MONITOR, Jakarta – Perempuan memiliki peran strategis dalam melaksanakan segenap aspek pembangunan bangsa, termasuk mendorong kemajuan industri nasional, di antaranya pada sektor Industri Kecil Menengah (IKM) di tanah air.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah signifikan pengusaha perempuan pada sektor IKM yang turut andil dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan memberdayakan masyarakat.
“Dari total pengusaha sektor IKM yang jumlahnya 4,4 juta, 47,64% di antaranya merupakan pengusaha perempuan. Pada sisi penyerapan tenaga kerja IKM yang mencapai 10,3 juta orang, sebesar 48,2% merupakan tenaga kerja perempuan,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Minggu (6/4).
Sebelumnya, Menperin membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Himpunan Wanita Karya (HWK) secara virtual. Menperin menuturkan, sektor IKM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari industri secara keseluruhan, karena itu dibutukan peran semua pihak, termasuk perempuan untuk lebih meningkatkan kontribusi IKM terhadap industri nasional, agar mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pasar.
“Tentunya perlu kolaborasi seluruh pihak termasuk Himpunan Wanita Karya, sehingga ke depan IKM dapat semakin maju,” tuturnya.
Menperin menyampaikan, para perempuan pelaku IKM didukung agar mampu meningkatkan output yang selama ini telah berhasil dicapai, seperti pengembangan industri di daerah dengan memanfaatkan sumber daya setempat, baik itu Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan budaya.
Keberhasilan pengembangan industri di daerah juga akan mampu membuka lebh banyak lapangan kerja dan kesempatan kerja bagi para perempuan, meningkatkan sumber pendapatan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga serta masyarakat dan kemajuan daerah.
“Tentunya, akan turut serta membentuk wirausaha baru perempuan yang sehat, berkembang dan inovatif,” sebut Menperin.
Agus mengatakan, pada saat pandemi, Kemenperin terus memfasilitasi IKM dengan berbagai strategi untuk mengambil peluang sehingga usahanya dapat terus bertahan dan berkembang. “Di masa kebiasaan baru ini, pelaku IKM didorong agar dapat memiliki konsep usaha yang baik sehingga mampu bertahan walau di tengah permasalahan yang ada,” katanya.
Program yang telah dijalankan bagi IKM menyentuh lima aspek penting, yaitu akses pembiayaan, akses sumber bahan baku penolong, fasilitasi teknologi dan sarana prasarana produksi, peningkatan kualitas produk, serta keahlian SDM serta peningkatan akses pasar. “Kami berharap dukungan terhadap lima aspek tersebut akan memberikan manfaat yang besar bagi penguatan daya saing IKM,” sebutnya.
Selain itu, Kemenperin juga mendorong IKM untuk menerapkan penggunaan teknologi industri 4.0 guna memacu produktivitas dan daya saingnya. Hal ini difasilitasi melalui kemitraan dengan startup sebagai penyedia solusi teknologi yang juga dapat dimanfaatkan oleh industri berskala IKM.
“Kemenperin juga memperkuat platform digital untuk pelaku IKM melalui program e-Smart IKM, Smart Sentra, Smart Material Center, Smart Packaging Center, dan Smart IKM,” terangnya.
Agus memaparkan, program e-Smart IKM yang telah dimulai sejak 2017 membangun sistem database IKM yang tersaji dalam profil industri, sentra dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada.
“Dalam program ini, IKM dipacu untuk bisa memanfaatkan teknologi digital dalam pemasaran produk mereka, utamanya melalui e-commerce,” paparnya.
Program e-Smart IKM juga disinergikan dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang kembali dilaksanakan pada 2021.
“Pada tahun ini, Kemenperin juga turut berkontribusi melaksanakan Gernas BBI dengan tema Festival Joglosemar yang diharapkan mampu meningkatkan jumlah IKM yang onboarding, menciptakan nilai tambah bagi IKM dan meningkatkan permintaan terhadap produk IKM.