Selasa, 23 April, 2024

Rinai Inspirasi

Oleh: Dr. Fokky Fuad Wasitaatmadja*

Inspirasi Ketuhanan

Inspirasi atas kehadiran kekuatan Yang Maha Agung terus menyelimuti ruang pemikiran manusia. Inspirasi ini menyegarkan bagai rinai hujan yang membasahi dan menyegarkan daratan yang kering. Pemikiran dan gagasan klasik manusia atas eksistensi kekuatan Yang Maha Agung dapat dibuktikan dari manusia yang selalu mencoba mencari Dia Yang Maha Agung. Sejak manusia mulai menyembah hewan, pohon, ruh dan dewa-dewa politeistik, hingga akhirnya menemukan Allah Yang Maha Agung dalam konsep monoteistik yang ketat.  

Manusia merupakan makhluk yang tak pernah lepas dari nilai dan ide materi sekaligus materi. Ide materi meletakkan segenap kehendaknya dalam wujud-wujud fisik dan inderawi, juga rasional. Ia terdiri atas susunan-susunan ide biologis yang tentunya memiliki kecerdasan biologi. Pada saat yang bersamaan pula manusia juga terbentuk dari ide imateri. Ia yang bergerak dalam lingkar transendental, bahwa ia memiliki kapasitas untuk mampu merasakan gerak intuisi dan juga jiwa spiritual dalam dirinya. Tidak cukup dengan sebuah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, bahkan kecerdasan biologi, tetapi manusia juga memiliki kemampuan dan kecerdasan spiritual.

- Advertisement -

Bahwa manusia bukanlah merupakan setumpuk susunan daging, tulang dan darah yang berjalan dan berfikir. Ia juga merupakan satuan kekuatan kehendak yang merasa, mampu merasakan adanya tarikan-tarikan dan luapan intuisi juga gerak spiritual metafisis. Bahwa manusia yang terdiri atas susunan materi untuk itu ia bergerak dan berfikir, sekaligus susunan imateri dan untuk itu ia mampu merasa maka ia juga selalu meletakkan kehendak-kehendak spiritualisme Ilahiah dalam dirinya. Bahwa dalam ruang kosmologi yang dijalaninya, manusia tidak pernah mampu melepaskan diri sepenuhnya untuk mampu membuang ide Ilahiah dalam dirinya.

Kehendak relasi ketuhanan yang transenden ini bukanlah sekedar angan utopia, tetapi ia dapat ditunjukkan dengan sebuah kisah kematian sekaligus kehidupan. Manusia yang mengembara dan berjalan di muka bumi, pada dasarnya terus mencoba untuk mengungkap eksistensi dirinya dihadapan alam. Ia terus bertanya tentang hakikat dirinya dihadapan alam semesta, untuk apa ia ada dan untuk apa alam ini ada? Sebuah pertanyaan klasik yang hingga kini masih terus pula ditanyakan. Pertanyaan semacam ini tentunya bukanlah hendak meraih sebuah keuntungan yang dapat dinilai dengan uang, karena ia tak bernilai dan untuk itu tak dapat dinilai tentunya. Pertanyaan klasik ini mencoba mengungkap sebuah gagasan baik secara materi fisik maupun metafisika. Sebuah pertanyaan yang jawabannya mungkin terhampar dalam setiap molekul objek alam.

Jawaban-jawaban yang dihasilkan berupaya memuaskan kehendak manusia terdalam semakin menjadikan manusia bergerak maju dari satu titik peradaban menuju pada titik peradaban lainnya. Ruang kosmologi yang tampaknya terbentang luas memberikan berjuta pertanyaan atas keinginantahuan atas eksistensi manusia terdalam. Dalam upaya pencarian segala rahasia alam semesta, konsep-konsep metafisika selalu dilibatkan dalam upaya menguak kebenaran. Bahwa sebuah kekuatan adi kodrati diyakini merupakan sebuah kekuatan pengendali atas diri manusia dan alam semesta. Pergerakan alam semesta bukanlah sebuah pergerakan atas benda-benda kosmos secara bebas, melainkan sebuah proses kepatuhan atas sebuah hukum-hukum adi kodrati.

Sebuah kekuatan Maha Agung yang mengendalikan segenap gerak objek kosmik diyakini menjadi kehendak yang utama (causa prima). Kekuatan Maha Agung ini selalu dicari keberadaanNya, Ia yang tersembunyi di balik tabir pengalaman empirisme manusia. Manusia merasakan hadirnya, dan ia menggerakkan segenap rasionalitas akalnya untuk menguak kehadiran Sang Adi Kodrati, disinilah manusia mulai meletakkan ide-ide spiritualisme dalam benaknya. Kekuatan Sang Maha Agung yang diyakini sebagai Ide Tertinggi, ia yang melingkupi alam semesta, sedangkan manusia hanyalah sekedar fenomen atas kehadiran Ide Tertinggi tersebut.

Implikasi Inspirasi Ketuhanan

Nilai Ketuhanan kini memasuki alam makro dan mikro kosmos, bahwa Dia tak tergantung atas alam semesta ini baik secara makro dan mikro tetapi segela sesuatu yang bersifat kosmik begitu tergantung pada Ide Tertinggi, yaitu Allah. Bahwa segala yang ada ditentukan oleh eksistensiNya, dan bukan atas eksistensi alam ini. Dia menyelimuti segalanya, bahwa tidak ada ruang yang tak terselimuti olehNya. Manusia sebagai bentuk eksistensi mikro kosmos menjadi sebuah fenomena atas kehadiranNya. Bahwa manusia tidak saja menjadi tanda (sign) atas kehadiranNya, tetapi juga segala selainNya menjadi tanda atas kehadiranNya.

Setiap kehendak manusia yang terselimuti oleh ide-Nya menjadi kewajaran, bahwa dalam setiap gerak laku manusia selalu menempatkan Dia. Bahwa manusia dengan segenap nilai dan identitas kemanusiaan yang ada di dalam dirinya, mendapat sebuah tantangan baru: nilai Ketuhanan. Bahwa segenap diri manusia yang telah terselimuti olehNya menjadi kehilangan identittas dirinya sendiri. Bahwa bukan dirinya yang menggerakkan segenap jiwanya, melainkan sebuah Ide Tertinggi di dalam diri manusia, Tuhan.

Kini Inspirasi Ketuhanantelah menyelimuti, lalu apa yang ia jalankan, langkahkan dan gerakkan. Kehendak Allah yang telah menyelimuti diri yang akan menentukan bahwa bukan ia yang melangkah, bukan ia yang melihat, bukan ia yang mendengar, bukan ia manusia yang mengucap, tetapi Dia yang melangkah, melihat, mendengar, dan berucap. Bahwa ia telah terselimuti olehNya, dan dengan hal ini ia mencoba membuang segenap sisi-sisi buruk yang ada dalam jiwanya. Kini yang ada adalah sisi cahaya kebaikan dan kebenaran, karena Dia adalah pusat dan sumber segenap kebaikan. Dirinya begitu dipenuhi oleh kebaikan dan cahayaNya. Ia menekan dengan seoptimal mungkin segenap komponen kegelapan yang memenuhi segenap substansi.

Manusia perlu membuang ego, menekan segenap kehendak ego manusianya, bahwa ego yang telah mengendalikannya kini perlahan ditekan oleh gagasan dan nilai Illahiah. Bahwa hanya Allah yang berkehendak dan mengendalikan dirinya. Ia meletakkan cahayaNya ke dalam dirinya, dan hal ini bukanlah hal mudah karena tarikan dunia yang sangat kuat.  Manusia adalah cahaya, karena ia bersumber dari Cahaya di Atas Cahaya (Qs.[24]: 35). Dalam sebuah Hadits Qudsi Allah menyatakan:

“Aku adalah pendengaran yang dengannya dia mendengar dan penglihatannya yang dengannya dia melihat dan tangannya yang dengannya dia memukul dan kaki yang dengannya dia berjalan..”

Manusia kini mencoba menyerap cahaya Allah, ia mencoba berdialog dengan-Nya, dan mencoba dengan segenap kekuatan yang ia miliki untuk selalu bersamaNya. Bahwa ia melihat sebuah kehendak Allah dalam bentang semesta. Ia menjauh dari kegelapan dan berlari menuju cahayaNya, bahwa bukan dirinya sendiri karena dirinya bukanlah siapapun bahkan apapun. Manusia menyadari betapa tak berarti dirinya, bahkan alam semesta ini  dihadapan Allah.

Manusia hanyalah manifestasi dan tanda (sign) dari adanya Dia, manusia tidaklah eksis, karena eksistensi manusia hanyalah sekumpulan ego. Inilah kehendak nilai ego manusia yang berkehendak. Kehendak untuk menguasai, menundukkan, meraih, memperoleh, hingga mengendalikan. Ruang Ilahiah ada dalam diri manusia, tetapi ia selalu kosong atau kita kosongkan. Kini kita coba menuangkan kembali cahaya Ketuhanan ke dalam ruang kalbu manusia. Allah. Inilah implikasi dari pemahaman Inspirasi Ketuhanan, ketika semua ide ketuhananan masuk ke dalam kalbu maka nilai ini menginspirasi setiap geraknya. Manusia menyadari bahwa dirinya bukan siapa-siapa, bukan apa-apa. Manusia tiada dan tak berarti apapun dihadapan Allah Yang Maha Agung. Allah berfirman:

“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs. [8]: 17)

*Penulis merupakan Dosen di Program Magister Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER