KEAGAMAAN

Diskusi Buku Renungan Rektor IAIN Tulungagung, Begini Kata Ulil Abshar Abdalla

MONITOR, Tulungagung – Diskusi buku Menggali Spiritualitas Ramadan Syarah yang digelar LP2M IAIN Tulungagung digelar secara virtual melalui zoom, Rabu (4/11/2020) berlangsung ramai.

Buku tersebut lahir dari renungan Rektor IAIN Tulungagung Prof Maftukhin selama Ramadhan. Kemudian, disyarahi oleh Wakil Rektor III Abad Badruzzaman. Renungan itu berupa quotes yang ditulis setiap hari. Selanjutnya, Abad pun mentafsirakan setiap kalimat yang muncul dari renungan rektor tersebut.

Ulil Abshar Abdalla, salah satu intelektual Islam yang menjadi pembahas dalam acara tersebut mengatakan bahwa buku yang ditulis oleh dua intelektual dari kampus Tulungagung ini menarik untuk dibaca. Alasannya, buku tersebut ditulis berlandaskan lelaku penulis. Jadi, akan lebih mudah dipahami oleh masyarakat.

“Jadi buku ini saya kira masuk dalam ketegori Islam yang sederhana di tengah masyarakat. Sebab, ditulis dari lelaku penulisnya,’’ kata dia.

Menurut Ulil, ada dua model keberagamaan yang saat ini berada di tengah-tengah masyarakat. Yakni berbasis tulisan atau karya-karya keilmuan. Selain itu, ada pula yang berbasis Islam sederhana. Artinya Islam yang dipraktikkan oleh masyarakat yang tidak ndakik-ndakik.

“Saya kira dua model keberagamaan ini penting. Namun, saya hanya ingin mengingatkan kita bersama sebagai seorang akademisi yang berada di kampus jangan sombong. Laku sehari-hari itu juga penting. Renungan Prof Maftukhin ini sebenarnya lahir dari Islam sebagai laku. Renungan selama Ramadan dengan kalimat dengan pendek itu Islam lahir dari lelaku. Muncul dari pengalaman yang belaiau alami. Memang kadang di momentum tertentu mengalami pengalaman puitik. Beda dengan pengelaman intlektual,’’ ujarnya.

Ulil mengusulkan, agar untuk memproduksi renungan itu harus matang. Jangan sampai renungan itu diproduksi setiap saat. Ibarat santan, kata dia, jika semakin encer kurang nikmat. Sebaliknya, jika proses produksi renungan itu diendapkan akan semakin kental dan semakin bagus.

“Saua kira ini kolaborasi penulis yang baik. Kolaborasi ideal. Jadi saya senang sekali untuk diberikan kesempatan menulis prolong,” terangnya.

Selain Ulil, Prof Ahmad Ali Nurdin, Dekan Fisip UIN Bandung mengapresiasi lahirnya buku ini. Menurutnya, di tengah kesibukan sebagai seorang pejabat yakni rektor dan wakil rektor bisa tetap memproduksi karya yang bagus.

“Saya kira ini penting untuk ditiru. Dari segela kesibukan kedua penulis sebagai Rektor dan Wakil rektor masih tetap bisa produktif,” kata dia.

Menurutnya, adanya tradisi memberikan syarah atas renungan seseorang perlu dilestarikan. Sebab, tradisi ini memang lebih banyak dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu. Banyak kitab-kitab klasik yang lahir dari syarah ulama. Nah, adanya buku model syarah atas renungan ini menambah khasanah keilmuan di lingkungan perguruan tinggi Islam.

Sementara itu, Rektor IAIN Tulungagung Prof Maftukhin mengungkapkan, tradisi keilmuan di kampus Islam harus terus dijaga. Menurutnya, seorang dosen boleh gagal menjadi rektor ataupun dekan. Namun, jangan sampai gagal sebagai seorang akademisi atau ilmuan.

“Maka menurut saya itu penting kita berkolaborasi. Sebagai akademisi kita bisa saling berkolaborasi satu sama lain untuk bekarya. Kita boleh gagal menjadi rektor atau dekan. Tapi kita tidak boleh gagal sebagai akademisi. Sebab, akademisi adalah DNA kita,” terang dia.

Prof Maftukhin menambahkan, syarah itu tidak bersifat tunggal. Namun, sifatnya majemuk sehingga bisa ditafsirkan siapa saja. Dengan begitu, renungan ini bisa disyarahkan dari perspektif ilmu lain. Bukan hanya tafsir saja.

“Misalkan dari keilmuan fisika ataupun biologi,” ujarnya.

Abad Badruzaman sebagai pensyarah mengaku sempat klabakan saat harus menyasarah quote. Namun, dengan perlahan dia berhasil menuntaskan syarah dari setiap quote yang muncul saat Ramadan itu.

“Saya berupaya keras untuk menafsirkan apa yang direnungkan Pak Rektor. Menurut saya ada tiga hal yang direnungkan. Salah satunya adalah renungan atas ayat-ayat Alquran,” tandasnya.

Ketua LP2M IAIN Tulungagung Ngainun Naim mengatakan diskusi bedah buku ini bagian dari tradisi keilmuan di lingkungan kampus. Menurutnya, setiap pekan lembaga ini menggelar kegiatan lecture series.

“Kegiatan ini merupakan tradisi yang terus kami jaga. Yakni melahirkan karya lantas mendiskusikannya,” katanya.

Recent Posts

Seleksi CPNS Kemenkumham, Panitia Sedia Layanan Pelaporan Kecurangan

MONITOR, Jakarta - Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) tengah melaksanakan seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil…

1 jam yang lalu

Kementerian PU Bangun Saluran Irigasi Semantok Kiri

MONITOR, Nganjuk - Setelah mengunjungi Daerah Irigasi Siman di pagi hari, Menteri Pekerjaan Umum (PU)…

6 jam yang lalu

Timnas Futsal Putri Raih Posisi Ketiga di Ajang Bergengsi Kawasan Asia Tenggara

MONITOR, Jakarta - Timnas Futsal Putri Indonesia berhasil meraih kemenangan gemilang atas Myanmar dengan skor…

6 jam yang lalu

Kemendes Pastikan Info Rekrutmen PLD 2024-2025 di Medsos Hoaks

MONITOR, Jakarta - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal memastikan berita dibukanya lowongan kerja Pendamping…

6 jam yang lalu

Adies Kadir Sebut Pimpinan KPK Terpilih Berdasarkan Pengalaman Penegakan Hukum

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir menyambut terpilihnya calon pimpinan KPK dan…

7 jam yang lalu

Kesamaan Pesan Puan dan Prabowo di Forum G20 Jadi Orkestrasi Komitmen RI Perangi Kelaparan

MONITOR, Jakarta - Isu kemiskinan dan kelaparan menjadi isu yang sama-sama diserukan oleh Ketua DPR…

7 jam yang lalu