MONITOR, Jakarta – Belum lama ini, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukan adanya peralihan suara pemilih Partai Gerindra jika Ketua Umumnya, Prabowo Subianto masih mencalonkan diri di Pilpres 2024.
Meskipun hasil survei menunjukkan bahwa Eks Danjen Kopassus itu berada di peringkat kedua, namun kecenderungan pemilih untuk memilihnya kembali bertarung cukup berkurang signifikan.
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab mengatakan, berkurangnya minat pemilih Partai Gerindra harus disikapi sebagai sinyal keinginan kader dan pemilih Gerindra akan wajah baru di Pilpres mendatang.
“Aku pikir Gerindra harus menangkapnya sebagai sinyal keinginan pemilih Gerindra akan kemunculan wajah baru yang diusung di Pilpres mendatang,” kata di Jakarta, Kamis (31/12/2020).
Fadhli mengatakan, melihat dinamika politik dan ketokohan di partai berlambang kepala Garuda, hanya Sandiaga Uno yang memiliki elektabilitas sebagai Capres atau Cawapres di 2024 mendatang.
“Memang elektabilitas Sandi belum bisa menyamai Ketumnya Prabowo, tetapi perlu diingat dalam survei itu disebut bahwa Sandi cukup mendapat dukungan dari pemilih bukan Gerindra. Artinya tingkat elektabilitas Sandi bisa meningkat jika Prabowo legowo menarik diri sebagai kandidat,” terang Fadhli.
Analis politik asal UIN Jakarta itu mengatakan Sandiaga bisa saja diduetkan dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang sedang memimpin klasmen survei. Maka itu, Prabowo diharapkan tak boleh ‘alergi’ jika nantinya muncul duet Ganjar-Sandi di 2024.
“Kalau Gerindra ingin berjaya Prabowo mestinya legowo, memandatkan Sandi di Pilpres mendatang. Prabowo bisa jadi king maker bersama Megawati dan Pak Jokowi. Ini soal legacy (kebijakan) rekonsiliatif,” pungkasnya