Jumat, 26 April, 2024

Ini Penjelasan Kemenkes Soal Bupati Sleman Positif Covid-19 Usai Vaksinasi

"Jika melihat sequence waktunya, sangat mungkin pada saat Bupati divaksin beliau dalam masa inkubasi“

MONITOR, Jakarta – Juru Bicara Vaksin Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan bahwa Bupati Sleman Sri Purnomo kemungkinannya sedang dalam masa inkubasi virus SARS CoV 2 pada saat divaksin Covid-19 sehingga membuatnya terinfeksi virus itu.

“Jika melihat sequence waktunya, sangat mungkin pada saat Bupati divaksin beliau dalam masa inkubasi, di mana sudah terpapar virus tapi belum bergejala,” ungkapnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (22/1/2021).

Nadia menegaskan bahwa Sri Purnomo bukan terinfeksi Covid-19 karena disebabkan vaksin tersebut. Pasalnya, menurut Nadia, vaksin Covid-19 hanya berisi virus yang dilemahkan sehingga hampir tidak mungkin menyebabkan seseorang terinfeksi.

Sekadar informasi, Bupati Sleman Sri Purnomo diketahui positif Covid-19. Padahal seminggu sebelumnya atau pada Kamis (14/1/2021), Sri Purnomo mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama yang juga dilakukan oleh kepala daerah lain di daerahnya masing-masing.

- Advertisement -

“Secara alamiah waktu antara paparan dan munculnya gejala atau load virus sedang tinggi adalah sekitar lima sampai enam hari, di mana waktu yang pas, karena divaksin pada 14 Januari sementara hasil swab PCR positif tanggal 20 Januari,” kata Nadia.

Namun, Nadia menyebut, kejadian kasus positif Covid-19 Sri Purnomo walau sudah divaksin tetap dilaporkan sebagai kasus Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI).

Nadia menekankan bahwa vaksinasi Covid-19 memang membutuhkan dua kali dosis penyuntikan agar sistem imun perlu waktu lewat paparan yang lebih lama untuk mengetahui bagaimana cara efektif melawan virus.

Suntikan pertama dilakukan untuk memicu respons kekebalan awal. Sementara suntikan kedua untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk. Hal ini memicu respons antibodi yang lebih cepat dan lebih efektif di masa mendatang.

Sejumlah vaksin seperti cacar air, hepatitis A, herpes zoster atau cacar ular juga memerlukan dua dosis vaksin untuk mencegah penyakit tersebut. Beberapa vaksin bahkan membutuhkan dosis lebih banyak seperti vaksin DPT untuk mencegah penyakit difteri, tetanus dan pertusis.

Nadia menambahkan, proses pemberian vaksinasi tetap dilakukan seperti yang sudah ditargetkan.

“Bagi seluruh masyarakat saya berpesan, dengan adanya vaksinasi kita juga masih punya kewajiban menjalankan protokol kesehatan. Karena selain tetap harus menjaga diri sendiri, juga masih dibutuhkan waktu untuk bersama-sama bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk mencapai kekebalan kelompok. Sehingga upaya 3M, 3T dan vaksinasi harus tetap dijalankan,” ujarnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER