Kamis, 25 April, 2024

Senator Jogja: Kita Harus Saling Hidup Berdampingan

MONITOR, Yogyakarta – Setiap anak bangsa turut berjuang untuk mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Siapa pun punya peran. Tidak hanya yang memegang senjata, tapi juga mereka ada memasak di dapur umum, membuat karya seni propaganda, intelektual, guru, kiai, dan lain sebagainya. Maka, bangsa ini adalah bangsa yang dimiliki bersama, bukan golongan tertentu.

“Apa pun latar belakang kita, bangsa ini adalah milik bersama. Pada bagian inilah, kita juga menemukan konteks Bhinneka Tunggal Ika, yang mengajarkan kepada kita sebagai anak bangsa, bahwa kita harus siap hidup berdampingan dalam berbagai keragaman yang ada di tanah air kita. Bolehlah kita berbeda, tapi kita harus saling menghormati perbedaan yang ada,” terang Senator asal D.I. Yogyakarta, Hilmy Muhammad, dalam acara Training of Trainers Empat Pilar MPR RI yang dilaksanakan oleh Kelompok Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI di Bekasi pada Senin (08/11) siang.

Merunut sejarah penjajahan bangsa ini, pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut menyampaikan bahwa jika motivasi utama penjajahan dulu adalah faktor ekonomi akibat Revolusi Industri, maka yang terjadi hari ini sebenarnya juga tidak jauh berbeda. Hari ini penjajahan ekonomi bahkan sampai jauh di pelosok-pelosok desa.

“Kita juga tidak percaya diri dengan produk-produk kita sendiri dan lebih senang menggunakan produk impor. Tapi mentality kita yang masih lebih suka dengan produk-produk asing. Ini yang menjadi catatan pentingnya semangat NKRI patut dinyalakan kembali,” kata Anggota Komite I DPD RI tersebut.

- Advertisement -

Oleh sebab itu, menurut pria yang juga anggota MUI Pusat tersebut, bangsa Indonesia perlu memiliki tujuan bersama untuk meningkatkan kepercayaan diri terhadap produk dalam negeri, sekaligus untuk memupuk persatuan bangsa.

“Jika dulu ada Sumpah Pemuda dan Resolusi Jihad, yang dapat menyatukan seluruh bangsa untuk bergerak bersama dengan satu tujuan, yaitu nasionalisme dan kemerdekaan, maka hari ini kita punya apa? Apakah kalimatun sawa’ yang menyatukan kita? Apakah hanya olahraga yang bisa menyatukan kita, Sea Games atau Thomas Cup. Tapi kalau perhelatannya selesai, kita kembali berbeda. Mestinya kalau kita punya tujuan bersama, kita tidak perlu menunggu musuh bersama untuk bersatu. Atau tidak perlu menunggu ada bencana besar untuk bergotong royong?” ujar anggota MPR tersebut.

Selain tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Gus Hilmy juga menyampaikan materi tentang Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, semboyan bangsa itu menjadi tanda betapa besarnya bangsa ini.

“Banyak orang bicara tentang multikulturalisme, tapi kita sebagai bangsa sudah mampu mempraktikkannya, bahkan berpuluh tahun lamanya. Ini anugerah terbesar kita sebagai bangsa, di saat bangsa lain gagal mendefinisikan dirinya, dan bahkan terlibat perang saudara,” kata Gus Hilmy.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER