MONITOR, Jakarta – Provinsi Banten berada di peringkat kesembilan produsen beras nasional dengan luas panen 325.333 ha dan menghasilkan padi 1.655.170 ton GKG atau setara 937.815 ton beras. Provinsi Banten mampu menggeser posisi Provinsi Sumatera Barat yang sebelumnya di peringkat sembilan.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid mengatakan pencapaian peringkat Banten sebagai Provinsi terbesar produsen beras pada tahun 2020 pada peringkat kesembilan nasional tak lepas karena berbagai langkah teknis.
“Pertama karena adanya perbaikan variestas unggul nasional mulai dari penggunan varietas Ciherang, Inpari 32 dan Inpari 42,” kata Agus melalui keterangan tertulis yang diterima MONITOR Rabu (24/3).
Selain itu, lanjut Agus keragaan teknologi pemupukan yang berimbang serta penggunaan Agensia Hayati pada pengendalian hama terpadu. “Strategi ini ternyata mampu meningkatkan produktivitas dari 48,95 ku/ha menjadi 50,50 ku/ha, strategi selanjutnya Banten akan terus meningkatkan inovasi keragaan teknologi produksi padi,” imbuhnya.
Disampaikan Agus, peningakatan peringkat Provinsi Banten diikuti dengan peningkatan pendapatan petani yang diukur dengan indikator Nilai Tukar Petani (NTP), selama kurun waktu bulan Janujari-Februari Tahun 2021 NTP Provinsi Banten adalah yang tertinggi di Pulau Jawa yaitu pada angka 101,16 dan 100,92.
“Proyeksi kedepan Provinsi Banten harus mampu berada pada peringkat ke delapan nasional dengan target rerata produktivitas bisa mencapai 52,50 ku/ha. amin,” harap Agus.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan RI, Suwandi. Menurutnya, untuk mencapai tersebut Kementan dibawah komando Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo melakukan beberapa langkah strategi dan kebijakan yang diterapkan antara lain mekanisasi pertanian modern untuk mempercepat proses olah tanah, tanam, serta panen, penggunaan bibit unggul dan pupuk berkualitas, asuransi pertanian serta program perluasan areal tanam baru.
“Secara nasional terjadi peningkatan produktivitas dan selanjutnya untuk terus dipacu produksi,” sebutnya. Menurutnya setiap tahun harus ada terobosan baru dan langkah yang tepat di lapangan seperti penggunaan benih unggul, teknis budidaya dan panen yang baik, efisiensi input penerapan padi bebas residu, integrated farming menuju zero waste, mekanisasi, peningkatan Indek Pertanaman (IP) maupun Perluasan Areal Tanam Baru (PATB).
“Bahkan pada 2021 sudah mulai dikenalkan teknis budidaya dengan IP400 yang berarti bisa tanam dan panen 4 kali setahun,” katanya.
Suwandi memberikan apresiasi kepada provinsi yang produksi beras 2020 meningkat dibandingkan 2019 dan agar menjadi pemacu semangat meningkatkan produksi dan ketahanan pangan di seluruh provinsi.
Ia berharap pada 2021 terdapat berbagai terobosan, peningkatan produktivitas dan memajukan pertanian dengan penerapan teknologi benih, alat mesin pertanian, dan manajemen korporasi.
Beberapa program Kementan ini telah berjalan pada 2021 seperti mekanisasi, KUR, korporasi petani, perluasan areal tanam baru, IP400, kostraling, food estate, serta integrated farming menuju zero waste. “Semua bermuara di satu tujuan untuk meingkatkan produksi tanaman pangan serta mensejahterakan petani,” ujar Suwandi.