MONITOR, Jakarta – Satuan Angkutan Air (Satangair) TNI AD kini memiliki dua kapal yang mampu mengangkut delapan Tank Leopard dan satu batalyon pasukan ke seluruh penjuru Indonesia.
Komandan Satangair, Kolonel Cba Winarno, mengungkapkan bahwa dua kapal baru itu diberi nama ADRI 51 (LI) dan ADRI 52 (LII). Menurut Winarno, keberadaan dua kapal baru itu menjawab kebingungan TNI AD ketika hendak membawa alutsistanya ke lokasi operasi.
“Kalau latihan-latihan di daerah-daerah di luar Jawa kita kesulitan untuk alat angkutnya. Dan sekarang jawabannya Kapal AD 51-52 ini,” ungkapnya kepada wartawan di Markas Satangair, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (29/9/2020).
Secara keseluruhan, satuan yang berada di bawah komando Pusat Pembekalan Angkutan Angkatan Darat (Pusbekangad) tersebut saat ini memiliki 14 armada kapal dengan bobot mati bervariasi, mulai dari 150 hingga 1.500 Dead Weight Tonnage (DWT). Armada tersebut belum termasuk Kapal Motor Cepat (KMC), Landing Craft Rubber (LCR), Hover Craft, jet ski dan kompi pendaratan taktis lainnya.
Namun kendati demikian, menurut Winarno, sebenarnya Satangair belum sempurna. Pasalnya masih perlu dilakukan penambahan armada seperti pengadaan kapal dengan bobot mati 2.000 hingga 3.500 DWT yang belum dimiliki.
“Seperti kapal-kapal angkatan laut sehingga apabila tidak bisa mendarat di daerah sulit, mendarat menggunakan LCVP (Landing Craft Vehicle Personnel),” ujarnya.
Tugas Pokok dan Fungsi Satangair
Kepala Dinas Penerangan AD (Kadispenad), Brigjen TNI Nefra Firdaus, mengatakan bahwa Satangair adalah satuan badan pelaksana pusat yang belum lama dinaikan statusnya. Sebelumnya, Satangair bernama Batalyon Perbekalan Angkutan (Yon Bekang) 4/Air yang dipimpin perwira berpangkat Letnan Kolonel, tapi sekarang dipimpin oleh perwira berpangkat Kolonel.
Menurut Nefra, mungkin masih banyak yang belum tahu mengenai satuan ini karena memang jarang terekspos secara detail.
“Ini adalah reorganisasi baru, karena kita lihat tadi, dengan kita melihat orientasi alutsista yang dimiliki oleh Satuan Angkutan Air ini, kita melihat begitu besar sehingga dipimpin oleh seorang Kolonel,” katanya.
Sementara itu, Kolonel Winarno menjelaskan, satuannya bertugas untuk mengangkut prajurit, alutsista, perlengkapan maupun logistik TNI AD ke seluruh penjuru Indonesia.
“Tugas pokok satuan ini adalah mendukung TNI AD dalam rangka pemindahan pasukan kemudian materil di seluruh NKRI khususnya di daerah terpencil yang tidak bisa dilayani oleh kapal-kapal umum,” ungkapnya.
Winarno menuturkan, Satangair saat ini memiliki tiga rute besar pelayaran, yakni jalur barat dari Jakarta ke Aceh, jalur tengah sampai ke Bitung dan jalur timur sampai ke Merauke.
Selain itu, lanjut Winarno, personel Satangair juga dilatih sejumlah keterampilan di air. Seperti melakukan penyelaman, mengoperasikan KMC, melakukan penyelamatan orang di air, hingga mengoperasikan kapal besar pengangkut prajurit dan logistik.
“Jadi salah satu kemampuan yang dimiliki Satangair adalah tim selam. Tim selam Angkatan Darat adanya di Satuan Air, makanya tim selam kita ada perlengkapan dan personelnya lengkap,” ujarnya.
Kendati semikian, Satangair ini dipastikan bukan saingan dari prajurit TNI Angkatan Laut (AL). Sebab, keduanya memiliki tugas pokok dan fungsi yang berbeda.
Satangair bukan satuan serbu untuk sebuah peperangan, tapi tergolong sebagai pertahanan dan pemasok logistik maupun prajurit ke sebuah area operasi. Kapal-kapal miliknya pun tidak dilengkapi dengan senjata serbu layaknya kapal perang TNI AL. Hanya ada Senapan Mesin Ringan (SMR) dan senjata personal untuk setiap prajurit di dalam kapal.
Berdasarkan catatan TNI AD, Satangair sudah membantu menyukseskan sejumlah misi-misi besar. Seperti Operasi DI/TII, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Penumpasan G.30S/PKI, Operasi Pemulihan keamanan Maluku, Operasi Kemanusiaan gempa dan tsunami Aceh dan masih banyak lainnya.