MONITOR, Jakarta – Pemerintah terus memacu produktivitas dan daya saing industri elektronik sehingga dapat memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional. Terlebih, industri elektronik merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
Pada akhir pekan kemarin, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan peninjauan pelaksanaan vaksinasi Gotong Royong di Batam, khususnya di dua perusahaan elektronik, yakni PT Philips Industries Batam (Philips) dan PT Sat Nusapersada Tbk. (Satnusa).
“Kami mengapresiasi keputusan para pelaku industri yang segera ikut serta dalam program vaksinasi Gotong Royong. Hal ini dapat mendorong para pekerjanya bisa bekerja lebih produktif lagi. Upaya ini akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” kata Menperin di Jakarta, Senin (14/6).
Pada kesempatan tersebut, total sebanyak 11.000 tenaga kerja dari PT Philips Industries Batam dan PT Sat Nusapersada Tbk. memperoleh vaksinasi Gotong Royong. Philips Batam adalah perusahaan yang memproduksi home appliances, sedangkan Satnusa memproduksi peralatan teknologi informasi (IT).
“Kota Batam yang memiliki banyak pabrik manufaktur tentunya merupakan salah satu wilayah yang harus waspada dalam masa pandemi, karena menanggung risiko menunda atau berhenti produksi jika banyak tenaga kerjanya yang terpapar Covid-19,” ungkap Agus. Pemberian vaksinasi dalam skala besar ini perlu dilakukan agar mendorong kegiatan produksi di sektor industri sehingga dapat membangkitkan kembali perekonomian daerah dan nasional.
Selama masa pandemi, Philips Batam masih dapat menjaga tingkat utilisasi produksinya relatif stabil, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Strategi pemasaran ekspor 100% yang terdiversifikasi ke berbagai wilayah dan negara menjadi kelebihan dari perusahaan. Di sisi lain, perusahaan juga berusaha dapat masuk ke pasar dalam negeri. Secara kemampuan produksi, perusahaan sudah mampu memproduksi produknya dengan nilai lokal mencapai 40%-70%.
“Kami mengapresiasi kinerja perusahaan yang sangat gigih melakukan proses produksi di tengah masa pandemi ini. Seperti kita ketahui, akibat adanya pandemi ini, banyak kebijakan seperti pembatasan sosial ataupun lockdown di luar negeri yang tentu memengaruhi permintaan perusahaan,” ujar Agus.
Sementara itu, Satnusa juga sudah terus berupaya mengembangkan industrinya dengan memproduksi Smartphone 5G, melengkapi lini 4G yang sudah diproduksi sebelumnya. Produk smartphone perusahaan dipasarkan baik di dalam negeri maupun untuk keperluan ekspor. Saat ini, kapasitas produksi Smartphone perusahaan sudah mencapai 3 juta unit per bulan.
“Kami mengapresiasi inisiatif perusahaan yang mulai mentargetkan potensi pasar yang muncul seiring dengan berkembangnya teknologi 5G. Kedepannya, kami akan mendorong perusahaan agar dapat memproduksi produk-produk yang termasuk dalam ekosistem 5G agar Indonesia dapat memperoleh manfaat yang signifikan dalam peralihan ke teknologi 5G,” papar Agus.
Untuk mendukung proses produksi produk high-tech, Satnusa telah menanamkan investasi sekitar Rp1,1 triliun untuk membuat 20 lini Surface Mount Technology (SMT). Perusahaan telah mampu membuat Printed Circuit Board (PCB) 16 layer dan PCB fleksibel 4 layer.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier menyampaikan pentingnya penguasaan teknologi SMT untuk pendalaman industri ke hulu.
“Melihat kemampuan produksi perusahaan yang sudah menggunakan lini SMT secara massif, kami menilai bahwa perusahaan dapat didorong untuk memperdalam kapabilitasnya hingga ke komponen semikonduktor,” ungkapnya.
Apalagi, kondisi pandemi yang menyebabkan terputusnya rantai suplai global untuk chip, akan menjadi kesempatan bagi industri dalam negeri untuk mulai masuk ke produk hulu.
“Upaya ini akan kami dorong melalui peningkatan kebijakan TKDN sehingga pendalaman struktur industri dapat tercapai,” imbuhnya.