MONITOR, Adonara – Masyarakat pelosok daerah kini sangat menikmati hadirnya listrik di tempat tinggal mereka. Sebut saja Siti Aminah Muhammad (37 tahun), perempuan paruh baya ini tinggal di desa Lamahala Jaya, Adonara Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia mengaku senang karena keberadaan listrik sangat membantu sendi-sendi kehidupan masyarakat di daerahnya.
Saat malam tiba, Aminah mengaku tak ada lagi warga yang ketakutan menghadapi gelap gulitanya kondisi desa mereka. Anak-anak kecil masih senang beraktivitas ketika malam hari. Warga pun masih asyik bercengkarama menghabiskan malam bersama tetangganya.
“Pemanfaatan listrik di desa Lamahala sangat membantu, karena sebagai alat penerang saat malam tiba,” tutur Aminah ketika diwawancara MONITOR, melalui perangkat videocall Whatsapp, Minggu 28 Februari 2021.
Kegiatan masyarakat setempat juga terbantu berkat aliran listrik di kawasan tempat tinggal mereka. Tak hanya mendukung aktivitas perkantoran saja, Aminah mengakui listrik sangat diandalkan warga untuk menopang dan menunjang perekonomian mereka. Bagi perempuan berparas manis ini, ketersediaan listrik menjadi ‘jantung’ bagi segala lini kehidupan warga Lamahala.
Listrik juga sangat membantu menunjang aktivitas belajar anak-anak di masa pandemi ini. Mengingat, kata Aminah, anak-anak di desanya masih mengikuti kebijakan pembelajaran jarak jauh atau PJJ. Para siswa maupun guru mengandalkan internet dan listrik untuk menunjang proses belajar mengajar selama masa pandemi Covid-19.
Lagi-lagi, Aminah bersyukur berkat adanya listrik di desanya, warga bisa mudah menjalankan runitinas dan menikmati akses listrik dengan sebaik-baiknya.
“Apalagi di era pandemi Covid-19, anak-anak dituntut untuk belajar via internet. Bukan hanya anak-anak sih, tapi juga buruh pendidikan dan pekerja lainnya juga demikian,” terang Aminah.
Hal yang sama juga dirasakan Fahmi Lamarobak (32 tahun), warga desa Lewoleba, Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia mengaku bersyukur tempat tinggalnya sudah lama mendapatkan akses listrik.
Fahmi merasa keberadaan listrik di desanya sangat menunjang infrastruktur penerangan. Hampir semua barang-barang elektronik yang digunakan warga mengandalkan listrik. Jika listrik padam, tentu semua aktivitas akan terkendala.
“Manfaat lainnya ya tentu listrik sebagai sumber energi, banyak barang-barang yang kami gunakan itu menggunakan arus listrik seperti mesin cuci, mesin air, sound system, alat perlengkapan tukang yang menggunakan listrik semacam sekap listrik, bor listrik,” tutur Fahmi.
Listrik ‘Denyut Nadi’ Kehidupan
Pengakuan sekaligus potret kehidupan Siti Aminah dan Fahmi diatas, menunjukkan betapa pentingnya keberadaan listrik bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan listrik memegang peranan sangat vital bagi mereka untuk menggerakkan roda aktivitasnya.
Tak hanya masyarakat perkotaan saja yang membutuhkannya, masyarakat di desa bahkan di pelosok desa terpencil juga mulai sadar bahwa kebutuhan listrik sangat penting bagi mereka.
Cadangan energi listrik yang cukup mulai dari kawasan kota hingga pelosok desa akan sangat mendukung pertumbuhan industri, baik skala makro maupun mikro terutama di daerah-daerah. Ketersediaan listrik ini juga sangat mendukung kawasan ekonomi khusus, pariwisata, sentra perikanan dan lain sebagainya.
Pelbagai aktivitas masyarakat yang dilakukan secara daring ini akan menyelematkan dari laju penularan virus Corona (Covid-19). Namun di sisi lain, situasi ini mendorong peningkatan penggunaan listrik setiap harinya. Bahkan berdasarkan data yang diungkap Direktur Konservasi Energi, Hariyanto, dalam webinar Hemat Energi di Saat WFH dan Peranan Tata Udara Dalam Mencegah Wabah Covid-19 (Senin, 4/5/2020), menunjukkan aktivitas WFH membuat konsumsi listrik kita naik.
Meskipun penggunaan listrik nasional menurun hingga -2,1 persen. Namun jika mengacu data pada Maret 2020, pelanggan industri turun -4,63 persen, akan tetapi kebutuhan listrik rumah tangga naik 1,3 persen.
Komitmen Negara Terangi Nusantara
Berbagai kebijakan terkait ketenagalistrikan diberikan Pemerintah demi mendukung kehidupan masyarakat. Bahkan, pemerintah memutuskan untuk memperpanjang stimulus program ketenagalistrikan hingga Desember 2021 yakni berupa diskon tarif tenaga listrik.
Untuk diketahui, kebijakan ini berupa pembebasan biaya beban atau abonemen 50 persen, kemudian pembebasan penerapan ketentuan rekening minimum 50 persen sampai dengan triwulan IV. Kebutuhan anggaran stimulus ketenagalistrikan pada triwulan IV, diperkirakan akan mencapai Rp 2,54 triliun untuk sebanyak 27,12 juta pelanggan (total pelanggan penerima diskon tarif dan pembebasan rekening minimum dan biaya abonemen).
Lebih detail, Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Ida Nuryatin Finahari menyebut kebutuhan anggaran tersebut terdiri atas kebutuhan anggaran sebesar Rp 2,08 triliun untuk diskon tarif tenaga listrik dan Rp 463,1 miliar untuk pembebasan rekening minimum dan biaya beban/abonemen. Jadi, total stimulus selama tahun 2021 diperkirakan sebesar Rp 11,72 triliun yang terdiri dari diskon tarif tenaga listrik Rp 9,46 triliun dan pembebasan rekening minimum dan biaya beban atau abonemen Rp 2,226 triliun.
Sejumlah golongan pelanggan pun mendapat stimulus ketenagalistrikan tersebut dengan varian berbeda, yakni diskon tarif tenaga listrik diberikan kepada pelanggan golongan rumah tangga daya 450 VA, bisnis kecil daya 450 VA dan industri kecil daya 450 VA dengan maksimal penggunaan 720 jam nyala sebesar 50 persen, serta kepada pelanggan golongan rumah tangga daya 900 VA bersubsidi diberikan diskon sebesar tarif listrik 25 persen dengan maksimal penggunaan 720 jam nyala.
Komitmen pemerintah tidak dapat diragukan lagi dalam mendukung penyediaan energi listrik. Masih teringat jelas saat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, bersama Direktur Utama PT PLN (Persero), Zulkifli Zaini, meresmikan sejumlah proyek ketenagalistrikan nasional pada Kamis, 16 Juli 2020 lalu. Ikhtiar itu tentu tidak main-main atau asal-asalan.
Demi meningkatkan akses masyarakat terhadap energi listrik, pemerintah bahkan mati-matian bertekad memperluas rasio elektrifikasi hingga 100 persen pada 2020 dalam rangka mewujudkan energi berkeadilan di seluruh wilayah Indonesia, terutama menerangi wilayah terdepan, terluar dan tertinggal.
Dalam ekspektasi saya, proyek yang mencakup peningkatan akses dan keandalan pasokan listrik tersebut dapat mewujudkan rasio elektrifikasi 100 persen. Apalagi, Indonesia dikenal memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah ruah, tak terkecuali stok energi.
Sehingga, negeri ini cukup layak dikatakan mampu untuk memperluas rasio elektrifikasi di seluruh penjuru daerah hingga 100 persen pada tahun 2021 nanti. Rasanya, mimpi dan target capaian tersebut tinggal selangkah lagi.