MONITOR, Tulungagung – Para dosen alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mengadakan Muktamar Pemikiran di Kampus Institut Agama Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (IAIN SATU), Tulungagung, mulai tanggal 5 hingga 7 April 2021. Agenda ini dilaksanakan guna merespon pendidikan tinggi yang kian kompetitif dan bonus demografi.
Kegiatan Muktamar ini diharapkan dapat menghasilkan pemikiran strategis dan merumuskan peta jalan pengembangan sumberdaya manusia dan pengayaan cabang-cabang keilmuan para alumni PMII. Hasil konkritnya, para muktamirin mendeklarasikan Asosiasi Dosen Pergerakan pada hari puncak, yakni Rabu (7/4/2021).
“Asosiasi ini adalah wadah profesi dosen alumni PMII seluruh Indonesia, wadah yang dimaksudkan untuk memberi ruang Dosen Alumni PMII untuk lebih berperan dalam pengembangan SDM yang harus mampu menjawab dinamika sosial dan Pendidikan Tinggi,” kata Akhmad Muqowam, selaku Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Alumni PMII.
Sementara itu, Menteri Desa Abdul Halim Iskandar yang juga merupakan alumni PMII dalam pidato kuncinya memaparkan topik Indonesia Emas ditinjau dari perspektif pembangunan desa, kemudian Menteri Ida Fauziah memaparkan ketenagakerjaan Indonesia Emas.
Pada sesi lain, DR. Sonny B Harmadi, dosen UI yang juga Deputi pada Tim Nasional Penanggulangan Covid-19 menggarisbawahi pentingnya memastikan bonus demografi Indonesia menjadi bonus kesejahteraan. Lebih lanjut ia menandaskan pentingnya pendidikan, dan peran strategis dosen untuk mencapai bonus kesejahteraan tersebut. Pada kesempatan itu ditampilkan pula makalah terseleksi dari 122 accepted papers yang lolos seleksi tim penelaah akademik muktamar.
Muktamar memandang tiga kunci kontribusi dosen-dosen PMII bagi Indonesia Emas. Yaitu data-base dosen yang solid, pengembangan kapasitas sesuai kebutuhan profesi dosen, dan diversifikasi keilmuan. Muktamirin lebih lanjut merekomendasikan sembilan pokok pikiran berikut:
- Pentingnya memastikan keberlangsungan pengembangan perspektif Islam Indonesia/Nusantara yang bersendikan kearifan lokal (local wisdom) dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah melalui integrasi ilmu.
- Pentingnya bagi para akademisi alumni PMII pada berbagai tingkatan dan jabatan untuk mencermati arus keilmuan dan pembangunan nasional dan internasional, termasuk di dalamnya pasar kerja dan posisi akademik internasional.
- Pentingnya mendorong distribusi dosen-dosen alumni PMII secara adil pada posisi kepemimpinan akademik pendidikan tinggi di lingkungan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudyaaan.
- Pentingnya peningkatan kapasitas pengembangan dan distribusi pengetahuan baru melalui publikasi ilmiah.
- Perlunya peningkatan kapasitas kepemimpinan dan manajemen pengetahuan
- Pentingnya pengembangan dan penguatan jejaring akademik-kepemimpinan untuk memperkokoh kapasitas Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU).
- Mendorong pemerintah untuk terus mendistribusikan beasiswa S-2 dan S-3 secara adil merata dan mengambil langkah afirmatif distribusi beasiswa terutama bagi dosen yang kurang beruntung dan/atau berasal dari perguruan tinggi yang tengah berkembang.
- Mendorong tumbuhnya jejaring kajian, pengajaran, penelitian, dan pengabdian di kalangan dosen alumni PMII dan lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU).
- Mendorong pemerintah menginisiasi dan mereplikasi program-program studi vokasional yang berorientasi pada pemenuhan tuntutan pasar kerja global, di lembaga perguruan tinggi negeri baik yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Agama termasuk di bawah pembinaan Nahdlatul Ulama.
Untuk mengadvokasi isu tersebut lebih lanjut muktamar memilih 11 anggota formatur yang berasal dari berbagai perguruan tinggi guna menyusun kepengurusan asosiasi. Mereka adalah Prof Dr H Abdurrahman Mas’ud (UIN Walisongo Semarang), Prof Dr KH Maftukhin M.Ag (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung sekaligus mewakili tuan rumah), Prof Dr H Habib Idrus Al-Hamid M,Ag (Rektor IAIN Fattahul Muluk Papua), Prof Dr M Noor Harisudin M.Fil (UIN KH Ahmad Shidiq Jember, sekaligus Ketua Panitia Muktamar), Prof Dr Hj Ulfiah M.Si (Warek IV UIN SGD Bandung), Prof Dr Ir H Husain Syam MTp (Rektor Universitas Negeri Makassar), Prof. Dr Ida Umami, MPd Kons (Wakil Rektor III IAIN Metro Lampung), Dr HM Faisal (Universitas Negeri Jakarta), Dr HA Luthfi Hamidi M.Ag (IAIN Purwokerto), Ali Formen PhD (Universitas Negeri Semarang), dan Dr Akhmad Taufiq (Universitas Jember).
Akhmad Muqowam juga memastikan bahwa asosiasi dosen tersebut berada dalam struktur PB IKA PMII, merupakan institusi semi otonom yang fokus pada profesi dosen, dan karena itu pengelolaan keorganisasiannya harus efektif, lincah dan tidak struktural sampai di tingkat bawah.
Sebagai catatan, hingga laporan ini diturunkan, total 1.039 orang dosen alumni PMII telah terdata. Menariknya, dari jumlah itu mayoritas adalah generasi 1980-an. Dengan skenario pensiun pada usia 65 tahun, mereka memiliki peluang karir masih panjang sekaligus modal manusia bagi terwujudnya Indonesia Emas. Para profesional dosen alumni PMII juga dituntut harus mampu bersaing dengan profesional dosen lain yang berada diluar PMII.