Jumat, 19 April, 2024

Lagi, Petani Milenial Sukses Bisnis Kopi

MONITOR, Pasuruan – Satu lagi, anak muda yang membuktikan bisa sukses menjadi petani. Heri Tahan Muji (36), petani milenial asal Desa Sekarmojo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan sukses mengembangkan komoditas kopi. Omzet bisnis kopinya rata-rata lebih dari Rp. 100 juta tiap bulannya.

Selain mampu menjual kopi hingga 2.500 kg perbulan, Heri juga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu dan pemuda di daerahnya.

Mereka dilibatkan untuk membantu dalam proses pasca panen mulai dari sortasi buah, fermentasi, sortasi biji, sangrai, packing, hingga promosi dan pemasaran.

Heri memberi nama kopinya dengan merk “Kopi Lesung Arjuno”. Kopi ini memiliki kualitas premium. Kopi yang ditanam di lereng Gunung Arjuno dengan ketinggian 1.300 mdpl, memiliki rasa kopi yang khas dan berkarater.

- Advertisement -

Kopi Lesung Arjuno dibudidayakan oleh Heri bersama Kelompok Tani Candi Mulyo dan saat ini telah mendapatkan sertifikat organik berstandar Eropa.

“Saya menanam kopi mulai tahun 2002 sampai sekarang,” ujar Heri saat dihubungi Senin, 5 Oktober lalu.

Kesuksesan Heri memang tak lepas dari peran pemerintah di dalamnya. Kelompok Tani merupakan Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan pada Program Sertifikasi Desa Pertanian Organik berbasis komoditas perkebunan.

Menurut Kresno Suharto, Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPT) Surabaya, sejak tahun 2018, Ditjen Perkebunan BBPPTP Surabaya melakukan berbagai kegiatan pembinaan mulai dari budidaya, pengendalian hama dan penyakit secara organik, kepada Kelompok Tani Candi Mulyo.

“Kita juga memberikan bantuan peralatan pasca panen dan pemasaran,” tambahnya.

Hal ini sejalan dengan program Kementerian Pertanian untuk menumbuhkan pebisnis pertanian dari kalangan milenial.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, pada peringatan Hari Tani Nasional di Jakarta, September lalu, menyatakan bahwa peran petani milenial amat dinanti negara untuk bisa menciptakan inovasi pertanian dari hulu ke hilir sehingga menciptakan nilai tambah komoditas pertanian.

Para petani milenial harus terus didukung agar bisa memacu tumbuhnya petani-petani muda yang baru.

Dalam prosesnya, Heri menuturkan, awalnya budidaya dan pengembangan usaha kopi tidaklah mudah. Pada awalnya, Kelompok Tani Candi Mulyo menjual kopi dalam bentuk buah cerry.

Oleh tengkulak hasil panen Heri dan kawan-kawan dihargai Rp 5.000 per kg untuk kopi jenis Robusta dan Rp 8.000 per kg untuk jenis Arabica.

“Kami menjual kopi dalam bentuk buah cerry karena tidak memiliki pengetahuan serta peralatan pasca panen,” kenang Heri.

Pelan tapi pasti, Heri yang ditugasi oleh Kelompok Tani Candi mulyo di bagian pasca panen dan pemasaran, kini membuktikan dapat menghasilkan kopi dengan berbagai jenis olahan mulai dari natural, semiwash, fullwash, wine dan honey baik robusta maupun arabika.

Semua hasil panen kopi anggota kelompok tani dibeli oleh Heri untuk diproses hingga menjadi kopi yang enak dan nikmat.

Bayu Aji Nugroho, pendamping Program Desa Organik dari BBPPTP Surabaya, mengatakan bahwa untuk menggapai taraf seperti dicapai Heri, dibutuhkan komitmen dan sinergi yang solid dari seluruh anggota kelompok tani. Yang tidak kalah penting, paparnya, adalah adanya motor penggerak.

“Perlunya anak muda seperti Heri ini karena sangat menginspirasi, dapat memotivasi dan tekun mengembangkan kopi sehingga dapat menghasilkan kopi yang berkualitas dan menambah pendapatan petani,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER