Jumat, 29 Maret, 2024

Dikritik Erdogan, Perwakilan Israel Tinggalkan SMU PBB

Dubes Erdan pergi saat Erdogan mengecam kebijakan penindasan Israel terhadap Palestina

MONITOR, New York – Wakil Tetap Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gilad Erdan, yang berpartisipasi dalam pertemuan tatap muka Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-75 berjalan ke luar dari aula selama pidato Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang berisi kritik keras terhadap Israel.

Dubes Erdan pergi saat Erdogan mengecam kebijakan penindasan, kekerasan dan intimidasi Israel terhadap Palestina dalam pidato yang telah direkam sebelumnya.

“Tangan kotor itu yang menjangkau privasi Yerusalem, di mana tempat-tempat suci tiga agama besar hidup berdampingan, terus meningkatkan kekurangajarannya. Rakyat Palestina telah menentang kebijakan penindasan, kekerasan dan intimidasi Israel selama lebih dari setengah abad,” ungkap Erdogan di dalam SMU PBB, New York, Amerika Serikat (AS), Selasa (22/9/2020) waktu setempat.

Erdogan menyampaikan penolakannya atas dokumen penyerahan yang coba diberlakukan di Palestina dengan nama ‘Kesepakatan Abad Ini’. Menurut Erdogan, Israel kali ini mempercepat upayanya untuk memiliki jalur dalam dengan bantuan kolaboratornya, yakni mengacu pada rencana jalur belakang AS untuk mencapai penyelesaian damai antara Palestina dan Israel yang bertujuan untuk mendirikan negara Palestina di Gaza saja.

- Advertisement -

Erdogan menegaskan bahwa Turki tidak akan mendukung rencana apapun yang tidak disetujui oleh rakyat Palestina.

“Partisipasi beberapa negara di kawasan dalam permainan ini tidak berarti apa-apa selain melayani upaya Israel untuk mengikis parameter dasar internasional. Negara-negara itu telah menyatakan niat mereka untuk membuka kedutaan besar di Yerusalem, yang melanggar resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional, hanya membuat konflik semakin rumit dengan tindakan mereka,” ujar Erdogan.

Erdogan menekankan bahwa konflik hanya dapat diselesaikan dengan pembentukan negara Palestina yang merdeka, berdaulat dan bersebelahan berdasarkan perbatasan di 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

“Mencari solusi selain ini adalah sia-sia, sepihak dan tidak adil,” katanya.

Sumber: Anadolu

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER