Minggu, 13 Oktober, 2024

Indonesia Berpeluang Besar jadi Produsen Udang Budidaya Terbesar di Dunia

MONITOR, Bogor – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Rokhmin Dahuri mengatakan dengan sekitar 99.000 km garis pantai (terpanjang kedua setelah Kanada), Indonesia memilki peluang besar menjadi produsen udang budidaya terbesar di dunia dengan potensi lahan tambak dan produksi udang budidaya terluas (3 juta hektare) dan terbesar di dunia.

Namun, menurut Rokhmin hingga 2018 produksi udang budidaya Indonesia hanya 907.998 ton (versi KKP) atau 450.000 ton (versi SCI dan GPMT).  Padahal, China dengan 14.500 garis pantai dan Vietnam dengan 3.444 km garis pantai masing-masing memproduksi sekitar 2 juta ton dan 775.000 ton.

“Kemampuan teknis bangsa Indonesia tentang budidaya udang termasuk salah satu yang terbaik di dunia, terbukti Indonesia sebagai salah satu top five (5) produsen udang dunia,” katanya dalam acara Rapat Konsolidasi dan Akselerasi Pengembangan Produksi Industri Udang 2021-2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marvest) di ASTON Bogor Hotel & Resort Bogor, Senin (21/12/2020).

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu menyebut dalam 3 dekade terakhir, permintaan dan harga udang baik di pasar global (ekspor) maupun dalam negeri (domestik) relatif stabil dan diperkirakan akan terus meningkat di masa depan.

- Advertisement -

“Sebagian besar produksi udang nasional berasal dari kegiatan budidaya, dengan kenaikan produksi rata-rata 13,75%/tahun,” ujarnya.

Sejak 1990-an, terang Rokhmin komoditas dan produk olahan udang, terutama dari perikanan budidaya (aquaculture), merupakan penyumbang terbesar (35% = US$ 1,7 milyar ) terhadap total nilai ekspor perikanan Indonesia (US$ 4,94 milyar).

“Usaha budidaya udang sangat menguntungkan (highly profitable), dengan keuntungan bersih (net profit) sekitar Rp 20 juta – Rp 45 juta (rata-rata Rp 22 juta)/ha/bulan, ini bisa menjadi solusi atasi kemiskinan,” terangnya.

“Usaha budidaya udang juga menyerap banyak tenaga kerja dan menciptakan nilai tambah dan multiplier effects sangat besar sebagai solusi pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19,” tambahnya.

Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu mengatakan sebagian besar lokasi kegiatan di wilayah pesisir, pedesaan, dan luar Jawa sehingga dapat menjadi solusi masalah disparitas pembangunan antar wilayah.

“Dengan aplikasi inovasi IPTEKS dan manajemen secara tepat dan benar, pembangunan dan bisnis budidaya udang akan berkelanjutan sehingga membantu Transformasi Struktur Ekonomi Nasional,” tandasnya.

Untuk mewujudkan Indonesia sebagai produsen dan pengekpor udang terbesar di dunia, Indonesia menurut Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan itu bisa meniru India yang berhasil memningkatkan volume produksi udang budidaya dengan tiga strategi utama yaitu ekaspansi lahan tambak, pemilihan benur (bibit) berkualitas, dan kontrol kepadatan benur.

“India pada 2011 produksi <200.000 ton/tahun, lalu dalam 7 tahun pada 2018 produksi melesat 3 kali lipat menjadi 682.300 ton dengan tiga strategi utama yakini ekspansi lahan tambak dari 100.000 ha pada 2010 menjadi 150.000 ha pada 2018, Penggunaan benur berkualitas dimana harga benur India Rp 100/ekor sedangkan di Indonesia Rp 15/ekor, dan Kontrol kepadatan benur rata-rata 40 ekor/m2,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan itu menekankan perlunya dikembangkan  40 model budidaya udang yang terintegrasi (integrated shrimp farming) dengan menarik minimal 40 investor dengan dengan nilai investasi masing-masing 638 m.

“Tahun 2024 ditargetkan kenaikan ekspor udang  250% atau kenaikan produksi udang  578,579 ton. Apabila program ini  ditargetkan berkontribusi sebesar 40 % (280.000 ton),” jelasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER