Jumat, 22 November, 2024

Kementan Dukung Kegigihan Petani Sidoarjo Mengelola Hama Tikus Sawah

MONITOR, Jakarta – Salah satu hama utama padi yang seringkali dihadapi para petani dan mengancam penurunan hasil panen adalah hama tikus. Hama Rattus argentiventer atau biasa dikenal dengan tikus sawah menjadi hama utama tanaman padi yang mampu menyebabkan kerugian besar bagi petani karena memiliki daya rusak yang tinggi.

Pada tingkat serangan dan populasi yang tinggi, hama tikus dapat menyebabkan gagal panen atau puso hanya dalam waktu semalam saja. Oleh karenanya, diperlukan langkah-langkah pengendalian supaya tikus tidak menimbulkan kerugian.

Seperti halnya yang telah dilakukan oleh petani di Kabupaten Sidoarjo, tepatnya di Desa Kendalsewu Kecamatan Tarik. Petani setempat mengupayakan pengendalian hama tikus secara gigih dan kompak untuk menghadapi musim tanam mendatang yang bertepatan pada bulan Juni. Mereka mempercayai dan sekaligus mempraktekkan bahwa pengendalian hama dapat dilakukan kapanpun, tanpa menunggu keberadaan hama di sawah.

Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan berbagai cara dan teknik pengendalian, misalnya pengendalian secara mekanik. Gropyokan merupakan salah satu usaha mengendalikan tikus secara mekanik. Teknik pengendalian ini dilakukan pada saat bera dan dalam satu hamparan sawah serta dilakukan secara beramai-ramai oleh banyak petani dalam waktu yang bersamaan.

- Advertisement -

Untuk menyongsong musim tanam yang jatuh pada bulan Juni 2021 ini, petani Desa Kendalsewu telah melaksanakan serangkaian gerakan pengendalian (gerdal) sejak bulan April 2020. Petani sudah mulai melakukan gerakan pengendalianpra tanam sejak dua bulan sebelum dimulainya musim tanam. Hal ini dilakukan karena wilayah Kecamatan Tarik merupakan daerah endemis tikus.

Awal bulan April 2020 lalu, petani Desa Kendalsewu telah memulai melakukan aktivitas pengendalian pra tanam tikus. Pada hari Kamis, 8 April 2021 petani melaksanakan kegiatan “ngglidhik” pada persawahan yang belum ada tanamannya/bero.

Ngglidhik adalah istilah Bahasa Jawa yang berarti pengendalian tikus secara manual beramai-ramai dengan membongkar lubang-lubang aktif dan pematang untuk kemudian menangkap dan mematikan tikus yang ditemukan.

Pengendalian tikus pra tanam dilanjutkan kembali pada akhir bulan Mei, tepatnya tanggal 23 dan 30 Mei, gerdal gropyokan dengan metode ngglidhik kembali dilakukan. Dengan berbekal alat-alat pertanian seadanya seperti cangkul, sabit, batang kayu dan dibantu dengan bahan pengendali berupa alpostrans/bahan asap belerang, petani memburu tikus di lubang aktif dan sepanjang pematang sawah.

Tikus yang tertangkap dikumpulkan dalam karung untuk kemudian dimusnahkan. Manfaat pengendalian pra tanam adalah mengurangi populasi awal tikus yang ada di areal sawah pada awal musim tanam sehingga diharapkan serangan/populasi tikus tidak tinggi pada saat standing crop atau sudah mulai ada pertanaman.

Musim tanam berlangsung pada awal bulan Juni, setelah dilaksanakannya serangkaian gerakan pengendalian pra tanam tikus di lokasi endemis tikus. Meskipun pengendalian sudah gencar dilakukan, pengamatan rutin oleh POPT dan petani tetap perlu dilakukan untuk memantau pertumbuhan tanaman sekaligus kondisi hama penyakitnya. Dengan seringnya pengamatan, harapannya tanaman padi aman dari serangan hama penyakit.

Abriani Fensionita selaku Koordinator Kelompok Substansi Pengendalian OPT Serealia, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menjelaskan, dalam sistem Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), pengamatan OPT secara rutin merupakan salah satu upaya yang harus dilaksanakan. Ini menjadi tolok ukur kita dalam menentukan perlu tidaknya dilakukan pengendalian OPT dan menentukan metode pengendalian yang paling tepat.


Memperhatikan hasil pengamatan rutin dimana perkembangan OPT tikus di lapangan periode ke-2 bulan Juni 2021 mulai meningkat, maka pada tanggal 29 Juni 2020 Petugas POPT Kec. Tarik mengeluarkan surat peringatan dini serangan hama tikus yang ditujukan kepada Mantri Tani dan ditembuskan kepada pihak-pihak terkait.

Dalam surat tersebut juga disampaikan rekomendasi tindakan pengendalian yang perlu dilakukan oleh petani, yaitu pemasangan umpan beracun dan sanitasi lahan. Metode tersebut direkomendasikan karena sudah ada pertanaman di lahan sawah sehingga tidak mungkin dilakukan gropyokan.

Yadi Kusmayadi, POPT Ahli Muda di Balai Besar Peramalan OPT-Jatisari mengatakan, “Tikus adalah hewan yang pintar jadi kita harus lebih pintar agar bisa mengendalikan tikus. Kita harus mengenal tikus terlebih dahulu supaya pengendalian yang kita lakukan bisa efektif. Kita harus tahu kebiasaan tikus, kemampuan reproduksinya, umur tikus, pola serangan tikus, ciri-ciri lubang aktif, dan lain sebagainya”.

Sebagai hewan mamalia, tikus memiliki tingkat kepridian yang tinggi dan siklus berkembang biaknya yang sangat pendek. Tikus dengan umur 2-3 bulan sudah matang seksual dan siap kawin dan masa buntingnya sangat singkat yaitu sekitar 21-23 hari.

Seekor tikus betina rata-rata mampu melahirkan 10 ekor anak dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1 berbanding 1. Setelah satu atau dua hari melahirkan, tikus betina sudah siap kawin lagi atau disebut dengan post partum oestrus.

Dengan pendeknya siklus hidup tikus, sepasang tikus mampu berkembang menjadi 1.275 ekor tikus selama satu tahun. Angka ini bisa melesat lebih tinggi pada kondisi yang menguntungan tikus, hingga mampu merusak pertanaman padi dan menyebabkan gagal panen.

Imam Subarkah, Koordinator Pengendali OPT Kabupaten Sidoarjo ketika dihubungi melalui sambungan telepon seluler membenarkan adanya serangan hama tikus di Desa Kendalsewu Kec. Tarik.

“Hasil pengamatan Petugas POPT, ada sekitar 10 ha tanaman padi terserang tikus dengan intensitas Ringan, 11 ha padi terserang intensitas Sedang, dan 7,6 ha mengalami gagal panen atau puso”, terang Imam.

“Upaya pengendalian tikus telah diupayakan sejak dini sebelum tanam. Ada tiga kali gerdal yang dilakukan secara bersamaan oleh petani yang didampingi oleh petugas. Belum lagi pengendalian yang dilakukan oleh petani sendiri-sendiri. Namun demikian pada musim ini belum mampu mengimbangi perkembangan tikus yang sangat cepat,” imbuh Prasetyo, Kepala Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Mojokerto.

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Mohammad Takdir Mulyadi, mengatakan bahwa pengendalian hama di lapangan harus dilakukan sejak pra tanam hingga panen.

“Banyak faktor yang harus dipenuhi agar pengendalian yang dilakukan berhasil atau efektif. Meskipun pengendalian tikus sudah dilakukan sejak pra tanam, ini belum menjamin tanaman tidak diserang tikus karena kemampuan reproduksi dan daya jelajah tikus juga sangat tinggi,” ungkapnya.

Lahan petani yang terserang tikus di wilayah Desa Kendalsewu mungkin akan lebih luas lagi dibanding sekarang jika tidak ada upaya pengendalian tikus yang dilakukan bersama-sama sejak pra tanam.

Ini lah yang menjadikan pengendalian tikus harus dilakukan secara bersama-sama dan dalam hamparan yang luas. Kegigihan dan petani dalam bercocok tanam tidak surut hanya akibat serangan hama yang terjadi setiap tahun. Pemerintah juga tidak berdiam diri untuk membantu petani agar berhasil dalam usaha taninya.

Dihubungi di tempat terpisah, Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi menegaskan, akan selalu berupaya mendukung petani agar berhasil dalam usaha tani nya. Kementerian Pertanian siap membantu kebutuhan sarana pengendalian hama tikus seperti rodentisida, pengemposan dan bimbingan teknis pengendalian tikus bagi petani.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER