MONITOR, Bogor – Porang menjadi komoditas ekspor yang mendadak booming saat ini. Permintaan bahan baku industri yang tinggi menyebabkan banyak petani yang berminat membudidayakan porang karena nilai usaha taninya cukup menggiurkan. Kamis (25/3), Balitbangtan mengadakan talkshow membahas strategi pengembangan porang sebagai komoditas “mahkota” di Aula Display Puslitbang Perkebunan, Bogor.
Dipandu oleh Azizah Hanum, acara ini menghadirkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebagai pembicara utama yang membahas mengenai strategi pengembangan porang sebagai komoditas unggulan.
Mentan SYL menyampaikan bahwa porang telah ditetapkan sebagai komoditas yang masuk dalam program gerakan tiga kali lipat ekspor (GRATIEKS).
“Ekspor porang pada tahun 2020 sebanyak 32.000 ton, dengan nilai ekspor mencapai Rp 1,42 Triliun ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya. Ada peningkatan sebesar 160% dari tahun 2019,” jelasnya.
Kementerian Pertanian juga berupaya mendongkrak potensi produksi umbi porang untuk meningkatkan volume ekspor. Salah satunya melalui program budidaya porang seluas 32.000 Ha di 37 Kabupaten 10 Provinsi di Indonesia.
“Satu dukungan penting Kementan terhadap program tersebut dengan dilepasnya varietas porang Madiun 1 pada tahun 2020 untuk mendukung ketersediaan benih porang nasional,” lanjutnya.
Mentan SYL juga menegaskan bahwa kedepan, strategi pengembangan tanaman porang akan dilakukan dengan memacu riset pengolahan dan produk turunannya ke arah industri pangan.
“Strategi lainnya adalah peningkatan pengawasan larangan ekspor porang segar (umbi, bulbil, biji) dalam rangka mengamankan plasma nutfah lokal porang.” tambah Mentan.
Peningkatan kuantitas benih porang melalui kultur jaringan juga diarahkan untuk mendukung pencapaian program peningkatan luas tanam porang.
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menambahkan porang tidak hanya dapat diolah menjadi glukomanan, namun dapat juga dikembangkan menjadi aneka produk prospektif lain yang dapat dikembangkan oleh kelompok tani.
“Peluang ekspor maupun pasar produk-produk olahan dari bahan porang di dalam negeri masih terbuka, seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan kebutuhan pangan fungsional yang meningkat,” ujar Fadjry.
Fadjry menilai, agribisnis porang ini tidak hanya bersifat sementara atau monkey business. Berdasar tingginya peluang pasar yang masih dapat dikembangkan, komoditas porang dinilai menjanjikan.
Menurutnya, tantangan ke depan dalam pengembangan tanaman porang adalah penyediaan logistik bibit/benih dan pengolahan porang menjadi produk yang bernilai tambah dan berdaya saing tinggi.
“Peran serta penerapan teknologi inovasi menjadi faktor kunci penentu keberhasilan pengembangan porang,” lanjutnya.
Talkshow porang ini dihadiri oleh kurang lebih 1.000 peserta dari berbagai kalangan, seperti peneliti, praktisi, akademisi, petani dan masyarakat umum. Terdapat lima pembicara dalam talkshow ini yaitu Yuliantoro Baliadi, Ika Rostika dan Heny Herawati yang merupakan peneliti Balitbangtan dari bidang budidaya, bioteknologi dan pascapanen.
Selain itu hadir juga Utama Kajo dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) yang membahas mengenai prospek porang sebagai komoditas ekspor dan kebijakan yang diperlukan, serta Syaharuddin Alrif petani muda sekaligus eksportir porang yang mengupas tentang peluang dan tantangan industri berbahan baku porang.