Kamis, 25 April, 2024

Lebih Cepat, Murah dan Efektif, Petani Mulai Terapkan Benih Porang Kultur Jaringan

MONITOR, Muntilan – Kementerian Pertanian terus berupaya mendorong terobosan pemenuhan benih porang bersertifikat, salah satunya melalui invitro kultur jaringan skala rumah tangga yang dapat menghasilkan benih dalam jumlah besar secara cepat, murah, efektif dan dapat diaplikasikan oleh petani.

Porang merupakan tanaman yang mulai dilirik karena mempunyai nilai ekomonis yang tinggi. Sampai saat ini kebutuhan benih porang bersertifikat banyak dibutuhkan petani.

Kementerian Pertanian terus mendorong upaya pemenuhan benih porang. Dalam kunjungannya Plt. Direktur Perbenihan, Takdir Mulyadi ke V&M Biotechnology, Muntilan minggu lalu, menyampaikan bahwa dari aspek hulu untuk memenuhi ketersediaan benih porang bersertifikat bisa dilakukan melalui tiga cara yaitu Pertama,  sertifikasi baku berbentuk bulbil, umbi dan biji atau sertifikasi baku berbentuk umbi secara kultur invitro, Kedua melalui pemurnian varietas dan Ketiga melalui sertifikasi benih varietas lokal. “Saat ini benih porang bersertifikat baru dipenuhi melalui pemurnian varietas yang sudah di lepas oleh Menteri Pertanian yaitu varietas “Madiun 1”, ujarnya.

Adapun permintaan ekspor porang sejak tahun 2019 ke Jepang dan Tiongkok sangat tinggi dengan harga umbi basah mencapai Rp. 13.000/kg, bentuk chip Rp. 50.000/kg, dan dalam bentuk tepung glukomanan bisa tembus Rp. 1,2 juta/kg.

- Advertisement -

Kendala pemenuhan benih bersertifikat melalui standar baku memerlukan waktu yang lama atau satu musim tanam selama 6 bulan dengan masa kadaluarsa benih berlaku hanya 2 bulan, dan biaya per butir cukup mahal berkisar Rp. 1.200 – 4.000 atau 30 – 100 juta per ha dengan asumsi kebutuhan benih 25 ribu pohon per ha. Sedangkan melalui kultur jaringan, benih dapat di siapkan sesuai kebutuhan jadwal tanam dan benih dapat disimpan lama di dalam botol steril.

Menurut Takdir saat diwawancara hari Kamis (7/9), animo masyarakat yang menanam porang tinggi perlu diantisipasi melalui penyediaan benih yang cepat dan harga terjangkau. Melalui teknologi kultur jaringan yang dikelola oleh masyarakat, tujuan diatas dapat tercapai.

Selanjutnya menurut Takdir konsep kemitraan dalam permberdayaan petani menghasilkan benih telah berhasil dilaksanakan untuk perbenihan jagung hibrida dan padi hibrida, padi hibrida, serta tanaman pangan lainnya. “Harapannya, konsep ini bisa direplikasi untuk kemitraan benih porang,” ujarnya.

Pemerintah terus mendorong pemberdayaan petani dalam menghasilkan sendiri sarana produksi seperti benih, pupuk hayati, pestisida biologi, dan pestisida nabati. Hal ini bertujuan agar peningkatan produktivitas dan kualitas produk serta nilai tambah yg meningkat dapat tercapai.

Hal senada disampaikan Pranowo, Pemilik V&M Biotechnology, Muntilan, bahwa kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan atau pergandaan tanaman secara vegetatif. Upaya pemberdayaan petani menghasilkan benih bermutu dapat dilakukan.dengan pendampingan dari pihak-pihak terkait.

Dirinya mengaku bersama tim 10 kultur jaringan milenial Polbangtan Yogyakarta Magelang (Yoma), Syahrani Dwi Lukmana dan Istiana siap mendukung program pemerintah dalam pengembangan benih porang melalui kultur jaringan.

“Kementerian Pertanian terus mendukung pengembangan kawasan porang berskala ekonomi yang terintegrasi mulai dari hulu (benih) sampai hilir (industry pengeolahan dan pasar), didukung oleh kelembagaan yang kuat dan sumber permodalan berorientasi ekspor”, demikian dikatakan Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan secara terpisah. Seperti yang selalu digaungkan oleh Menteri Pertanian (SYL), bahwa dirinya berkomitmen akan terus mendorong industri porang untuk mendukung gratiek (Gerakan Tiga Kali Ekspor), ungkap Suwandi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER