Rabu, 24 April, 2024

Tahun 2022, Prospek Usaha Perikanan Budidaya dinilai Semakin Cerah

MONITOR, Jakarta – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof Rokhmin Dahuri mengatakan bahwa Pembangunan, investasi, dan bisnis di sektor perikanan budidaya (aquaculture) dari hulu sampai hilir akan tetap cerah (bright, prospective) pada 2022. Demikian disampaikan Prof Rokhmin dalam acara “Indonesia Aquaculture Outlook by eFishery” di Jakarta, Kamis (16/12/2021).

“Perikanan budidaya menurut data ilmiah merupakah salah satu sektor unggulan dimana potensi produksinya kita di Indonesia nomor satu di dunia. Lebih dari 100 juta ton ikan, seafood, rumput laut dan lain-lain pertahun, faktor lainnya usaha budidaya juga relatif modalnya kecil, kemudian rakyat kita sebagian besar sudah mampu mengoperasikan, serta Sebagian besar lokasi budidaya berada di pesisir dan pedesaan sehingga bisa mengatasi masalah nasional yaitu kemiskinan, pengangguran dan mengurangi ketimpangan antar wilayah,” ujarnya.

Rokhmin menambahkan bahwa fakta tersebut dikuatkan dengan data pada periode 2015-2020, angka konsumsi ikan nasional terus meningkat, rata-rata 6,54% per tahun. Bahkan pada 2021, nilai ekspor periode Januari hingga Oktober mencapai USD 4,56 miliar atau naik 6,6% dibanding periode yang sama pada 2020.

“Kalau dari segi volume produksi kita sangat baik, tapi soal kemakmuran pembudidaya dan daya saing produk kita masih banyak PR-nya,” terang Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.

- Advertisement -

Prof Rokhmin menegaskan bahwa secara keseluruhan prospek atau outlook perikanan budidaya pada 2022 semakin cerah karena dari segi permintaan atau demand baik domestik maupun global semakin meningkat. “Dari segi supply side kemudian potensi produksi kita nomor satu, kemudian IPTEK juga membantu efisiensi dan produktifitas di perikanan budidaya baik udang, kerapu dan seterusnya. Lebih dari itu perkembangan teknologi ini juga membantu efektifitas dan efisiensi di supply chain perikanan budidaya termasuk berkelanjutan,” jelasnya.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu lantas membeberkan kemajuan IPTEK di bidang Perikanan Budidaya (aquaculture), mulai dari teknologi pembenihan (hatchery) yang menghasilkan benih unggul (SPF, SPR, dan fast growing); formulasi dan teknik pemberian pakan (automatic and real time feeder based on needs); teknologi pengendalian hama dan penyakit (probiotic); manajemen kualitas air (kincir air, nanno buble); teknologi budidaya (RAS, Bioflock); pond engineering (biocrete, kolam bundar, MSF); Biosecurity hingga aplikasi teknologi Industry 4.0 (smart and precision aquaculture) sehingga Meminimalisir risiko gagal panen, sekaligus meningkatkan produktivitas, efisiensi, daya saing, dan keberlanjutan (sustainability) usaha on-farm Perikanan Budidaya.

“Hingga Triwulan III-2021, produksi perikanan budidaya mencapai 12,25 juta ton dengan dominasi masih dari komoditas Rumput Laut (58%). Jika dibanding tahun 2020 pada periode yang sama, produksi perikanan budidaya hingga Triwulan III-2021 naik 6%, dimana kelompok ikan naik 36%, sementara rumput laut turun -8%,” katanya. 

Meskipun masih dalam masa pemulihan ekonomi akibat dampak Pandemi Covid-19, Rokhmin mencatat kinerja sektor Perikanan Budidaya tahun 2021 menunjukkan capaian yang positif dimana pertumbuhan PDB adhb sektor perikanan hingga triwulan III-2021 rata-rata tumbuh positif diatas pertumbuhan nasional (BPS, 2021).

Adapun tantangan pembangunan perikanan budidaya di Indonesia menurutnya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. “Tantangannya faktor eksternal peningkatan suhu air, Sebagian spesies ikan kita kemampuan adaptasi sangat rendah, faktor lainnya seperti iklm investasi, keamanan, kebijakan, suku bunga terlalu tinggi 12 persen per tahun. Adapun tantangan internal harga pakan terus meningkat,” tandasnya.

Namun demikian, secara keseluruhan; menurut Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan itu political will dan kebijakan pemerintah 2019 – 2024 sangat kondusif bagi tumbuh kembangnya pembangunan, investasi, dan bisnis di sektor perikanan budidaya.

Sebelumnya, Sepanjang 2021, pendapatan startup akuakultur eFishery naik delapan kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan tersebut ditopang oleh sejumlah pengembangan inovasi dan teknologi yang dihadirkan oleh eFishery sepanjang tahun ini diantaranya eFarm, eFisheryKu, dan eFresh.

Gibran Huzaifah selaku CEO dan Co-founder eFishery menyampaikan pencapaian yang didapatkan oleh eFishery berasal dari pemanfaatan teknologi yang selain ditujukan untuk peningkatan produktivitas di sektor akuakultur, juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup dan usaha para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia.

Hingga akhir tahun ini, eFishery telah menjangkau setidaknya 27.000 pembudidaya dari 250 Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia. Jumlah ini meningkat 1.073% dibandingkan angka tahun lalu. Untuk tahun 2022 nanti, Gibran menargetkan menggandeng 200.000 pembudidaya untuk bergabung ke dalam ekosistem eFishery.

Tidak hanya melalui teknologi yang dimiliki, para pembudidaya yang tergabung dalam ekosistem eFishery juga dapat terhubung secara langsung dengan institusi finansial mitra eFishery. Tak kurang dari 6.000 pembudidaya telah mendapatkan akses terhadap permodalan produktif, dengan total jumlah pembiayaan yang disetujui mencapai lebih dari  Rp 400 Miliar hingga akhir tahun 2021 ini.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER