INTERNASIONAL

Antibodi Sputnik V Diklaim Lebih Tinggi dari Pasien Covid-19 yang Sembuh

MONITOR, Jakarta – Vaksin Covid-19 buatan Rusia, Sputnik V, diklaim dapat menghasilkan antibodi yang tercatat 1,4 hingga 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan antibodi yang muncul pada pasien sembuh dari penyakit infeksi virus asal China itu.

Hal itu diungkapkan oleh pengembang vaksin Covid-19 Rusia, Institut Gamaleya, dalam pemaparan kepada media secara virtual pada Jumat (4/9/2020) malam waktu Jakarta, berdasarkan hasil uji klinis tahap I dan II yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet.

“Dalam riset imunogenisitas (kemampuan zat asing memicu respons imun) vaksin ini, kami berhasil menunjukkan bahwa 100 persen relawan memperlihatkan respons imunitas humoral dan selular,” ungkap peneliti Gamaleya, Irina Dolzhikova.

Irina menjelaskan bahwa hasil uji klinis tersebut juga menunjukkan tidak adanya efek serius yang terjadi. Adapun efek yang timbul kebanyakan ringan atau sedang, dan muncul karena nyeri suntikan, hipotermia, sakit kepala atau nyeri otot.

“Kami dapat menunjukkan bahwa level efek ketidakcocokan serius pada kandidat vaksin lainnya berada pada angka 1 persen sampai 25 persen. Sementara berdasarkan uji klinis yang kami lakukan, tidak ada satupun efek ketidakcocokan serius yang tercatat,” ujarnya.

“Kami juga mampu menghasilkan respons sel T, dan dengan begitu kami bisa menyatakan bahwa vaksin kami memungkinkan pembentukan respons imun secara penuh. Sehingga dapat disebut bahwa vaksin ini aman,” kata Irina menambahkan.

Seperti diketahui, Sputnik V adalah vaksin Covid-19 pertama di dunia yang mendapat pengesahan dari pemerintah. Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan hal itu pada 11 Agustus 2020 lalu, setelah uji klinis dijalankan hanya dalam waktu kurang dari dua bulan.

Sejumlah pihak sempat meragukan vaksin Covid-19 buatan Rusia itu, bahkan disebut terlalu terburu-buru mendapat persetujuan otoritas sementara uji klinis pun masih berlangsung, serta tidak ada data riset yang dipublikasikan ketika itu.

Dalam pemaparan media yang sama pada Jumat (4/9/2020), Direktur Institut Gamaleya Alexander Gintsburg mengungkapkan bahwa publikasi data penelitian baru dilakukan setelah uji klinis tahap I dan II selesai karena mengikuti aturan yang berlaku di Rusia.

“Menurut peraturan Rusia, mempublikasikan laporan (penelitian uji klinis) di jurnal internasional dianggap etis hanya jika produk (hasil penelitian) telah terdaftar di negara ini,” ungkapnya.

Recent Posts

Judol Banyak Jerat Anak Sekolah, DPR Tekankan Pendidikan Karakter Hadapi Arus Digital

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi X DPR RI My Esti Wijayanti menyoroti fenomena semakin…

1 jam yang lalu

Kemenag Sebut Gereja Mitra Strategis Pemerintah

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)…

2 jam yang lalu

RS Brawijaya Travoy Hub Taman Mini Diresmikan, Jasa Marga Perkuat Ekosistem Layanan untuk Mobilitas, Ruang Publik, dan Kesehatan

MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk menghadirkan RS Brawijaya Taman Mini di kawasan…

3 jam yang lalu

UIN Jakarta Pastikan Hak Karyawan Satuan Pendidikan sesuai KMA Pedoman Integrasi

MONITOR, Tangerang Selatan - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memastikan hak-hak karyawan pada satuan pendidikan dibawah…

4 jam yang lalu

Program Pendanaan Riset Indonesia Bangkit, MoRA The Air Funds Menjemput Indonesia Emas 2045

MONITOR, Jakarta - Indonesia Emas 2045 yang dicita-citakan harus disambut dengan ketersediaan sumber daya manusia…

6 jam yang lalu

Kemenperin dan ITB Teken Kerja Sama Kembangkan Pemurnian Silika dan Grafit

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian terus berkomitmen untuk mendukung keberhasilan program Asta Cita Presiden Republik…

6 jam yang lalu