MONITOR, Jakarta – Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia (UI), Eko Sakapurnama, mengapresiasi langkah PDI Perjuangan (PDIP) yang berkomitmen dalam menerapkan politik lingkungan.
Eko menganggap bahwa langkah PDIP melalui hari jadinya dengan subtema ‘Cinta Ciliwung Bersih’ perlu diikuti oleh partai politik (parpol) lainnya.
“Ke depan, kita harus mendorong pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) atau pembangunan berkelanjutan. Dan upaya mencapai goals ini bukan cuma tugas pemerintah. Jadi kalau parpol juga berinisiasi untuk pencapaian SDGs, sangat bagus,” ungkapnya saat dihubungi, Jakarta, Jumat (8/1/2021).
PDIP, menurut Eko, sebagai parpol sudah melakukan terobosan dengan tema yang sebenarnya harus dipikirkan matang-matang oleh seluruh pemangku kepentingan bangsa ini. Eko menganggap, fokus PDIP ini sangat penting bagi kelanjutan bangsa dan generasi selanjutnya.
“Saat ini, bumi kita telah dieksploitasi lebih cepat daripada bumi merestorasi lingkungannya. Telah terjadi ecological divide,” ujarnya.
PDIP sendiri merupakan parpol besar yang memiliki kekuatan di legislatif dan eksekutif, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai kader. Karena itu, peneliti Center For Innovation and Governance (Cigo) FIA UI itu mengharapkan kebijakan pro lingkungan hidup ini bisa menjadi terapan untuk mereka yang memiliki kewenangan di pemerintahan maupun di dewan.
“Kemungkinan akan banyak mendorong green policy yang mendukung keseimbangan lingkungan dengan sosial-ekonomi manusia,” kata Eko.
Untuk diketahui, seperti disampaikan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, HUT partainya yang ke-48 mengangkat salah satu subtema yakni ‘Cinta Ciliwung Bersih’ yang merupakan kelanjutan program Merawat Bumi. HUT itu akan dilakukan bersama dengan gerakan penghijauan serentak dan sekaligus gerakan membersihkan sungai se-nasional pada Minggu (10/1/2021).
Hasto pun memastikan acara yang dilakukan serentak itu menjaga kedisiplinan protokol kesehatan Covid-19. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Jokowi selalu mengingatkan seluruh rakyat Indonesia disiplin menjalankannya.
“Mengapa sungai? Bicara sungai maka sebenarnya berbicara soal peradaban manusia. Sebab sungai membawa air dan nutrisi ke area di seluruh bumi. Jangan hanya membayangkan sebagai saluran drainase. Tetapi sebagai sebuah habitat, yang menyediakan habitat dan makanan yang sangat baik bagi banyak organisme di bumi,” ungkap Hasto.
“Maka ketika sungai tercemar, semua makhluk hidup yang terkaitnya, juga kehidupan sekitarnya, akan tercemar. Beras yang kita makan di kota, bisa jadi adalah dari padi yang ditanam di wilayah diairi sungai tercemar merkuri, misalnya. Sehingga membiarkan sungai tercemar, sama saja mengancam peradaban manusianya,” ujar Hasto melanjutkan.
Berdasarkan laporan dari berbagai lembaga resmi pemerintahan dan swadaya masyarakat, setiap tahun ratusan ribu anak Indonesia menjadi korban pencemaran sungai di Indonesia. Seperti Sungai Brantas dan Sungai Citarum.
“Kalau kita membiarkan ini, maka sama saja pembunuhan masa depan generasi kita. Sama saja kita membiarkan peradaban Indonesia segera mati justru karena kita tak memelihara sungai dengan baik dan benar,” kata Hasto.