Jumat, 29 Maret, 2024

Maneger Nasution: Din Syamsudin Cendekiawan Muslim Kontemporer

MONITOR, Jakarta – Tuduhan radikal yang dialamatkan kepada Prof. Din Syamsudin membuat banyak kalangan geram. Faktanya, eks Ketua Umum PP Muhammadiyah itu justru dikenal dan memiliki kontribusi sangat besar dalam sektor moderasi beragama dan pluralisme.

Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) RI, Maneger Nasution, pun kecewa atas tuduhan yang disampaikan kelompok GAR ITB beberapa waktu lalu. Menurutnya, kelompok tersebut bahkan belum memahami seutuhnya makna radikal itu sendiri.

Maneger mengatakan makna kata radikal itu sendiri boleh jadi berkonotasi jelek dan bermakna negatif. Oleh karena itu, eks Komisioner Kommas HAM RI ini menilai tuduhan tersebut tak berdasar, pasalnya Din pernah juga bicara di PBB, terkait dengan bagaimana Indonesia membangun relasi yang sangat harmonis, kemudian meningkatkan kohesivitas sosial didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.

“Hemat saya, semua orang bisa mendengar ceramah beliau di PBB, itu ada di youtube, silakan saja. Masih terekam dengan bagus,” tegas Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah ini, Kamis (18/2/2021).

- Advertisement -

Maneger yang merupakan Wakil Ketua Komisi Hukum dan HAM MUI Pusat ini mengaku sangat mengenal dekat sosok Din Syamsuddin, apalagi mantan Ketua Umum MUI tersebut merupakan seniornya di IMM, Pemuda Muhammadiyah, dan Muhammadiyah serta di MUI.

Di bidang akademis, Maneger juga mengaku pernah diajar oleh Din Syamsuddin saat menempuh studi di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah. Din kala itu mengajarkan Islam yang sangat modern, terutama tentang pemikiran Islam kontemporer.

“Nah, pemikiran Islam kontemporer yang diajarkan itu diantaranya ada toleransi, ada dialog, ada civil society, HAM dalam perspektif Islam, dan seterusnya. Karena itu, saya paham betul bagaimana pemikiran dan gerakan Din Syamsuddin,” pungkas eks Ketua Umum DPD IMM Sumatera Barat ini.

Menurutnya, Din Syamsuddin selama ini dikenal sebagai orang yang membangun dialog lintas iman, lintas peradaban, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER