BERITA

INDEF dan KTNA Tolak Impor Beras untuk Kedaulatan Pangan Nasional

MONITOR, Jakarta – Direktur Eksekutif Indef, Ahmad Tauhid menyayangkan kebijakan impor beras 1 juta ton yang sudah dialokasikan melalui perum Bulog. Menurutnya, kebijakan itu lambat laun akan menghancurkan kondisi harga di tingkat petani yang kini sedang berjuang meningkatkan produksi. Apalagi awal tahun ini Indonesia akan menghadapi musim panen tahunan yang berlangsung pada pertengahan Maret mendatang.

“Masa panen diperkirakan mencapai 8,7 juta ton GKG (gabah kering giling). Begitu juga dengan bulan April yang mencapai 8,59 juta ton GKG. Kalau impor beras sekarang ini dilakukan maka tentu saja akan menghancurkan harga di tingkat petani,” kata Tauhid, Jumat, 5 Maret 2021.

Tauhid menerangkan, jika mengacu pada kebutuhan tahun 2020, maka kebutuhan beras nasional tahun 2021 diperkirakan mencapai 31-32 juta ton dengan produksi dalam negeri sebesar 30 juta ton. Angka ini masih ditambah dengan sisa stok beras Desember 2020 yang mencapai 6 juta ton.

Dengan hitungan tersebut, lanjut Tauhid, ketersediaan beras nasional diperkirakan mencapai 36 juta ton, sehingga masih ada kelebihan beras sekitar 4-5 juta ton.

“Kecuali tahun 2021 kita menghadapi gagal panen yang luar biasa sehingga anjlok produksi beras kita. Jadi menurut saya impor beras tidak perlu dilakuka,” katanya.

Karena itu, Tauhid meminta pemerintah, dalam hal ini Perum Bulog untuk melakukan pembelian padi secara besar-besaran, sehingha kedaulatan pangan nasional tidak terganggu oleh sebuah kebijakan bernama importasi.

“Apalagi disampaikan beberapa waktu oleh Pak Presiden bahwa kita harus mengutamakan produk dalam negeri,” katanya.

Senada dengan Tauhid, Wakil Sekjen Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Zul Herman menyayangkan kebijakan impor yang dilakukan. Kata dia, kebijakn ini sudah memnuat gaduh para petani yang sedang berjuang menegakan kedaulatan pangan.

“Tidak perlu impor karena bulan maret ini akan ada panen raya. Saya kira Bulog dan Kemendag tidak melihat data pertanian ini. Jadi menurut hemat saya untuk Bulog dapat menyerap hasil panen petani terlebih dahulu sebelum mengeluarkan permohonan impor beras,” tutupnya.

Recent Posts

Kemenag Beri Beasiswa Double Degree Mahasantri Ma’had Aly Kuliah di Malaysia

MONITOR, Jakarta - Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren telah menandatangani nota kesepakatan kerja sama…

7 jam yang lalu

Kemenhub Bebastugaskan Kepala Kantor UPBU Sangia Nibandera Kolaka

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perhubungan telah membebastugaskan Asri Damuna, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara…

9 jam yang lalu

Apkam Gabungan TNI Polri Beri Rasa Aman Cegah Masyarakat Pogapa Distrik Homeyo Mengungsi

MONITO, Papua - Panglima KOGABWILHAN III, Letjen TNI Richard T.H. Tampubolon, dalam keterangan lisannya mengatakan,…

9 jam yang lalu

Tinjau Jaringan Jalan Tol Akses IKN Nusantara, Menteri Basuki: Siap Fungsional Agustus 2024

MONITOR, Jakarta - Penajam Paser Utara - Dalam kunjungan kerja di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara…

10 jam yang lalu

Adang Daradjatun Apresasi Kepolisian Buru Sindikat Penjualan Narkoba dalam Kemasan Makanan

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Adang Daradjatun mengapresiasi sindikat penjualan narkoba dalam bentuk…

11 jam yang lalu

Program CSR Elnusa Raih Penghargaan ‘Indonesia 50 Best CSR Awards 2024 Versi The Iconomics’

MONITOR, Jakarta - PT Elnusa Tbk (ELNUSA, IDX: ELSA) Anak Usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE)…

12 jam yang lalu