MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan industri gula agar bisa lebih produktif dan berdaya saing sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri menuju swasembada khususnya gula konsumsi nasional. Berbagai program dan kebijakan telah dijalankan, termasuk untuk program revitalisasi dan memacu kebijakan investasi di sektor kritikal tersebut.
“Industri gula juga merupakan salah satu sektor strategis bagi negara, karena merupakan komoditas yang mempunyai peranan penting bagi upaya ketahanan pangan dan peningkatan pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta, Selasa (5/10).
Pada Jumat (1/10), Plt. Dirjen Industri Agro beserta jajaran melakukan kunjungan kerja di pabrik gula PT. Sukses Mantap Sejahtera (SMS), yang berlokasi di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini dalam rangka meninjau langsung perkembangan produktivitas pabrik gula berbasis tebu yang di bangun di daerah remote di kaki gunung Tambora.
“Kami sangat mengapresiasi hadirnya pabrik gula PT SMS di luar Pulau Jawa ini, karena merupakan suatu terobosan atau langkah yang berani membangun pabrik gula di lokasi yang curah hujannya tergolong rendah dan masyarakatnya yang saat itu belum banyak mengetahui cara menanam tebu,” papar Putu.
Beroperasi sejak tahun 2017, saat ini aktivitas PT SMS telah membawa dampak yang luas bagi perekonomian masyarakat sekitar perusahaan, terutama para mitra petani tebunya. Selain itu, kehadiran PT SMS turut memberikan kontribusi signfikan terhadap pendapatan daerah.
“Kami juga mengapresiasi PT SMS yang telah melakukan program kemitraan secara baik dengan para petani tebunya. Hal ini membawa manfaat besar terhadap kesejahteraan masyarakat setempat,” ungkap Putu. PT SMS telah menyerap lebih dari 500 karyawan dan melibatkan lebih dari 1.400 petani tebu mitra dengan luas tanam 1.780 hektare.
Adapun mitra petani tebu meliputi 12 desa, antara lain di wilayah timur perusahaan dengan potensi luas lahan 4.751 hektare, mencakup empat desa, yaitu Soritatangga, Doropeti, Nangakara, dan Sorinomo.
Berikutnya, untuk wilayah barat perusahaan dengan potensi luas lahan 7.130 hektare, terdapat delapan desa, yaitu Beringin Jaya, Pekat, Calabai, Karombo, Kadindi Barat, Kadindi Timur, Nangamiro, dan Tambora.
Guna mendorong peningkatan produktivitasnya, PT SMS berkomitmen untuk terus mengembangkan kemampuan para petani dengan program pelatihan dan pengetahuan terkait budidaya tebu.
Saat ini, PT SMS telah berhasil menanam tebu di area perkebunannya sendiri seluas 2.518 hektare dari total HGU 5.500 hektare. Pada tahun 2021, dari total luas tanaman tebu baik di lahan milik sendiri maupun hasil kemitraan seluas 4.298 hektare yang bisa dipanen untuk produksi gula sebesar 2.450 hektare dan sisanya untuk bibit.
“Perusahaan telah memiliki teknologi proses produksi yang memadai, dengan kapasitas terpasang mencapai 6.000 TCD,” tutur Direktur Operasional PT SMS Izmirta Rachman. Berdasarkan data taksasi tengah giling tahun 2021, PT SMS memperkirakan produksi Gula Kristal Putih (GKP) dari tebu sebesar 10.723 ton atau meningkat cukup signikan dibandingkan tahun 2020 dengan produksi GKP sebesar 2.816 ton.
Optimis penuhi kebutuhan
Plt. Dirjen Industri Agro optimistis, produktivitas dari PT SMS akan berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik khususnya wilayah timur Indonesia. Pada tahun 2021, kebutuhan GKP mencapai 2,8 juta ton.
“Pemerintah bertekad untuk terus memberikan perhatian terhadap pengembangan industri gula di tanah air,” tegas Putu.
Hal ini salah satunya diwujudkan melalui penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10 Tahun 2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku Dalam Rangka Pembangunan Industri Gula.
“Kami menyadari bahwa pengembangan industri gula yang terintegrasi dengan perkebunan tebu memerlukan investasi yang cukup besar. Untuk menarik investor, perlu suatu insentif non-fiskal yang dapat memicu investor untuk berinvestasi di industri gula,” imbuhnya.
Izmirta Rachman menyampaikan, aktivitas perusahaan mengalami perkembangan yang signifikan setiap tahunnya. Misalnya, pada rendeman tebu, dari tahun 2017 yang hanya 3,7%, kini sudah mencapai 6%. Jumlah protase tebu juga terus meningkat, dari 48,73 ton per hektare pada tahun 2017, menjadi 58,84 ton per hektare tahun 2021.
“Kami memiliki tantangan tersendiri membangun pabrik gula di sini, dengan kondisi tanah berpasir. Oleh karenanya, kami menyiasati dengan menanam tebu di saat musim penghujan supaya panennya tepat saat proses giling tebu,” ungkapnya.
Izmirta mengemukakan, saat ini masyarakat sekitar perusahaan sudah mulai antusias menanam tebu. Namun demikian, pihaknya memerlukan dukungan banyak pihak termasuk pemerintah dalam menjaga ketersediaan bahan baku dan fasilitas penunjang lainnya.
“Saat ini, yang dibutuhkan antara lain akses pengairan, infrastruktur jalan menuju perkebunan tebu, termasuk juga moda transportasi yang sesuai dengan kontur jalannya. Selain itu, ketersediaan pupuk, penyuluh pertanian, dan fasilitasi penelitian tebu untuk terus meningkatkan produktivitas dan kualitas tebu,” tandasnya.
Tahun ini PT SMS melakukan aktivitas giling tebu mencapai 130 ribu ton tebu dan ditargetkan meningkat menjadi 867 ribu ton tahun 2025.
“Yang saat ini kami genjot memang produktivitas tebu sebagai bahan bakunya, karena kapasitas produksi kami sudah siap dan cukup besar. Oleh karenanya, perlu juga ditingkatkan luas lahan dan produktivitas tebunya,” kata Izmirta.
Sementara itu, GM Plantation PT SMS Syukur HK mengakui pihaknya bekerja keras dalam upaya pengembangan industri gula di Dompu, NTB.
“Karena awal kami ke sini sebelum pabrik beroperasi, masyarakat masih awam dengan menanam tebu. Sehingga kami terus mengedukasi dan melakukan penyuluhan secara intens tentang teknik budidaya tebu serta mengevaluasinya. Setiap tahun kami menargetkan pengembangan lahan perkebunan tebu lebih dari 1.000 hektare, karena para petani sudah merasakan manfaat ekonominya,” paparnya.
Mukhtar, salah satu petani tebu yang berasal dari Desa Beringin Jaya, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu menyatakan, para petani tebu di wilayahnya sudah tidak lagi mengalami kesulitan dalam budidaya tebu karena adanya program kemitraan dari PT SMS.
“Kami terus dibimbing oleh PT SMS selaku bapak angkat kami untuk koordinasi,” ujarnya.
Petani tebu lainnya, Samsudin berharap pemerintah dapat memfasilitasi bantuan untuk mendukung produktivitas tebu dari mulai pengadaan bibit, sarana prasarana budidaya tebu, alat panen, hingga jalan dan sarana transportasi ke pabrik gula.
“Kami yakin, masyarakat akan semakin antusias untuk menanam tebu. Sebab, yang punya lahan 1 hektare bisa mendapat penghasilan sekitar Rp40 juta dari panen tebu dan ternak, di samping penghasilan lainnya,” ungkapnya.