terlaksananya rangkaian kegiatan P4 di Satpel Bandung. “Harapan Saya melalui kegiatan P4 ini semangat PHT petani semakin kuat. Mari kita sama-sama menuju pertanian yang ramah lingkungan, dengan mengedepankan pemanfaatan musuh alami atau agens pengendali hayati sebagai langkah utama dalam pengamanan produksi pangan”, ujar Takdir.
Sejalan dengan Takdir, Direktur Jenderal Tanaman Pangan dihubungi di tempat terpisah mengungkapkan dukungannya terhadap pengendalian secara ramah lingkungan. “Kita sekarang harus lebih memperhatikan dan melestarikan lingkungan kita. Jangan sebentar-sebentar kita gunakan pestisida kimia, usahakan kita aplikasikan agens hayati agar musuh alami dari hama tidak musnah akibat pengunaan pestisida kimia yang tidak bijaksana”, ujar Suwandi, Dirjen Tanaman Pangan.