MONITOR, Lombok – PT. MIWON, salah satu industri Corn Starch (Pati Jagung) terbesar kedua di Indonesia menunjukan komitmennya untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman antara Perkumpulan Produsen Pemurni Jagung Indonesia (P3JI) dengan Direktur Jenderal Tanaman Pangan terkait Kemitraan Produksi dan Pemasaran Jagung Rendah Aflatoksin (JRA) dengan menggandeng PT. DNA di Lombok Timur untuk memulai secara bertahap menggunakan Jagung Rendah Aflatoksin dari dalam negeri.
Launching pengiriman perdana JRA sebanyak 100 ton dari Lombok Timur ke PT. Miwon di Gresik dilakukan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur pada hari Minggu (30/5).
Pada kesempatan tersebut Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur, H.M Abadi, menginformasikan luas tanam jagung dalam satu tahun di Lombok Timur Tahun 2021 diperkirakan sekitar 33 ribu ha. Lahan kering sebanyak 40%, lahan kering dengan sumur bor sebanyak 40% dan sisanya lahan irigasi.
”Sebagian besar petani sudah mendapatkan sosialisasi bagaimana menghasilkan jagung berkualitas sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan kerjasama dengan industri pengguna jagung rendah aflatoksin,” ujarnya.
Produksi JRA yang dilakukan oleh PT DNA dilakukan melalui pola kemitraan dengan petani jagung di wilayah Lombok Timur.
“Petani mitra harus mengikuti Standar Prosedur Operasional (SOP) budidaya jagung yang sudah ditetapkan termasuk kapan harus memanen jagung,” ujar Dean.
Ia menerangkan Tim Agronomist PT. DNA bekerjasama dengan penyuluh dari Dinas Pertanian setempat bertugas untuk memastikan bahwa petani mitra mengikuti SOP yang sudah disepakati.
Sampai dengan saat ini Dean meyakini petani mitra merasakan manfaat mengikuti pola kemitraan yang diterapkan PT. DNA dengan menggandeng Bank BNI sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan penyedia input produksi “Agro Solution” seperti Pupuk Petrokimia Gresik, PT. Petrosida Gresik dan PT. Bisi penyedia benih jagung.
“Petani mitra juga terlindungi dari gagal panen, karena kami menggandeng perusahaan jasa asuransi Jasindo,” kata Dean
Melalui pola kemitraan yang dijalankan, Dean Novel memastikan bahwa petani mitra mendapatkan sumber pembiayaan input produksi yang digunakan dan bisa berkonsentrasi menjalankan SOP produksi jagung yang baik dan benar (Good Agriculture Practices).
Data luasan petani mitra, jadwal tanam dan panen juga terverifikasi dengan baik melalui aplikasi digital dengan nama “SIJI” yang digunakan oleh PT. DNA. Dean Novel sebagai Direktur Utama PT.
DNA mengatakan bahwa proses pengeringan jagung pipil panen hingga Kadar Air 14% membutuhkan waktu sekitar 10 jam. Ia mengaku memiliki Dryer dengan kapasitas 60 ton per proses tersebut sehingga dalam sehari semalam PT. DNA mampu menghasilkan Jagung Rendah Aflatoksin 120 ton (dua kali proses).
Mengikuti jejak anggota Perkumpulan Produsen Pemurni Jagung Indonesia (P3JI) lainnya, PT. MIWON, menerjunkan Tim Teknis untuk melihat langsung pertanaman jagung di Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten lainnya di Pulau Lombok. Hadi, Quality Assurance PT. Miwon tertarik menyaksikan proses penanganan pasca panen jagung tersentralisasi di PT DNA.
“Terus terang kami sangat tertarik dengan adanya petani yang mampu memproduksi jagung rendah aflatoksin ini. Disini kami melakukan pengambilan sampel untuk menguji persyaratan mutu jagung pipil kering. Mudah-maudahan pesyaratan sesuai sehingga nanti bis akita segera tindaklanjuti untuk bisa bekerjasama,” tuturnya.
Atas hal ini Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Gatut Sumbogodjati menyampaikan apresiasi kepada PT. MIWON yang telah membuktikan komitmennya menyerap Jagung Rendah Aflatoksin dari dalam negeri.
“Untuk memudahkan pengawalan Nota Kesepahaman, memang harus ada volume tertentu yang disepakati dengan calon supplier Jagung Rendah Afaltoksin,” sebut Gatut.
Di bawah komando Mentan Syahrul Yasin Limpo Kementan terus melakukan sosialisasi untuk menambah unit usaha yang melakukan penanganan pasca panen tersentralisasi dan bermitra dengan petani serta penyedia input produksi pertanian untuk memproduksi Jagung Rendah Aflatoksin baik kepada poktan/gapoktan jagung maupun kepada calon-calon investor baru.
Terpisah Direktur Jenderal Taman Pangan Kementan Suwandi menyatakan, kunci dari produksi jagung JRA ini adalah proses panen dan pasca-panennya. Suwandi meminta petani untuk menjalankan prosedur-prosedur yang harus dijalankan, sehingga hasil panen bisa optimal. Terkait dukungan alat Kementan, Suwandi menambahkan telah memberikan bantuan alat panen Corn Combine Harvester dan mesin pengering jagung vertikal (dryer).
“Saya harap dengan bantuan ini petani bisa bersemangat dan bisa meluaskan lagi usahanya, untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan nilai tambah bagi petani selama pandemi seperti sekarang,” kata Suwandi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (31/5).