MONITOR, Jakarta – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian Tahun 2021 menegaskan bahwa pembangunan pertanian harus mendapat prioritas utama. Selama periode 2020, sektor pertanian menempati posisi sentral karena terbukti mampu bertahan dari ancaman krisis.
Dipesankan Presiden, saat ini sudah tidak bisa lagi membangun dalam skala ekonomi yang kecil-kecil, kini saatnya mendorong pembangunan model Food Estate (Lumbung Pangan). Paling tidak tahun ini di Sumatera Utara dan di Kalimantan Tengah sedang tahap proses penyelesaian. Proyek keberhasilan Food Estate akan menjadi contoh bagi semua propinsi nantinya.
Menanggapi instruksi ini, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyampaikan akan meneruskan program pembangunan pertanian ke seluruh jajarannya. Dirinya mengungkapkan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan arah kebijakan yang mendukung arahan Presiden, yaitu pertanian Maju Mandiri Modern dan Cara Bertindak (CB) 1 sampai 5. Arah kebijakan tersebut menjadi pedoman bertindak cerdas, cepat, dan tepat bagi seluruh jajaran Kementan.
“Cara bertindak yang kami lakukan meliputi peningkatan kapasitas dan produksi, diversifikasi pangan, penguatan cadangan atau lumbung pangan, penerapan pertanian modern, serta peningkatan ekspor pertanian melalui Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks),” papar Mentan.
Guna merinci arahan Rakernas Pembangunan Pertanian, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto memaparkan integrasi pengembangan hortikultura dan arah kebijakannya pada kurun satu tahun ke depan.
“Di mulai dari sisi hulu, Ditjen Hortikultura akan berfokus pada peningkatan kualitas perbenihan dan tata kelola produksi ramah lingkungan. Sementara dari sisi hilir, fokus diutamakan pada fasilitasi bahan baku industri, mendukung ketahanan pangan dan mendukung ekspor. Kedua sisi ini akan saling terintegrasi untuk mewujudkan pengembangan kawasan komoditas hortikultura yang optimal, termasuk kawasan food estate,” ujar Prihasto, Selasa (12/1) di Ditjen Hortikultura.
Selain fokus pada pengembangan kawasan, Prihasto turut memamerkan sejumlah platform yang diinisiasi oleh Ditjen Hortikultura.
“Mendukung era 4.0, Ditjen Hortikultura memiliki beberapa platform hortikultura digital yang dapat digunakan baik petani, pengusaha maupun masyarakat umum. Di antaranya DPI Pertanian, SIG OPT Hortikultura, Horti Trade Room serta IMOFC,” ujarnya.
Aplikasi ini, kata Prihasto, dapat diakses oleh siapapun yang mengunjungi laman hortikultura.pertanian.go.id selama 24 jam penuh.
Sementara untuk mendukung standarisasi mutu, pada sudut Digitalisasi Standar Mutu, tedapat beberapa aplikasi pendukung seperti e-Form Registrasi Kebun Buah, e-Form Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan TO, Pembaharuan Aplikasi Lahan Usaha STO dan Draft Aplikasi Blockchain Hortikultura.
“Salah satu terobosan kami adalah Horti Trade Room. Sebuah market place yang diinisiasi Ditjen Hortikultura yang mampu mempertemukan penjual/petani dengan pembeli secara langsung. Di sini pembeli dapat menghubungi penjual melalui nomor kontak yang terdaftar,” pungkas Prihasto.