Kamis, 25 April, 2024

Harmoko Dimata Wamenag Zainut: Jurnalis dan Politisi Ulung Berwawasan Luas

MONITOR, Jakarta – Wakil Menteri Agama RI, Zainut Tauhid mengaku punya kenangan pribadi bersama mendiang Harmoko. Menurutnya, ada dua pengalaman pribadinya yang sangat membekas dan tak bisa dilupakan.

“Ada dua peristiwa penting yang menjadi pengalaman pribadi saya bersama Pak Harmoko yang sangat membekas dalam diri saya,  Pertama pada tahun 1988 saat beliau hadir pada acara Kongres Ikatan Pelajar NU ke-IX di Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif  Denanyar, Jombang, Jawa Timur,” kata Zainut kepada MONITOR, Selasa (6/6).

“Saya saat itu menjadi salah seorang peserta kongres mewakili utusan IPNU DKI Jakarta. Kongres tersebutlah yang memilih dan menetapkan saya menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU untuk periode 1988 – 1993. Itulah tonggak awal perjalanan karir politik saya dalam kancah kehidupan yang lebih luas,” sambungnya.

Kedua, Lanjut Zainut, pada tahun 1997 – 1999 ketika Pak Harmoko menjadi Ketua DPR/MPR RI pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dan BJ Habibie. Banyak agenda kenegaraan yang sangat penting dan monumental pada periode tersebut antara lain berhentinya Bapak Soeharto sebagai Presiden RI yang sudah berkuasa selama 32 tahun. Mundurnya Presiden Soeharto tidak lepas dari peran Pak Harmoko yang saat itu menjabat sebagai ketua DPR/MPR RI meminta kepada Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri.

- Advertisement -

“Pada saat terjadinya peristiwa tersebut saya menjadi anggota DPR/MPR RI dari Fraksi PPP sehingga saya mengikuti peristiwa detik-detik lahirnya era baru yang disebut Era Reformasi, yakni era terjadinya pergantian kepemimpinan nasional, yang sebelumnya didahului dengan adanya gelombang besar tuntutan mahasiswa dan masyarakat di hampir seluruh wilayah Indonesia yang menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Gelombang massa mahasiswa masuk dan menduduki Kompleks Gedung DPR/MPR sehingga saya terkepung dan terpaksa bermalam di gedung rakyat tersebut,” Kenang Zainut.

Zainut berpandangan, Harmoko adalah seorang politisi yang matang, memiliki wawasan yang luas dan piawai dalam membangun komunikasi publik. Menurut dia, boleh jadi karena latar belakangnya sebagai wartawan yang sudah malang melintang di dunia jurnalistik sehingga beliau memiliki insting jurnalis yang tidak hanya pandai membaca yang tersurat tetapi juga pandai membaca apa yang tersirat, sehingga dengan analisis dan kalkulasi politik yang cermat, beliau berani mengambil keputusan-keputusan yang spektakuker.

“Saat menjadi menteri penerangan pada era Orde Baru, beliau selain menjadi juru bicara negara juga berperan sebagai jembatan komunikasi dengan berbagai kalangan, baik dengan pimpinan ormas Islam, ormas kepemudaan maupun kalangan masyarakat lainnya,” ungkapnya.

“Bangsa Indonesia berduka kehilangan seorang putra terbaiknya, seorang politisi ulung yang ramah, rendah hati dan murah senyum,” imbuh Zainut.

“Semoga almarhum husnul khotimah dan diberikan tempat yang mulia di sisi Allah SWT..aamiin,” tutupnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER