MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung penuh pertanian dengan sistem organik. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi menyebutkan konsep organik telah direplikasi di daerah lain agar pertanian Indonesia semakin besar berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan nasional.
“Organik mampu menjaga eksosistem kita, memperbaiki struktur tanah, menyehatkan dan memberi nilai tambah,” demikian dikatakan Suwandi saat diwawancara tentang pertanian organik hari kamis (29/7).
Suwandi menyampaikan bahwa Ditjen Tanaman Pangan telah melaksanakan kegiatan budidaya pertanian organik sejumlah 647 desa di 32 provinsi seluas 23.417 ha pada tahun 2016-2018, melebihi target yang ditargetkan Mentan. Dukungan kegiatan sertifikasi organik sampai tahun 2021 telah dilakukan sebanyak 300 kelompok tani.
“Tahun 2021 sudah ekspor 1 kontainer beras ke Madrid (Spanyol) dan 1 kontainer ke Saudi Arabia,” ujar Suwandi. Saat ini sedang dilakukan penjajakan dan negosiasi pasar ekspor beras premium dan khusus ke Singapura, Timor Leste, Uni Eropa, Malaysia.
Kabupaten Bandung adalah salah satu sentra pertanian organik. Tepatnya yang sering menjadi percontohan adalah Gapoktan Organik Sarinah di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung dengan luas lahan 89,3 ha. Gapoktan ini sudah bekerjasama dengan PT Nutrifood, Kalbe Nutritional, PT Tavis dan perusahaan lain. Ketua Gapoktan Organik Sarinah adalah salah satu organisasi yang sukses tak lepas dari peran pemerintah banyak bantuan yang baik dinas pertanian kabupaten, provinsi dan Kementerian Pertanian yang telah diberikan.
Tisna, Kadis Pertanian Bandung menyebutkan dukungan yang diberikan oleh Pemkab Bandung tidak hanya di kegiatan budidaya saja, tapi juga pemasarannya bekerja sama dengan Unpad, BI, dan pihak swasta.
Sementara itu, Ageng Herianto, assistan FAO meyampaikan FAO telah melaksanakan program “Organic Village” – Wilayah Perbatasan di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Saat ini sudah 6 poktan dengan 77 ha yang sudah tersertifikasi organik. Bantuan yang diberikan FAO antara lain tenaga konsultan Internasional, nasional, saprodi (pupuk organic, benih padi, benih refugia dll), sekolah lapang, sertifikasi organik.
Menurut Agung tantangan ekspor ke Malaysia walaupun hanya “selangkah” dari entikong antara lain pemahaman selera pasar sarana pasca panen yang memadai terutama pengering agar beras tidak mudah pecah saat digiling; dan manajemen agribisnis untuk memenuhi kontuiniti dari produk. “Ini yang menjadi tugas kita bersama mengatasi tantangan tersbut,” pungkasnya.