MONITOR, Jakarta – Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana melakukan migrasi kompor gas ke kompor listrik. Hal itu diungkapkan Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Pesero, Zulkifli Zaini pada saat meresmikan Kampung Listrik PLN Hijau, di Kampung Hijau Kemuning Tanggerang dan Kampung Hijau Batu Ampar Jakarta Timur.
Zulkifli Zaini mengatakan bahwa PLN terus berkomitmen untuk mendorong penggunaan kompor induksi listrik di masyarakat. Bahkan, dirinya menargetkan migrasi satu juta dari kompor liquefied petroleum gas (LPG) ke kompor listrik Migrasi itu akan menghemat dana APBN dalam jumlah besar, yang selama ini untuk membiayai impor dan subsidi LPG.
Lebih dari 70% kebutuhan LPG di dalam negeri harus diimpor, sehingga selain membebani APBN, juga ikut memperbesar defisit neraca perdagangan migas dalam beberapa tahun terakhir ini. Sedangkan subsidi terhadap Gas Melon cenderung menigkat pada setiap tahunnya.
Pada 2019 subsidi gas melon kembali naik hingga mencapai sebanyak 6,97 juta metric ton atau senilai Rp75,22 triliun. Subsidi itu lebih besar ketimbang subsidi listrik yang mencapai Rp 62,2 triliun pada periode yang sama.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan migrasi dari kompor gas ke kompor listrik induksi akan berhasil digunakan seluruh lapisan masyarakat, termasuk pelanggan listrik 450 VA, jika kompor listrik yang digunakan berdaya listrik rendah, maksimal 150 watt.
“Dengan penggunaan daya listrik yang rendah, biaya kompor induksi jatuhnya bisa lebih murah ketimbang biaya penggunaan kompor LPG 3 Kg,” kata Fahmy Radhi.
“Data menunjukkan bahwa biaya untuk memasak 10 liter air menggunakan kompor LPG sebesar Rp. 2.055, sedangkan biaya untuk kompor induksi hanya Rp. 1.426,” Sambungnya.
Lebih lanjut Fahmy menjelaskan, migrasi secara masif juga dapat mengatasi potensi kelebihan pasokan (over supply) listrik PLN pasca selesainya proyek listrik 35.000 MW. Selain itu, migrasi ke kompor listrik juga akan memicu berkembangnya industri kompor listrik induksi berdaya listrik rendah di Indonesia.
“Penggunaan kompor listrik secara luas memang lebih ramah lingkungan daripada kompor gas. Namun, PLN juga harus melakukan migrasi penggunaan energi primer dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT), yang lebih ramah lingkungan. Tanpa peningkatan penggunaan EBT dalam pembangkit listrik PLN, penggunaan kompor listrik tidak akan memberikan kontribusi significant terhadap pengurangan pencemaran udara,” tutupnya.
MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan menambah capaian penghargaan di akhir tahun 2024. Terbaru,…
MONITOR, Jakarta - Pertamina Patra Niaga meluncurkan program Green Movemement UCO yaitu program pengumpulan Used…
MONITOR, Jateng - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air terus melakukan…
MONITOR, Banten - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, melakukan peninjauan langsung…
MONITOR, Jakarta - Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama tahun…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani meminta Pemerintah untuk memastikan kesiapan semua sarana…