Kamis, 18 April, 2024

Bersama Kemnaker, LPBI NU Gelar Padat Karya di Tujuh Provinsi

MONITOR, Jakarta – Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) menggelar Launching Program Padat Karya yang bekerjasama dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI bertempat di Aula Lantai 8 Gedung PBNU, Senin (15/11/2021).

Kegiatan padat karya ini dilaksanakan di lima belas kabupaten/kota di tujuh provinsi, diantaranya; DKI Jakarta (Jakarta Barat), Jawa Barat (Cirebon, Cianjur, Bekasi), Jawa Tengah (Sragen, Pati, Kudus, Pekalongan & Kota Pekalongan), Jawa Timur (Mojokerto, Blitar, Nganjuk), NTB (Bima), Maluku Utara (Kota Ternate), dan Sumatera Utara (Pematangsiantar).

Dalam kesempatan ini, Ketua LPBI NU Muhammad Ali Yusuf menyampaikan, bahwa telah terjadi defisit air di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurutnya, secara angka sudah mencapai 70 sampai 80%.

“Saya kira, kita harus melakukan banyak upaya agar bagaimana sumber daya air ini bisa kita selamatkan, dan kita manfaatkan untuk anak cucu kita,” ujarnya.

- Advertisement -

Ali menambahkan, bahwa penyebab terjadi defisit air menurut para pakar mengatakan, bahwa populasi masyarakat yang sangat tinggi menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis air. Ia juga menyebut menurunnya daya dukung lingkungan menjadi bagian penting dalam terjadinya defisit air.

Selanjutnya, Ali menuturkan bahwa defisit air juga terjadi karena perubahan iklim. Di mana, salah satu dampak perubahan iklim yang masyarakat rasakan hari ini adalah anomali cuaca.

“Jadi artinya bahwa pada saat hujan air tidak bisa kita manfaatkan, bahkan sampai berdampak banjir, sementara pada saat kemarau, keberadaan air kita tunggu-tunggu karena ada kekeringan yang luar biasa di mana-mana,” tuturnya.

Meskipun begitu, Ali mengungkapkan, bahwa saat ini ada dua Provinsi di Indonesia yang masih terjadi surplus air, yaitu Papua dan Papua Barat. Hal tersebut dikarenakan populasi masyarakat yang masih rendah dan masih banyak hutan yang dapat diselamatkan.

Dengan demikian, Ali berharap dengan adanya Program Padat Karya yang digawangi oleh LPBI PBNU dan Kementerian Ketenagakerjaan RI ini, menjadi salah satu solusi yang dapat menyelamatkan keberadaan air dengan berbagai cara yaitu dengan cara instalasi pemanenan air hujan, pengolahan air bekas wudhu dan lubang biopori.

Karena menurut Ali, dalam upaya penyelamatan air bersih ada dua cara. Pertama adalah dalam bentuk vegetasi, yaitu dengan cara menanamkan dan tidak banyak melakukan alih fungsi lahan. Kedua dalam bentuk konstruksi.

“Nah yang konstruksi ini yang kita lakukan bersama Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia yaitu kita ingin menabung air hujan, sehingga air hujan yang selama ini kita biarkan mengalir ke saluran air bahkan ke buang ke sungai, dapat kita manfaatkan dan kita tabung kita, sehingga kita dapat menggunakan ketika dibutuhkan,” pungkasnya.

Launching ini selain dihadiri PCNU, LPBI NU, Disnaker, BPBD perwakilan di lima belas kabupaten/kota secara daring, juga dihadiri secara luring oleh Titik Mas’udah, Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan RI, Andi Najmi Fuaidi, Wasekjend PBNU serta tamu undangan terbatas dengan protokol kesehatan secara ketat.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER