MONITOR, Sumba Tengah – Memasuki musim kemarau tahun 2021 sebagai bentuk antisipasi dampak kekeringan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengalokasikan bantuan untuk kelompok tani di Sumba Tengah, NTT. Kabupaten Sumba Tengah merupakan salah satu lokasi yang ditunjuk menjadi Kawasan Food Estate dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional di tengah pandemi yang masih berlangsung.
Berbagai fasilitas bantuan pun disiapkan untuk mendukung produktivitas pertanaman di kawasan Food Estate.
Koordinator Substansi Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim (PDPI), Sri Aswita mengatakan program kegiatan bantuan ini dalam upaya mendukung program Food Estate.
“Kami sudah mengalokasikan anggaran tahun 2020 untuk pembuatan dan rehabilitasi sumur bor panel surya sebanyak 23 unit yang dilaksanakan pada 3 Kecamatan di Kabupaten Sumba tengah,” sebut Aswita.
Pembuatan dan rehabiitasi sumur bor panel surya merupakan salah satu upaya antisipasi dampak kekeringan di kawasan Food Estate dengan memanfaatkan tenaga surya sebagai penggerak pompa air, sehingga sangat cocok digunakan di tempat yang sulit dijangkau aliran listrik karena mesin dapat bekerja secara mandiri.
Pemilihan teknologi sumur bor panel surya dikarenakan selama ini petani sering mengalami kendala biaya operasional pompa air untuk kebutuhan selama masa tanam dimusim kemarau yang tidak sedikit, sehingga banyak lahan sawah yang menjadi tidak produktif.
Sumur bor panel surya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan yang memakai tenaga listrik atau BBM diantaranya tidak memerlukan biaya operasional pompa sehari-hari selain itu meskipun cuaca mendung atau hujan mesin tetap bekerja menangkap sinar matahari.
Salah satu lokasi sumur bor bertenaga berada di kelompok tani Namu Kima Nyuma. Sekretaris kelompok tani tersebut Oris Hahobang merasa senang mendapat bantuan sumur bor tersebut.
“Setiap tahunnya kami biasanya hanya tanam padi satu kali saja yaitu saat musim hujan seperti saat ini, kalau musim kemarau kami tidak tanam karena tidak ada air untuk mengairi sawah kami. Kekeringan di wilayah kami biasanya mulai dari bulan Juni sampai dengan Oktober. Tetapi dengan adanya bantuan sumur bor ini, kami siap tanam di musim kemarau juga,” tutur Oris.
Program nasional Food Estate yang menjadi prioritas utama Mentan Syahrul Yasin Limpo, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar dengan konsep pengembangan pangan yang terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan dan peternakan untuk menciptakan ketahanan pangan jangka panjang.
Pada tahun 2020, Program Food Estate di Sumba Tengah awalnya seluas 5.000 ha dan tahun 2021 dikembangkan menjadi 10.000 ha yang akan ditanami diantaranya padi, jagung dan tanaman hortikultura dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian petani Sumba Tengah dan mendukung program ketahanan pangan nasional.
“Kegiatan pembuatan sumur bor panel surya di Sumba Tengah sudah 100% terealisasi dengan baik, kami berharap dengan adanya program kegiatan ini, lahan pertanian yang awalnya kering dan tidak dimanfaatkan dapat menjadi lahan yang produktif, petani dapat lebih bersemangat lagi untuk menanam karena masalah pengairan sudah terbantu dengan adanya sumur bor panel surya, sehingga dapat mendukung program ketahanan pangan nasional. Selain itu petani juga diharapkan dapat menjaga dan merawat sumur bor panel surya ini dengan baik agar tidak cepat rusak atau hilang sehingga nilai manfaatnya akan lebih lama, tidak hanya satu atau dua musim tanam saja,” tambah Aswita.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Mohammad Takdir Mulyadi turut mengapresiasi progress pertanaman di kawasan Food Estate yang berjalan baik. “Kami berharap dengan adanya bantuan sumur bor bertenaga surya ini akan menjadi stimulus bagi petani untuk mau dan siap menanam tidak hanya saat musim hujan seperti saat ini tapi juga saat musim kemarau nanti,” jelas Takdir.
Ditempat terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan mengenai program Food Estatedi Sumba Tengah. Food Estate mulai dikerjakan sejak Oktober 2020. Target yang dikembangkan waktu itu 5000 Ha sekarang menuju 10.000 Ha.
Komoditas utama yang dominan adalah padi. Di situ ada Integrated Farming, ada jagungnya plus kelapa, jeruk, bahkan itik dan nanti komoditas lainnya.
“Ditangani baik aspek hulu hingga hilir pengolahannya. Fasilitas pendukung seperti sumur bor bertenaga surya juga adalah bagian dari aspek yang ditangani yaitu menjaga kebutuhan air untuk pertanaman,” sebut Suwandi.