Senin, 29 April, 2024

Hari Air Sedunia, Anies Bicara Pentingnya Naturalisasi Sungai

MONITOR, Jakarta – Istilah naturalisasi sungai kembali dilontarkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Namun naturalisasi sungai yang dilontarkan Anies kali ini bukan berkaitan dengan penanganan banjir, melainkan dalam rangka memperingati hari air se-dunia.

Dikatakan Anies, adanya perubahan paradigma dimana kehadiran manusia yang selalu bisa menaklukan alam dengan teknologi dan ilmu pengetahuan berdampak pada perubahan alam yang memunculkan rusaknya ekosistem alam.

“Disini lah pentingnya saya mengingatkan kembali perlunya naturalisasi sungai. Bagaimana kita mencari cara untuk bisa menyesuaikan dengan kehidupan alam itu. Jadi saat kita bicara naturalisasi, maka bagaimana kita hidup bersama dengan siklus alam, contohnya sungai yang memiliki pasang dan surut, sehingga kita harus membangun dengan mengikuti siklus tersebut,” ujar Anies saat merayakan Hari Air se-Dunia dengan menanam Pohon Loa di Bantaran Kali Ciliwung, Taman Maju Bersama (TMB) Gintung, Pangkalan Pakis Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Senin (22/3).

Dipilihnya pohon Loa untuk di tanam di bantaran sungai karena memiliki akar yang dapat mengikat tanah sehingga ekosistem sungai dapat terjaga dan terhindar dari erosi.

- Advertisement -

Lanjut Anies, contoh keberadaan TMB Gintung yang merupakan taman di tepian Kali Ciliwung lengkap dengan keberagaman hayati (hewan dan tumbuhan) yang dibangun berkolaborasi dengan warga dan komunitas.

Kata Anies, TMB ini berfungsi sebagai pangkalan air dimana saat musim penghujan sebagian besar areanya akan terendam dan membuat aliran sungai terkontrol. Sedangkan saat kemarau akan surut dan dapat dimanfaatkan warga dari mulai berkebun hingga melakukan kegiatan alam.

“Contoh taman ini, yang menjadi kolaborasi bagaimana dimanfaatkan saat surut maupun saat pasang yang menjadi tempat parkir air. Kami ingin kolaborasi ini dikembangkan sehingga lebih banyak lagi kegiatan dari warga yang melestarikan alam dengan didukung pemerintah dan pemerintah hadir untuk memastikan bahwa alam terjaga dengan baik,” tambahnya.

Keberadaan TMB Gintung ini juga sebagai bagian dari upaya merawat tradisi warga Jakarta yang telah lama bersahabat dengan Kali Ciliwung, di mana konsep pasang dan surut sungai sudah dikenal sejak kota Jakarta terbentuk.

“Tradisi itu akumulasi wisdom (kebijaksanaan) lintas zaman dan ini punya nilai hikmah yang sudah diuji lewat waktu. Seperti halnya Ciliwung yang menjadi pusat kehidupan karena ada air. Jadi tempat ini memiliki sejarah amat panjang dan di sini ada wisdom lintas generasi yang harus dikembangkan. Bila di Jakarta kita bisa bangun ini, maka akan jadi contoh bukan hanya di indonesia tetapi juga dunia,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER